Categories: Inspirasi

4 Potret Kerasnya Kehidupan Para Perempuan di Papua Ini Akan Bikin Mata Berair

Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau negeri yang berada di ujung timur Indonesia ini disorot sebagai negeri tertinggal, dari fasiltas pendidikan hingga kesehatan yang belum mumpuni. Belum lagi akses yang sulit membuat Papua jauh dari jangkauan pemerintah. Tidak hanya itu ternyata, para perempuan juga harus berusaha ekstra untuk bisa bertahan hidup.

Mereka harus bekerja keras di ladang dan banyak yang tidak mengenyam bangku sekolah, padahal  jika difikir ulang, kekayaan alam Papua yang melimpah bisa saja membuat mereka hanya perlu fokus mengurus rumah dan anak. Mirisnya, beginilah potret menyedihkan para kaum perempuan di bumi Papua.

Perempuan banyak yang putus sekolah

Anak-anak di Papua memang masih belum tersentuh pendidikan menyeluruh, angka putus sekolah juga lebih besar dibanding dengan daerah di pulau lain. Menurut data yang didapat dari Indonesia Government Index tahun 2013, perempuan lebih rentan 1,5 tahun putus sekolah dibanding laki-laki. Masalah lain adalah butuh usaha yang super keras untuk bisa mencapai sekolah, karena anak-anak Papua harus menempuh perjalanan panjang dahulu untuk bisa sampai di sekolah.

Siswi perempuan Papua [Image source]
Ditambah lagi, fasilitas sekolah yang belum memadai, belum tersedianya perpustakaan, gedung sekolah yang seadanya membuat kita ikut merasakan perasaan mereka. Makanya fikirkan lagi deh kalau mau malas-malasan.

Ribuan perempuan alami kekerasan seksual sejak tahun 2007

Di Papua seks bebas dan kekerasan terhadap perempuan masih sering dijumpai. Perempuan malah mengalami diskriminasi yang berlapis, baik dari segi kultural maupun KDRT. Kepala suku berhak memilih perempuan manapun untuk ia singgahi sebagai korban penyaluran hasratnya, hal tersebut tentu dipicu karena pemberlakuan adat istiadat yang masih kental.

Di Papua masih tinggi kekerasan seksual [Image source]
Hingga tahun 2016 lalu, ada sekitar 1.800 perempuan suku asli Papua yang menjadi korban kekerasan seksual dan diskriminasi. Tidak hanya itu, minimnya pengetahuan tentang virus HIV juga bisa menjadi pemicu tindakan ini. makanya, sebagai Untuk tindak lanjut dari masalah tersebut, pemerintah Provinsi Papua telah mengesahkan Perdasus No. 1 Tahun 2016  tentang Pemulihan Kekerasan dan Diskriminasi Perempuan Asli Papua.

Bekerja banting tulang di ladang sekaligus menjadi ibu rumah tangga

Pekerjaan seharusnya adalah tanggungjawab laki-laki sebagai kepala rumah tangga.  Berbeda dengan yang terjadi di bumi Papua, pembagian pekerjaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan tampaknya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pembagian yang sudah ada sejak lama ini menugaskan perempuan untuk mengurus rumah tangga dan ladang, sedangkan laki-laki berburu dan menyelesaikan perang dengan suku lain.

Wanita Papua Pergi ke Ladang [Image source]
Namun, seiring berkembangnya zaman, peran lelaki semakin berkurang sedangkan beban perempuan tambah banyak. Perempuan Papua memiliki andil yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus pergi ke ladang, mengurus makanan untuk keluarga, beternak babi, serta mengurus anak. Bayangkan, peran mereka sudah seperti kepala rumah tangga saja kan?

Kekuasaan tetap ada di tangan laki-laki

Masyarakat Papua masih menganut budaya patriarki, dimana perempuan ditempatkan selalu berada di bawah bayang-bayang lelaki. Kebebasan kaum perempuan juga tergantung dengan laki-laki, jika didapati perempuan memiliki kepandaian yang prestasi yang bisa mengungguli laki-laki maka hal tersebut akan di halangi oleh para kaum adam.

Lelaki tetap berkuasa [Image source]
Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, budaya patriarki ini juga berlaku dalam pernikahan. Ketika mereka menikah, orangtua biasanya meminta mahar dengan jumlah besar, dengan anggapan itulah laki-laki akan berfikir bahwa mereka bisa bertindak sewenang-wenang kepada sang istri. Makanya, walaupun sudah bekerja keras di ladang dan menjadi ibu rumah tangga, perempuan Papua tetap menempati gender kedua.

Ya, begitulah kenyataannya, di balik kekayaan indah alam Papua ada perempuan yang masih berjuang dengan segala keterbatasan. Mereka tak hanya menjadi korban diskriminasi gender saja, tapi juga harus berperan ganda sebagai kepala rumah tangga. Besyukurlah para perempuan yang diperlakukan selayaknya perempuan.

Share
Published by
Ayu

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago