Categories: Tips

4 Kepercayaan Masyarakat Melayu Natuna Ini Pantang Dilanggar Bila Tak Ingin Ketiban Sial

Masyarakat Indonesia sepertinya bisa dikategorikan sebagai orang yang taat. Bukan cuma urusan agama, melainkan tapi juga kepercayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat di daerah tertentu. Di Indonesia sendiri ada banyak sekali kepercayaan asli daerah. Hebatnya di era modern ini kepercayaan tersebut tetap dipegang teguh oleh masyarakat setempat tersebut.

Ada juga yang mengatakan bila kepercayaan tersebut dilanggar maka akan ada hal buruk yang menimpa kita. Percaya atau tidak itulah yang dirasakan bagi para penganutnya. Salah satunya adalah masyarakat dari salah satu daerah di Indonesia, Kepulauan Natuna. Selain dikenal karena konfliknya dengan negara-negara tetangga, masyarakat Natuna masih termasuk pemegang kepercayaan daerah yang teguh. Berikut adalah contoh kepercayaan yang berkembang di daerah Natuna yang masih diyakini sampai sekarang.

Makanlah apapun yang disuguhkan

Melihat poin di atas mungkin kita menganggap itu hal biasa ya, saat berada di Natuna dan kita berkunjung di rumah warga, kita akan disuguhi makanan yang pantang untuk ditolak. Suka atau tidak suka kita dengan makanan tersebut. Meski perut kita sudah tidak dapat menampung makanan, kita tetap harus memakannya. Bila tak sanggup memakannya, alternatif lain adalah mencolek makanan atau minuman yang disuguhkan dengan jari kita kemudian kita kecap jari tersebut.

makan suguhan [image source]
Kalau kita menolak atau bahkan tak menyentuh makanannya, waspadalah yang namanya sepunan atau celaka. Bentuk dari celaka ini bisa bermacam-macam, mulai dari tertimpa buah kelapa sampai luka terkena parang. Percaya atau tidak tapi kepercayaan ini sudah memakan korban. Bayangkan di sana siapa saja bisa celaka hanya karena tidak mencicipi makanan atau minuman yang sudah ditawarkan.

Jangan menyebutkan makanan sembarangan

Cerita tentang sepunan atau celaka tidak berhenti di situ saja. Kita bisa sepunan atau celaka bukan hanya karena tidak menyantap makanan yang dihidangkan, bahkan saat sedang memikirkan atau membicarakan makanan yang tidak bisa dimakan saat itu juga. Jadi hindarilah sembarang menyebutkan keinginan kita memakan sesuatu bila tidak ingin celaka.

makanan natuna [image source]
Misalnya saja saat di sana kita terlanjur menyebutkan dan bercerita bahwa kita menginginkan pizza (makanan yang tidak dapat ditemukan di sana), untuk menghindari celaka kita harus segera meludah satu kali ke samping kanan dan satu kali ke samping kiri kita.

Jangan keluar rumah saat hujan panas

Kepercayaan ini sering ditekankan pada anak-anak kecil di Natuna. Saat hari sedang panas namun turun hujan, biasanya orangtua sibuk membawa anak-anak mereka masuk ke rumah. Mengapa? Karena menurut kepercayaan orang tua jaman dahulu, anak-anak yang bermain di luar rumah saat sedang hujan panas akan terkena cacok alias ditegur hantu.

hujan panas [image source]
Kalau sudah kena cacok, anak jadi menderita demam. Demam karena cacok ini cenderung tak wajar dan biasanya tidak mempan diobati dengan menggunakan perlakuan perawat atau dokter. Jadi para orangtua akan meminta air tawar atau air yang sudah diberi doa pada sesepuh tempat tersebut.

Pasca melahirkan, ibu harus makan ikan ‘sandal jepit’

Lagi-lagi tentang makanan. Ibu yang baru saja melahirkan di Natuna dilarang makan makanan yang macam-macam, khususnya makanan dengan tekstur basah atau berkuah termasuk sayur. Ibu-ibu di sana hanya boleh makan ikan ‘sandal jepit’ atau ikan yang dibakar sampai kering.

ikan salai [image source]
Sebenarnya hal itu hanya bertujuan agar lemak tidak menggumpal di perut sang ibu. Tapi hal ini biasanya membuat sang ibu mengalami kesulitan saat menyusui karena tidak dapat memproduksi ASI secara normal. Meskipun kepercayaan ini juga terdengar sepele, tapi hampir semua ibu melakukannya pasca melahirkan. Mau tidak mau walaupun terkadang mereka merasa bosan dengan menu makanannya.

Itulah empat kepercayaan masyarakat Natuna yang masih diyakini sampai sekarang. Warga Natuna masih banyak yang mempercayai hal-hal mistis meskipun mereka sudah tersentuh dengan berbagai jenis teknologi. Orang-orang Natuna juga sangat ‘disiplin’ dalam mematuhi kepercayaan tersebut. Jadi bila berencana mengunjungi Natuna, kenali dulu budayanya sehingga terhindar dari hal-hal di atas.

Share
Published by
Faradina

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago