Pada 24 April 2019 lalu, Kopassus merayakan hari jadinya yang ke-67 tahun. Pada usia tersebut, korps prajurit elite dari TNI Angkatan Darat itu telah banyak mengalami serangkaian peristiwa yang membuatnya disegani sebagai salah satu pasukan khusus terbaik dunia. Dikenal dengan ciri khasnya yang menggunakan baret merah, satuan ini juga mempunyai kemiripan dengan Paras (Parachute Regiment) Inggris.
Selain sama-sama dikenal sebagai pasukan khusus dengan kualifikasi komando, baik Kopassus dan Paras ternyata memiliki kemiripan. Meski demikian, tentu saja ada beberapa perbedaan dari masing satuan elit tersebut. Terutama dari segi menu latihan secara khusus yang menjadi ciri khas dari SAS dan Koppassus. Seperti apa kemiripan kedua pasukan khusus tersebut?
Sama-sama menggunakan baret merah sebagai identitas
Dikenal sebagai resimen parasut, Paras merupakan resimen infanteri elit dari Angkatan Darat Inggris. Sebagai satuan khusus, unit yang dibentuk pada 22 Juni 1940 selama Perang Dunia Kedua ini menggunakan baret merah maroon sebagai identitas mereka. Di Eropa, batalion ini membentuk bagian dari Divisi Lintas Udara ke-1, Divisi Lintas Udara ke-6 dan Kelompok Brigade Parasut Independen ke-2. Tiga batalion lainnya bertugas bersama Angkatan Darat India Britania di India dan Burma. Pada akhir Perang Dunia Kedua, jumlahnya dikurangi menjadi tiga batalion tentara reguler yang ditugaskan ke Brigade Parasut ke-16 dan kemudian Brigade Lintas Udara ke-5.
Sama dengan Kopassus di Indonesia, pasukan elit ini juga datang dari tubuh TNI Angkatan Darat dan juga menggunakan baret merah terang sebagai ciri khasnya. Dengan mengusung motto “Berani, Benar, Berhasil”, Kopassus dibagi menjadi lima grup, yakni Grup 1/Parakomando (Serang, Banten), Grup 2/Parakomando (Kartasura, Jawa Tengah), Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Batujajar, Jawa Barat), Grup 4/Sandhi Yudha (Cijantung, Jakarta Timur) dan Grup 5/Anti Teror (Cijantung, Jakarta Timur).
Para anggotanya digodok dengan latihan berat yang melelahkan
Karena menyandang titel sebagai pasukan khusus, baik Kopassus maupun Paras memiliki metode latihan yang lebih daripada pasukan reguler biasa. Untuk resimen Paras, latihan terjun payung (Para) menjadi menu utama setelah latihan fisik dasar seperti keahlian menembak, lari dengan balok dan lainnya. Hebatnya, satuan ini ditekankan untuk menjadi penerjun khusus yang bisa langsung bertempur saat mendarat di atas tanah. Dengan mengusung motto “Ready for Anything”, Paras menjadi penerjun yang diandalkan oleh Angkatan Darat Kerajaan Inggris.
Sama dengan Kopassus, prajurit elit dari satuan TNI Angkatan Darat ini juga dilatih dengan pola pendidikan yang sangat menguras tenaga dan mental. Dilansir dari laman jakartagreater.com, para calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan lainnya. Ada juga Tahap Hutan Gunung yang melatih siswa untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan dan ditutup dengan kamp tawanan yang mengerikan. Tentu saja, hanya calon prajurit pilihan yang mampu melaksanakan latihan berat tersebut.
Dibekali kemampuan yang tak dimiliki prajurit biasa
Sesuai namanya, Resimen Parasut atau Paras Angkatan Darat Kerajaan Inggris dibekali kemampuan Para (penerjunan) untuk merebut instalasi penting milik musuh. Sebagian besar pelatihan terdiri dari kursus penyerangan dan perjalanan rute. termasuk menguasai jembatan setelah diterjunkan, jalanan utama, rel, instalasi penting seperti radar dan benteng pertahanan musuh (pilbox) di sepanjang wilayah sasaran. Sebagai pasukan payung, kecepatan, koordinasi dan penyerbuan mendadak ke sasaran, adalah kemampuan spesial yang dimiliki oleh prajurit Paras.
Kopassus pun tak kalah sangarnya dengan Paras. Selain telah dibekali kemampuan terjun (Para), prajurit baret merah juga dilatih untuk menjadi mesin perang yang efektif dan efisien di lapangan. Kemampuan seperti Combat SAR, Anti Teror, Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus), dan serangan langsung (direct action) pada musuh, merupakan skill dasar yang ada pada masing-masing prajurit. Mereka juga dibekali kemampuan lain non-perang seperti Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
BACA JUGA: Gaharnya Sandi Yudha, Pasukan Rahasia Kopassus yang kerap Bunuh Lawannya dengan Senyap
Tak mudah memang menjadi seorang prajurit elit seperti Paras dan Kopassus di atas. Selain membutuhkan fisik dan mental yang prima, para prajuritnya juga dituntut untuk memiliki intelegensia di atas rata-rata. Mengingat, titelnya sebagai pasukan khusus yang berkemampuan tinggi dari unit reguler biasa dan tugas berat yang bakal menanti di depan.