Bagi rakyat Kamboja, nama Khmer Merah menjadi sebuah kisah sejarah yang amat memilukan bagi perjalanan negara mereka. Dilansir dari republika.co.id, rezim pemerintahan yang brutal tersebut telah merenggut nyawa 1,7 juta warga Kamboja. Alhasil, keberadaan Khmer Merah seolah menjadi nestapa yang kelam bagi rakyat jelata yang berada di bawah kepemimpinannya.
Serangkaian peristiwa seperti Pembunuhan, deportasi, perbudakan, penyiksaan, penghilangan secara paksa, telah menjadi pemandangan sehari-hari di Kamboja. Praktis, rakyatnya terpaksa harus menghadapi pemusnahan masaal di depan matanya sendiri. Seperti apa rekam jejak kekejaman rezim Khmer Merah di masa lalu? Simak ulasan berikut ini.
Melakukan genosida massal terhadap rakyatnya sendiri yang tak patuh
Pemusnahan secara massal adalah langkah pertama yang diambil oleh rezim Khmer Merah saat berkuasa. Dilansir dari travel.tribunnews.com, etnis China, Vietnam, Kristen Kamboja, Champa, dan sekte Muslim Kamboja, merupakan target utama yang harus dibasmi. Uniknya, mereka yang memakai jam tangan, kacamata, bergaya modern, berbahasa asing dan memiliki nilai intelektualitas, ikut menjadi sasaran. Alhasil, kota Pnom Penh pun berubah menjadi daerah mati karena penduduknya rata-rata habis karena diekesekusi.
Melarang adanya agama berkembang di Kamboja
Tak hanya membasmi etnis tertentu dan kaum intelektual, rezim Khmer Merah juga melarang berkembangnya ajaran agama. Sumber dari republika.co.id menyebutkan, kaum biksu Buddha yang mayoritas di Kamboja, harus meregang nyawa di hadapan eksekutor pemerintah diktator tersebut. Tak hanya itu, masyarakat yang muslim juga diperlakukan tak senonoh dan disiksa secara kejam sebelum meninggal. Kebanyakan dari mereka disuruh memakan daging babi dan minum alkohol yang jelas-jelas dilarang dalam ajarannya.
Pemerintahan yang menerapkan kerja paksa terhadap rakyatnya
Saat berkuasa, Khmer Merah yang berhaluan komunis marxis melakukan kejahatan yang luar biasa pada rakyat Kamboja. Sumber dari republika.co.id menuliskan, banyak dari masyarakat yang bermukim di perkotaan di pindah secara paksa menuju dusun-dusun terpencil. Di sana, mereka disuruh kerja paksa tanpa diberi makan dan istirahat hingga tewas. Yang miris, beberapa bahkan dieksekusi di tempat-tempat khusus dengan berbagai metode yang mengerikan. Hingga tumbangnya rezim Khmer Merah, ada jutaan rakyat Kamboja yang meregang nyawa di tangan pemimpinnya sendiri.
Kekejaman Khmer Merah diangkat ke layar lebar oleh Hollywood
Aktris Angelina Jolie sukses mengangkat kisah kekejaman dari Khmer Merah lewat film yang disutradarainya, First They Killed My Father (2000), yang dirilis di Kamboja. Dilansir dari acehsatu.com, tayangan tersebut berkisah tentang seorang anak yang berhasil selamat di bawah tekanan rezim komunis Khmer Merah yang brutal. Selain Jolie, ada pula film lain yang berjudul The Missing Picture yang dibesut Sutradara asli Kamboja, Rithy Panh. Tayangan tersebut bahkan meraih nominasi dari Oscar dan mendapat hadiah bergengsi “Un Certain Regard” dalam kompetisi di Festival Film Cannes.
Para pemimpin Khmer Merah ditangkap dan diseret ke Mahkamah Internasional
Atas kekejaman yang dilakukan, banyak dari petinggi Khmer Merah diseret ke hadapan Mahkamah Internasional. Sumber dari republika.co.id menyebutkan, Pemimpin Khmer Merah Nuon Chea (92 tahun) dan mantan presiden Khieu Samphan menjadi terdakwa dan bertanggung jawab atas salah satu pembunuhan massal terburuk yang terjadi pada 1975 hingga 1979. Sayang, Pol Pot yang juga menjadi otak di balik peristiwa berdarah itu, tak sempat diadili lantaran mangkat pada 1998 silam.
Baca Juga: Pol Pot, Diktator Kamboja yang Tak Kalah Kejam daripada Hitler
Apa yang dialami oleh rakyat Kamboja, tak ubahnya dengan kondisi Indonesia saat gerakan komunis masih bercokol. Pembunuhan, penyiksaan serta percobaan kudeta, juga turut menghiasi perjalanan sejarah Indonesia. Mudah-mudahan, kisah kekejaman rezim Khmer Merah tak terulang lagi di belahan negara manapun. Termasuk di Indonesia.