in

5 Penyebab Warga Tetap Nekat Tinggalkan Palu Hingga Membuat Gubernur Sulteng Marah Besar

Kota Palu yang berangsur-angsur pulih pasca bencana gempa dan tsunami yang terjadi beberapa waktu lalu, ternyata masih menyisakan beberapa kejanggalan. Salah satunya adalah masih banyaknya warga yang dahulu tinggal di Palu, memilih keluar dari daerah tersebut dengan alasan yang beragam. Alhasil, kejadian ini pun sempat memantik emosi Gubernur Sulteng, Longki Djanggola.

Meski demikian, amukan sang Gubernur rupanya tak menyurutkan aksi eksodus besar-besaran dari warga Palu untuk keluar dari daerahnya. Meski sejumlah bantuan berupa logistik dan tenaga kemanusiaan telah berdatangan, pada korban terdampak bencana tersebut seolah enggan tinggal lagi di Kota Palu. Apa yang jadi penyebabnya?

Mencari tempat tinggal yang layak

Ribuan warga Palu berebut meninggalkan daerah terdampak bencana lewat jalur darat [sumber gambar]
Dilansir dari suara.com, ribuan warga kota Palu juga berbondong-bondong meninggalkan daerah asal mereka pasca terjadinya bencana. Lewat jalur darat, mereka mencari tempat tinggal sementara yang dianggap layak. Sejumlah dari warga bahkan berencana untuk mengunjungi sanak saudaranya. Meski kondisi jalan pada jalur darat yang ditempuh sangat licin dan berbau menyengat dari mayat, masyarakat tetap bersikeras keluar dari Palu dengan harapanya bisa menemukan tempa berteduh yang layak untuk sementara.

Kondisi ekonomi menjadi alasan kuat untuk tinggalkan Palu

Perekonomian Palu yang perlahan mulai pulih kembali [sumber gambar]
Carut marut dari bencana yang terjadi, juga berimbas pada kelumpuhan ekonomi yang semakin memperparah kondisi warga di dalamnya. Dilansir dari nasional.kompas.com, kegiatan ekonomi di Palu sejatinya sudah mulai beroperasi meski tidak semaksimal sebelum bencana terjadi. Sayang, beberapa warga masih tetap bersikeras meninggalkan Kota Palu. Terlebih, adanya penjarahan mall dan ATM beberapa waktu lalu juga semakin menambah daftar panjang mereka yang trauma tinggal di wilayah terdampak bencana tersebut.

Kesulitan mengakses MCK yang bisa timbulkan wabah penyakit

Keberadaan MCK yang terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi pengungsi Palu [sumber gambar]
Kurangnya akses warga untuk membuang hajat mereka di lokasi terdampak bencana, menjadi persoalan pelik di tengah-tengah masyarakat. Dilansir dari bbc.com, sarana untuk MCK memang menjadi kebutuhan yang mendesak di tengah bencana selain bahan makanan dan tempat tinggal sementara. Terlebih, adanya bau busuk dari mayat korban yang masih belum bisa dievakuasi, juga menjadi alasan mereka untuk berpindah mencari lokasi yang layak.

Trauma dengan adanya bencana susulan

Warga antre di Bandara untuk meninggalkan Kota Palu [sumber gambar]
Meski kondisi Kota Palu mulai bangkit dan berbenah secara perlahan, banyak warga sekitar yang justru masih trauma dengan adanya bencana susulan. Dilansir dari nasional.kompas.com, mayoritas masyarakat yang hendak keluar dari Palu merupakan warga pendatang dari luar. Karena penerbangan komersial tidak bisa beroperasi pasca gempa, banyak dari mereka yang akhirnya antri untuk diangkut dengan pesawat Hercules milik TNI AU. Mungkin, hal inilah yang menjadi penyebab kemarahan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola,

Daerah yang tak lagi bisa ditinggali karena rusak akibat gempa

Wilayah Petobo yang tak bisa ditinggali [sumber gambar]
Seperti wilayah Petobo dan Balaroa yang rusak akibat peristiwa Likuifaksi, banyak warga yang selamat dari amukan bencana memilih eksodus lantaran lingkungan mereka tidak bisa ditinggali lagi. Dilansir dari liputan6.com, ada sekitar 8.110 orang pengungsi keluar dari kota Palu. Rinciannya, 4.631 orang ke Makassar, 1.173 orang ke Balikpapan, 182 orang ke Jakarta, dan 171 orang ke Manado. Selain tempat tinggal, mereka terpaksa eksodus besaran karena stress dan kebutuhan pokok yang belum terpenuhi.

Pasca terjadinya gempa, pemerintah seharusnya secara sigap bisa bekerjasama dengan masyarakat pasca terjadinya gempa. Pertama, memberikan pemulihan kondisi psikologis warga yang trauma agar tidak ketakutan. Kedua, bergerak cepat memberikan sarana dan logistik yang dibutuhkan, serta menginformasikan kegiatan apa saja yang mendukung pemulihan kota Palu pasca terjadinya bencana. Tentu bukan pemerintah saja, tapi juga didukung oleh seluruh elemen masyarakat dan relawan yang ada.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Twitwor ‘Balada Mantan Ngutang’ yang Jadi Drama Paling Hangat Minggu Ini

Patut Dicontoh, Begini Cara Atlet Arab Saudi Tetap Jalankan Syariat dan Berjudo