Pembebasan Papua Barat (Irian Barat) yang dilakukan lewat operasi Trikora pada 19 Desember 1961, merupakan buntut dari kebuntuan yang terjadi terkait Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Tidak adanya kejelasan nasib Papua Barat membuat Indonesia tak sabar. Opsi militer pun dipilih sebagai jalan terakhir.
Setelah sekian puluh tahun berlalu, peristiwa tersebut kini dikenang sebagai konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Namun, nasib mereka yang dahulu turut berjuang dalam operasi Trikora bisa dibilang masih jauh dari berkecukupan.
Veteran bantuan tempur di Operasi Trikora bertahan dengan menjual perabotan
Salah seorang mantan pejuang Operasi Trikora, Abah Bandi Supriatna, merupakan potret seorang veteran yang masih harus berjuang mencukupi kebutuhannya di masa tua. Demi sesuap nasi, ia bekerja keras sebagai pedagang perabotan keliling yang masuk dari satu kampung ke kampung lainnya.
Abah Bandi dahulu ditugaskan di Banpur (Bagian Dapur) untuk memenuhi kebutuhan pasukan Operasi Trikora di garis depan. Beruntung, kebutuhan hidupnya sedikit tercukupi setelah mendapat bantuan keuangan dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Haknya sebagai veteran juga akan diberikan oleh Kepala Badan Pembinaan Veteran Purwakarta setelah berkasnya diproses .
Habiskan masa tua dengan memelihara sapi dengan kondisi seadanya
Selain Abah Bandi, ada pula sosok Mbah Ngadimin yang dulu ikut berjuang dalam operasi pembebasan Irian Barat di tahun 1960-an. Sebagai bukti, ia tercatat mengabdi sebagai relawan Operasi Trikora mulai 27 Juli 1962 hingga 23 Februari 1963 pada sebuah dokumen yang ditandatangani Kolonel Inf. Boesiri, lengkap dengan stempel Koramil Pattimura.
Setelah konflik usai, ia kini menikmati hari tuanya dalam dalam kesederhanaan sembari memelihara sapi dan bekerja serabutan. Kisahnya viral setelah sang cucu mengunggah profil Ngadimin di sosial media. Sejumlah pihak terkait seperti dinsos dan sejumlah forkompimda serta forkompimcam, kemudian turun memberikan bantuan logistik Program Keluarga Harapan (PKH).
Curahan hati veteran dengan kondisi Indonesia saat ini
Kisah para veteran Operasi Trikora juga dikisahkan oleh M.Ali Akil yang dulu ikut terlibat dalam upaya pembebasan Papua Irian Barat (Irian Barat). Masih segar dalam ingatan, kala itu dirinya bersiap menggempur Irian Barat yang masih diduduki oleh Belanda bersama kapal-kapal perang yang telah disiapkan. Namun, perjuangannya dulu seakan tak diapresiasi oleh generasi saat ini.
Dengan penuh haru, dirinya merasa bahwa pemerintah belum maksimal dalam memberikan kesejahteraan kepada para Veteran RI. Terutama soal kondisi Indonesia yang dikeluhkannya semakin menyulitkan mereka karena harga-harga yang melambung tinggi. Kondisi tersebut bukan hanya dialami oleh M.Ali Akil, tapi juga beberapa veteran yang nasibnya kurang beruntung meski Indonesia telah puluhan tahun merdeka.
Operasi Jayawijaya yang kemudian dibatalkan
Perjuangan Indonesia merebut Papua Barat (Irian Barat) memang sarat akan kisah-kisah heroik. Dimulai dari seruan Sukarno untuk menyiapkan operasi militer akibat buntunya soal kepastian wilayah paling ujung Timur Indonesia itu, hingga meminta bantuan Uni Soviet agar melengkapi militer Indonesia dengan alutsista yang canggih.
Saat itu, Komando Mandala di bawah pimpinan Mayjen TNI Soeharto mengerahkan pasukannya dalam Operasi Jayawijaya. Kekuatan penuh yang dipusatkan aspek laut berisikan pasukan amfibi, kapal-kapal perang dan penerjun AURI. Sayang, persiapan tersebut harus berakhir setelah Belanda dan Indonesia sepakat untuk berdamai melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berupa gencatan senjata pada 20 Agustus 1962.
BACA JUGA: Telah Lama Merdeka, Seperti Inilah Macam-Macam Nasib Para Veteran Pejuang Kemerdekaan
Apa yang terjadi di atas, adalah sebuah realitas bahwa kesejahteraan para veteran di Indonesia masih jauh dari kata cukup. Hal ini jelas sangat kontras jika dibandingkan dengan perjuangan mereka dulu yang bertaruh nyawa demi kedaulatan NKRI. Semoga saja nasib mereka lebih diperhatikan oleh pemerintah.