Nasib miris suku Asmat tentu membuat banyak orang prihatin melihatnya. Di tengah-tengah perkembangan pesat Indonesia mereka harus hidup dengan susah payah. Bahkan ada banyak anak di suku tersebut harus menderita berbagai penyakit. Dari mulai penyakit campak sampai kekurangan gizi.
Kondisi miris tersebut menjadikan gambaran bagaimana kurangnya pemerataan pada negara kita. Banyak suku-suku di Papua ini yang harus membiasakan diri hidup di bawah garis kemiskinan. Lantaran sudah kental dengan stigma itu, hal-hal hebat tentang mereka pun tertutupi. Termasuk soal kehandalan orang-orang Asmat dalam seni ukir yang sebenarnya sudah banyak diakui dunia. Bahkan tersimpan pada museum New York. Lantas bagaimana kerajinan tangan suku Asmat tersebut? simak ulasannya berikut
Perisai Suku Asmat barang perang yang banyak dicari
Perisai dari suku Asmat tentu menjadi oleh-oleh yang banyak dicari ketika berkunjung ke Papua. Sehingga menyebabkan benda ini mahal harganya. Hal ini dipengaruhi oleh bagaimana ukiran-ukiran yang dibuat begitu detail dan rumit. Dan seolah-olah hanya suku asal papua tersebutlah yang mampu membuatnya. Ciri khas dari perisai ini berbentuk panjang persegi panjang dengan melengkung pada ujung atas atau bawahnya. Ciri khas itulah menjadikan barang ini mahal serta banyak dicari.
Patung nenek moyang yang unik bentuknya
Keindahan alam Papua memang suatu hal yang tidak terbantahkan. Mungkin hal tersebutlah yang banyak mempengaruhi ukiran patung suku Asmat. Pasalnya lewat keindahan ukiran patung tersebut banyak wisatawan luar negeri ingin memilikinya. Hal ini banyak dikarenakan oleh bentuk patung yang selalu unik dengan mengandung makna. Ditambah lagi pewarnaan yang masih menggunakan tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan mereka dan setiap warna memiliki makna tertentu. Tak ayal membuat banyak orang luar negeri mau membayar mahal akan karya seni tersebut.
Patung hewan khas Papua yang Sering hidup disektir mereka
Selain berbentuk manusia pahatan patung suku Asmat juga berbentuk hewan. Dan hewan yang sering dijadikan model untuk karyanya adalah Kasuari. Burung ini dipilih karena dekat dengan kehidupan mereka. Biasanya pembuatan begitu detail dari mulai mata sampai badan. Hal unik saat proses pembuatannya adalah dengan menggunakan alat sederhana berupa kapak batu dan taring babi untuk menghaluskan patung tersebut. Berbagai macam pahatan hewan tersebut nantinya ditambahkan bulu untuk menambahkan kesan indah.
Patung wajah-wajah yang disusun tinggi seperti suku Maya
Berbicara patung karakter orang yang disusun ke atas tentu suku Maya paling terkenal. Tapi tahukah sobat bahwa benda tersebut juga dibuat oleh suku Asmat. Biasanya mereka membuat dengan bersusun hingga maksimal lima lapis. Meskipun kalah tenar dari patung suku maya tetapi karya suku Papua ini tergolong unik, dengan selalu detail pada setiap patungnya ditambah lagi setiap karakternya juga berbeda-beda tidak ada kesamaan antar patung. Tapi sangat disayangkan patung yang menarik banyak minat ini orang luar negeri belum dapat dipasarkan dengan baik di Indonesia.
Kano alat transportasi suku Asmat yang juga banyak diminati
Kano menjadi barang suku Asmat yang tidak kalah mahal harganya. Pasalnya benda yang juga digunakan sebagai transportasi suku tersebut, memiliki kuwalitas yang baik dan memiliki ukiran-ukiran unik khas suku asli Papua tersebut. Biasanya memiliki panjang 15 meter dan muat dinaiki 3-4 orang. Hal ini tentu menjadikan suku Asmat tidak hanya mampu membuat karya seni tetapi juga mampu membuat alat transportasinya sendiri. Untuk sobat yang ingin melihat langsung pembuatannya, dapat langsung datang ke Teluk Flamingo dan Teluk Cook, pantai sebelah barat daya Papua.
Kemampuan suku Asmat dalam membuat karya seni. Tentu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam meningkatkan kehidupan di sana. Karena dengan batuanlah karya-karya mereka yang saat ini banyak diminati dunia itu, akan lebih banyak menghasilkan uang. Dari sini juga kita dapat belajar bahwa orang Papua tidak kalah dengan orang-orang dari daerah lainnya.