Soeharto adalah sosok presiden yang bisa jadi merupakan pemimpin yang paling melekat dalam ingatan masyarakat. Bukan hanya karena periode kekuasaannya yang paling panjang dibandingkan dengan presiden-presiden lainnya, namun juga berkat semua kontribusi dan sumbangsihnya yang teramat banyak ia torehkan untuk negeri.
Terlepas dari semua kontroversi dan berita miring yang menaunginya, “The Smiling General,” atau begitulah sapaan akrabnya, sudah banyak berjasa dan berperan besar bagi rakyat Indonesia saat itu. Bahkan, kita yang hidup di era pasca reformasi masih bisa menikmati hasil yang telah beliau kerjakan selama 32 tahun memimpin negeri. Lalu, bagaimana apabila seandainya jasa beliau dibandingkan dengan salah satu presiden terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, insinyur Soekarno? Siapa yang lebih baik diantara mereka?
Bukan bermaksud ingin memulai polemik perihal siapa yang terbaik di antara Soekarno dan Soeharto. Namun, mari kita sejenak luangkan waktu sedikit untuk mengapresiasi keunggulan bapak Soeharto yang mungkin menjadi sesuatu yang tak dimiliki atau tidak berhasil dicapai Soekarno hingga ia lengser dari posisinya sebagai presiden saat itu.
Tanpa mendiskreditkan kebaikan dan jasa-jasa luhur insinyur Soekarno terhadap bangsa Indonesia, mari kita simak sisi unggul Pak Harto dari Presiden pertama Indonesia tersebut.
Mengubah Indonesia dari negara importir menjadi negara pengekspor beras
Program unggulan yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa Soeharto dapat kembali terpilih selama 6 periode berturut-turut adalah keberhasilannya dalam bidang pangan. Bagaimana tidak, beliau sukses mengubah wajah Indonesia yang sedianya negara langganan pengimpor beras, menjadi negara swasembada beras.
Pada tahun 1969 atau pada awal beliau menjabat, produksi beras saat itu hanya 12,2 juta ton. Jumlah yang belum memenuhi kebutuhan nasional, mengingat RI saat itu masih harus mengimpor 2 juta ton lagi. Namun, berkat kegigihannya memajukan sektor pertanian, pada tahun 1984 produksi saat itu menggelembung mencapai 25,8 juta ton beras.
Ia berhasil membangun irigasi pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia. Jangankan presiden Soekarno, presiden-presiden yang menjabat setelah Soeharto pun belum ada yang mampu membangun jumlah irigasi pertanian sebanyak itu.
Bapak Soeharto dikenal luas sebagai bapak pembangunan.
Soekarno memang sukses membangun fondasi negeri dengan merumuskan lima butir sila negara sekaligus menjadi pengupaya proklamasi kemerdekaan Indonesia. Jasa-jasa yang membawanya dilambungkan sebagai “The Founding Father of Indonesia.”
Namun, tak sedikit yang berargumen bahwa pada era Soehartolah Indonesia mulai bersolek menjadi negeri yang maju di berbagai sektor dan mulai diperhitungkan di kancah internasional. Ia gencar menata dan membangun Indonesia di segala bidang.
Bersama Kabinet Pembangunan yang ia susun, beliau kemudian merumuskan konsep Trilogi Pembangunan yang berhasil mengangkat derajat dan martabat bangsa. Beliau sukses menekan inflasi dari 650 persen menjadi hanya 12 persen. Pembangunan infrastruktur sangat ia perhatikan. Ia juga sukses menekan harga sembako dan BBM sehingga rakyat tak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu ia pun dijuluki sebagai Bapak Pembangunan.
Gigih dalam memajukan pendidikan anak negeri
Pak Soeharto menaruh perhatian tinggi terhadap pendidikan anak negeri. Salah satu program terbaik yang beliau tawarkan untuk memajukan tingkat intelektualitas anak bangsa saat itu adalah dengan membangun SD Inpres dan menggagas program Wajib Belajar.
Pada tahun 70-an, tercatat Soeharto mulai gencar memberlakukan program Wajib Belajar selama 6 tahun di seluruh nusantara. Sedangkan untuk sarana dan prasarananya, beliau mulai menjalankan program SD Inpres yang merupakan kependekkan dari Sekolah Dasar Instruksi Presiden. Dalam program ini, tercatat hingga tahun 1994 beliau telah berhasil membangun sekitar 150.000 unit SD di berbagai pelosok bumi pertiwi.
Berkat semua kerja keras pemerintahannya meningkatkan mutu pendidikan, tanggal 19 Juni 1993 pak Soeharto dianugerahi penghargaan Avicienna dari UNESCO. Penghargaan yang tak banyak diterima oleh pemimpin-pemimpin dunia saat itu.
Mampu ciptakan suasana aman dan kondusif dalam negeri
Sadar bahwa stabilitas dalam negeri hanya bisa tercipta apabila kondisi kemanan negara kondusif, Soeharto kemudian menerapkan kebijakan Penembakan Misterius atau yang sama-sama kita kenal dengan nama Petrus. Hal ini beliau lakukan karena kegelisahannya terhadap angka kriminialitas yang tinggi kala itu.
Siapapun yang kedapatan meresahkan keamanan warga akan diringkus oleh satuan khusus yang dibentuk oleh beliau. Kelompok radikal atau pembuat onar sering kali ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa pada suatu pagi.
Beliau juga membelenggu kebebasan pers kala itu. Media saat itu dilarang keras untuk memberitakan hal-hal negatif mengenai pemerintahannya. Jika ada yang berani macam-macam, Soeharto tak akan segan memberangus media tersebut.
Meski langkah yang diambil begitu kejam dan jauh dari kesan demokratis, namun Soeharto berhasil meredam konflik berkepanjangan di era kepemimpinannya.
Biar bagaimanapun, baik Soekarno maupun Soeharto punta kelebihan dan kekurangan selama menjabat menjadi presiden. Terlepas dari semua sisi negatif yang ada, mereka berdua kini telah terekam abadi dalam potret sejarah perjalanan Republik Indonesia.