Jumlah penduduk Muslim di dunia hingga tahun 2016 ini mencapai 1,7 miliar jiwa atau kurang dari seperempat total penduduk di bumi. Di beberapa negara seperti Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan Negara Liga Arab, Muslim menjadi penduduk mayoritas. Berbeda dengan Muslim yang ada di India, Tiongkok, hingga Myanmar. Di beberapa negara itu Muslim adalah minoritas dan kerap mendapatkan perlakuan yang tak adil.
Penduduk Muslim minoritas di beberapa negara kerap mendapatkan tekanan. Bahkan mereka diusir dan dibantai dengan dalih menjaga stabilitas negara. Inilah empat kelompok Muslim minoritas yang akhirnya terusir dari negara yang telah lama mereka sebut sebagai rumah.
1. Muslim Rohingya – Myanmar
Beberapa tahun lalu, nama Muslim Rohingya kembali bergaung setelah banyak pengungsi yang berlayar mencari suaka. Mereka terusir dari Myanmar yang merupakan tanah dan rumah tempat di mana mereka lahir dan besar. Sayangnya rezim sekarang begitu gigih untuk menekan mereka. Melakukan segala jara agar Muslim Rohingya habis dan tak menjadi minoritas yang dianggap menyusahkan.
Tak sekali dua kali pemerintah Myanmar melakukan penyerangan hingga kerusuhan kerap terjadi. Yang paling parah adalah Muslim Rohingya disebut sebagai alien-nya Myanmar. Sebuah kelompok minoritas tak asli Myanmar yang harus segara dilenyapkan. Kejadian seperti pembunuhan, pembakaran, hingga tindakan amoral pada wanita kerap terjadi dan terkesan ditutup-tutupi dari pemberitaan dunia.
2. Muslim Uygur – Tiongkok
Muslim Uygur di Tiongkok banyak sekali mengalami diskriminasi oleh Pemerintah Tiongkok yang beraliran komunis. Kelompok minoritas yang hanya berjumlah 15 juta jiwa inti terus ditekan agar tidak melakukan ibadah sesuai Islam. Pemerintah Tiongkok banyak sekali menyuruh warga Etnis Han untuk pindah ke sini dan memenuhi Xinjiang yang merupakan tanah asli etnis Muslim Uygur.
Dalam pekerjaan, Etnis Uygur kerap mendapatkan perlakuan yang tak baik. Gaji dibuat rendah hingga dipecat begitu saja. Pemerintah Tiongkok secara tidak langsung ingin menghapus kebudayaan asli dari Uygur dengan menyusupkan banyak etnis asli Tiongkok. Muslim Uygur di Tiongkok pun kerap dianggap sebagai separatis hingga harus dihancurkan agar tidak merusak tatanan masyarakat Tiongkok.
3. Muslim Kashmir – India
Penduduk Kashmir yang beragama Islam berjumlah sekitar 5,5 juta orang. Mereka hidup di daerah perbatasan yang selalu dipenuhi dengan konflik antara India dan Pakistan. Muslim Kashmir sejak tahun 1947 harus bertahan hidup dengan situasi yang sangat tidak mendukung. Bahkan, tak terhitung lagi berapa banyak orang yang meninggal dunia akibat konflik berkepanjangan dan tak ada habisnya.
Akibat perang, Kashmir jadi memiliki banyak milisi yang menuntut kebebasan. Akibat hal ini India memperlakukan semua Muslim di wilayah ini dengan buruk. Bahkan untuk orang yang dicurigai sebagai milisi akan ditangkap dan disiksa dengan sangat mengerikan. Penduduk Kashmir seperti terusir dari tanah yang telah mereka tempati sejak ratusan tahun yang lalu. Sungguh miris!
4. Muslim Uttar Pradesh – India
Jumlah Muslim yang ada di India sebenarnya masuk jajaran terbesar di dunia. Ada 180 juta Muslim yang mendiami anak Benua Asia ini. Sayangnya, keberadaan mereka terutama d daerah Uttar Pradesh sangatlah mengenaskan. Mereka kerap mendapatkan diskriminasi dari penduduk di lain daerah terutama masalah pekerjaan dan juga pendidikan. Orang dengan latar belakang Uttar Pradesh kerap dianggap tak berguna dan tak sebanding dengan penduduk asli yang mayoritas memeluk Hindu.
Diskriminasi ini tentu mendapatkan protes banyak sekali pihak. Namun hingga sekarang diskriminasi ini kerap terjadi. Akibatnya banyak penduduk Muslim di negeri ini yang hidup dalam kemiskinan tak berujung. Bahkan sekitar 95% Muslim di negara ini berada di bawah garis kemiskinan. Benar-benar miris! Mereka seperti dialienisasi oleh banyak orang hingga tak tahan untuk hidup di tanahnya sendiri.
Inilah empat kelompok muslim minoritas yang terusir dari negaranya sendiri. Mereka didiskriminasi dengan sangat buruk hingga akhirnya tak bisa bertahan di tanah yang mereka tempat sejak lahir. Masalah kepercayaan masih menjadi pemicu banyak orang untuk saling menyakiti satu sama lain. Semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi di Indonesia, entah terhadap minoritas ras, suku, atau agama apa pun.