in

Mengenang Kerusuhan Indonesia Pada Mei 1998 dan Venezuela yang Kacau karena Inflasi

Baik Indonesia maupun venezuela, kedua negara besar ini ternyata memiliki kisah kelam di masa lalu yang telah menjadi bagian sejarah masing-masing, yakni soal inflasi yang kemudian berujung pada kerusuhan akibat adanya aksi unjuk rasa. Kejadian tersebut bahkan tetap menghantui hingga saat ini.

Kerapuhan ekonomi yang menghasilkan krisis moneter, membuat stabilitas keuangan kedua negara menjadi kacau. Nilai mata uang yang jadi andalan selama ini, secara tiba-tiba merosot drastis. Jika Indonesia masih bisa pulih, Venezuela justru malah terjun bebas. Seperti apa kisah kedua negara tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

Negara besar yang sama-sama terkena krisis ekonomi

Inflasi mata uang rupiah pada 1998 memicu masalah serius yang tak terbayangkan sebelumnya. Nilainya yang jatuh tersungkur, menjadi sebab kekacauan di Indonesia. Terlebih, kepemimpinan Presiden Soeharto juga tengah di ujung tanduk karena dituntut mundur oleh rakyatnya sendiri setelah 32 tahun berkuasa. Krisis moneter pun langsung menggerogoti perekonomian Indonesia tak lama kemudian.

Presiden Soeharto dan Nicholas Maduro yang sama-sama alami krisis ekonomi di negaranya [sumber gambar]
Tahun 2018 menjadi fase terkelam dalam sejarah Venezuela. Negara kaya minyak itu terancam bangkrut total setelah mengalami hiperinflasi yang sangat parah. Akibatnya, nilai uang pun semakin turun dan tak berharga lagi. Ini artinya, harga barang semakin meningkat tajam dengan nominal yang tak mungkin lagi dikejar oleh setumpuk uang sekalipun. Dalam 12 bulan hingga November 2018, tingkat inflasi tahunan Venezuela telah mencapai 1.300.000 persen. Edan!

Persoalan pelik yang kemudian berujung aksi unjuk rasa hingga kerusuhan

Baik Indonesia maupun Venezuela yang sama-sama mengalami krisis moneter, peristiwa tersebut kemudian merembet ke masalah serius yang tak kalah peliknya. Kerusuhan massal! Tepatnya pada 13 Mei hingga 15 Mei 1998 yang kemudian membuat Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai kepala negara. Penjarahan, perusakan, pembakaran, hingga bentrok dengan aparat keamanan, menjadi pemandangan saat itu.

Unjuk rasa yang terjadi di Indonesia dan Venezuela [sumber gambar]
Senada dengan Indonesia pada 1998 silam, krisis berujung hiperinflasi yang mencekik akhirnya memaksa rakyat Venezuela turun ke jalan. Mereka adalah warga yang anti dengan pemerintah Presiden Nicholas Maduro. Terlebih, pemimpin oposisi Juan Guaido menyerukan militer untuk bangkit melawan pengganti Presiden Hugo Chavez tersebut. Bentrok pun pecah antara demonstran dengan pasukan anti huru-hara.

Perjuangan Indonesia dan Venezuela mengatasi krisis di negaranya masing-masing

Indonesia diketahui berjuang keras usai dihantam krisis moneter pada 1998 silam. Setidaknya, ada empat upaya yang dilakukan guna memulihkan perekonomian negara, yakni mempercepat pembangunan infrastruktur, membenahi perizinan di sektor industri, mendorong industri seperti besi, baja, dan petrokimia, serta mendorong perbaikan di sektor pariwisata.

Sama-sama berjuang agar pulih dari krisis [sumber gambar]
Senada dengan Indonesia, Venezuela juga berupaya bangkit setelah terpuruk akibat hiperinflasi yang melanda perekonomiannya. Caranya, pemerintah setempat fokus mendongkrak produksi minyak bumi yang selama ini menjadi pemasukan andalan negara, mengembangkan mata uang virtual, serta memperbaiki hubungan bilateral dengan Kolombia.

Indonesia mampu bertahan lebih baik dari Venezuela

Jika dibandingkan dengan krisis 1998, Indonesia pada tahun 2020 ini dianggap lebih kuat dari sisi ekonomi menurut Gubernur BI Perry Warjiyo. Salah satu contohnya adalah, kurs saat ini yang mencapai Rp16 ribu per dolar tidak bisa dibandingkan dengan 1998, karena pelemahan rupiah saat itu sangat tajam yakni dari Rp2.500 per dolar AS.

Berusaha memulihkan nilai mata uang masing-masing [sumber gambar]
Sementara Venezuela, negara tersebut tengah berjuang keras memulihkan perekonomiannya di tengah pandemi Covid-19. Situasi tersebut semakin rumit lantaran kondisi politik maupun perekonomian masih belum stabil karena adanya intervensi Amerika Serikat (AS). Pun saat dihadapkan dengan wabah virus corona, negara bahkan tidak sanggup menyediakan layanan rumah sakit dengan fasilitas mumpuni.

BACA JUGA: 4 Bahaya Cetak Uang Ribuan Triliun Rupiah Meski Digunakan untuk Selamatkan Ekonomi

Beberapa waktu lalu, sempat ada usulan dari Badan Anggaran (Banggar) DPR RI agar Indonesia mencetak uang sebanyak-banyaknya demi menyelamatkan perekonomian akibat wabah Covid-19. Berkaca dari runtuhnya ketahanan moneter Venezuela dan Zimbabwe akibat kebijakan tersebut, beruntung usulan yang ada ditolak oleh Bank Indonesia (BI). Ngeri juga ya Sahabat Boombastis.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini, 21 Mei 2020

Kenalan dengan Mardigu Wowiek dan Teorinya Soal Covid-19 yang Akan Membuatmu Kaget