Sebagai negara maritim yang wilayahnya terdiri dari lautan dan kepulauan, memiliki kekuatan militer di atas luasnya samudera menjadi hal yang harus dimiliki oleh Indonesia. Terlebih, konflik yang terjadi belakangan ini banyak berkutat di daerah Laut Cina Selatan yang disengketakan oleh banyak pihak. Mau tidak mau, militer Indonesia juga mewaspadai hal tersebut dengan meningkatkan kemampuan alustsista lautnya.
Tak hanya Indonesia, negara-negara tetangga di kawasan ASEAN juga berlomba-lomba dalam meningkatkan teknologi militer negaranya, khususnya di matra laut. Bukan apa-apa, Cina sebagai negara adidaya di wilayah Timur, bisa saja menjadi ancaman serius bagi negara-negara di Asia Tenggara yang rawan konflik seperti Indonesia, Filipina, Vietnam, atau Malaysia. Lantas, seperti apa persiapan AL Indonesia dan negara tetangga lainnya?
Malaysia dan Singapura gencar memodernisasi peralaran tempur laut miliknya
Sebagai bentuk antisipasi, kedua negara tetangga ini telah melakukan sejumlah tindakan untuk memodernisasi alutsistanya di matra laut. Seperti yang ditulis pada laman tirto.id, Malaysia mendapatkan 2 kapal fregat F2000 dari Inggris dan 6 Gowind Class korvet dari Perancis. Sedangkan Singapura, mendatangkan 6 kapal fregat kelas Formidable dengan desain Lafayette dari Perancis. Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, keduanya mulai melakukan perombakkan pada 2008 silam.
Vietnam gandeng alutsista Rusia untuk berjaga-jaga dari kedigdayaan militer Cina
Sebagai upaya antisipasi, Vietnam juga tak ketinggalan untuk memperkuat jajaran alutsista lautnya. Sama seperti Cina yang dekat dengan Rusia, negara yang pernah berkonflik dengan militer AS itu mendekati negeri beruang merah untuk memenuhi urusan mesin tempur lautnya. Dilansir dari tirto.id, sudah menambah 4 fregat Gepard tipe 3.9 buatan Rusia hingga 2016 lalu. Tak hanya itu, Rusia juga membantu dalam memodernisasi sistem pertahanan misil angkatan laut di kapal korvet Moiniya, Tarantul milik AL Vietnam dan beroperasinya 6 kapal selam kelas Kilo. Dari sederet alutsista yang ada, Vietnam menjadi negara dengan AL terkuat di ASEAN.
Filipina pilih bekerjsama dengan AS untuk urusan kekuatan tempur di laut
Bisa dibilang, pertumbuhan peremajaan teknologi militer Filipina tergolong pesat. Dikutip dari laman tirto.id, negara yang condong ke AS itu mendatangkan belasan kapal fregat dan korvet dari Amerika Serikat, Italia, dan Jepang, meski semuanya armada bekas. Tak hanya membeli alutsista di negara maju, pemerintah Filipina juga mengakuisisi kapal perang buatan PT. PAL Indonesia yang berjenis Strategic Sealift Vessel (SSV).
Thailand memperbaharui teknologi lawas dengan alutsista laut buatan Amerika Serikat
Senada dengan Filipina, Angkatan Laut kerajaan Thailand juga tengah mendekati Amerika Serikat guna menambah serta meningkatkan kemampuan alutsista militernya. Khususnya armada laut. Laman tirto.id menuliskan, hal ini dilakukan karena mayoritas dari mesin perang yang dimiliki negeri gajah putih itu termasuk teknologi lawas meski tak sepenuhnya usang. Hasilnya, Thailand pun mengantongi delapan korvet dan tujuh fregat.
Indonesia mau tak kalah dengan mengadopsi berbagai teknologi canggih untuk AL
Merujuk data dari Global Fire Power, TNI AL Indonesia memiliki beberapa alutsista laut yang masih akktif, yakni 7 fregat, 24 korvet, dan 4 kapal selam. Dilansir dari tirto.id, beberapa mesin perang samudera itu tergolong keluaran baru, seperti KRI Martadinata, KRI Gusti Ngurah Rai, atau Kapal Selam Nagapasa. Hampir mirip dengan Angkatan Laut kerajaan Thailand, hampir 70 persen alutsista TNI saat ini berumur lebih dari seperempat abad. Selain itu, keunggulan AL Indonesia juga ditunjang dengan kehadiran satu kapal selam Chang Bogo-class yang pada 2018 lalu akan didatangkan sebanyak 2 buah. Selain itu, TNI juga berencana mendatangkan 12 kapal selam tipe Kilo dari Rusia.
BACA JUGA: Kapal Selam Tercanggih Milik TNI AL Ini Siap Jadi Siluman Bawah Laut Indonesia
Sengketa yang terjadi di wilayah Laut Cina Selatan, berpotensi menjadi ancaman militer berskala luas dengan negara-negara anggota ASEAN. Indonesia yang notabene memiliki pertahanan di Natuna, hanya memiliki waktu 15 menit untuk mempersiapkan kedatangan jet tempur Shengyang J-11 dari pangkalan militer Cina di Laut Cina Selatan. Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sedari dini, bisa menjadi langkah awal untuk mengantisipasi hal tersebut.