Categories: Trending

5 Kekejaman yang Dilakukan Polisi Jepang Saat Perang Dunia ke-II

Dunia pernah ketakutan dengan Gestapo, sebuah Polisi yang dibentuk oleh Nazi. Kekejaman mereka membuat Eropa menjadi lautan darah. Di Asia, khususnya Asia Timur, Jepang memiliki sebuah pasukan militer termasuk Polisi yang dinamai dengan Kempeitai. Organisasi ini pertama kali dibentuk pada 1881 dan langsung membuat dunia kembali gerah. Pasalnya Polisi ini bertugas dengan super kejam.

Baca Juga : 5 Cerita Pembunuhan Mengerikan yang Diduga Dilakukan Oleh Para Pengikut Voodoo

Mereka melakukan penyiksaan-penyiksaan saat perang. Menculik penduduk lalu membunuhnya dengan cara yang sangat keji. Seperti yang terjadi saat perang dunia ke-II. Diperkirakan ada jutaan orang tak berdosa menjadi korban kekejaman Kempeitai. Berikut daftar-daftar kekejaman Polisi Jepang di era perang dunia ke-II.

1. Epidemic Prevention Departement

Kempeitai memiliki banyak sekali lembaga yang memiliki tugas khusus. Salah satunya adalah Unit 731. Mereka berisi kalangan dokter dan ilmuwan yang memiliki misi mengembangkan senjata Biologi dan Kimia. Saat perang dunia ke-II berlangsung. Jepang membangun ratusan fasilitas pengembangan ini dalam sebuah kamp konsentrasi.

Epidemic Prevention Departement [image source]
Para Kempeitai biasanya menculik penduduk atau tawanan perang untuk dimasukkan dalam kamp yang berisi penjara. Setelah tinggal beberapa saat dalam kamp mereka akan digunakan sebagai objek uji coba. Tubuh tawanan akan diberi racun dan dikenai senjata hingga tak terhitung lagi berapa nyawa yang melayang. Proyek ini dilakukan terselubung dengan dalih untuk mencegah adanya epidemi yang berbahaya.

2. Operasi Sook Ching

Saat Jepang berhasil menduduki Singapura, banyak sekali warga keturunan Cina yang ditangkap terutama kaum pria. Siapa saja pria yang berusia antara 15 hingga 50 tahun diminta untuk mendaftarkan diri ke bagian administrasi. Di sana mereka akan diintrogasi mengenai keloyalan terhadap jepang dan juga kecenderungan berpolitiknya. Jika para pria Cina ini tidak bisa menjawab atau salah mengatakan sesuatu ia akan langsung dieksekusi.

Setidaknya dalam beberapa bulan saja ada sekitar 30.000 orang yang dibunuh dengan cara yang keji. Mereka yang dibunuh kebanyakan berasal dari kaum cendekiawan, guru, orang yang pandai Bahasa Inggris hingga veteran. Pembantaian massal yang mengerikan ini tercatat dalam sejarah dan saat ini diperingati sebagai Singapore’s Schindler.

3. Pembunuhan Berantai Sandakan

Kalimantan akhirnya juga jatuh ke tangan Jepang saat perang dunia ke-II berlangsung. Sekitar tahun 1943 saat Singapura jatuh, banyak sekali tentara sekutu yang ditangkap. Sebagian besar dari mereka adalah militer Australia yang berganti status menjadi tawanan perang. Jepang membawa sekitar 1.500 orang tawanan perang ini ke pelabuhan Sandakan di Kalimantan. Mereka dibawa menggunakan kandang dari kayu yang ukurannya sangat sempit. Setelah sampai mereka digunakan sebagai budak di ladang-ladang pengeboran minyak mentah.

kurungan kayu untuk membawa tahanan perang [image source]
Para tawanan perang ini bekerja tanpa adanya makanan yang sesuai. Artinya selama berminggu-minggu mereka mengalami kekurangan nutrisi dan juga siksaan. Dari sekitar 1.500 orang tahanan perang dipercaya hanya ada enam orang yang berhasil selamat. Selebihnya meninggal akibat siksaan Kempeitai atau sakit akibat kekurangan nutrisi dan istirahat.

4. Kikosaku – Eksekusi Mati Tanpa Pengadilan

Saat Jepang masuk dan menduduki Pulau Jawa, banyak sekali warga keturunan Belanda-Indonesia dan Cina yang ditangkap tanpa sebab. Kempeitai akan menangkap orang blasteran terutama mereka yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Orang-orang ini akan dikenai Kikosaku karena dianggap sangat loyal dengan Belanda. Akibatnya ada ribuan orang blasteran yang meninggal akibat siksaan.

Kikosaku – Eksekusi Mati Tanpa Pengadilan [image source]
Apa saja yang berhubungan dengan Belanda selalu dianggap salah. Dianggap seorang mata-mata yang akan merugikan Jepang di Pulau Jawa. Kekejaman Jepang ini membuat orang-orang Belanda dan keturunan memilih bersembunyi atau segera hengkang dari Indonesia. Karena jika sampai ditangkap mereka akan dibunuh dengan cepat. Dan kemungkinan selamat bisa dibilang nol.

5. Penyiksaan Mengerikan Bridge House

Sekitar tahun 1937, Jepang menguasai Kota Shanghai di Cina. Mereka berhasil melumpuhkan semua keamanan kota dan membuatnya jadi kota yang mencekam. Siapa saja yang melakukan aksi protes anti-Jepang akan ditangkap dan diadili dengan keji. Para Kempeitai memburu jurnalis dan juga organisasi Huangdao hui yang menyebarkan propaganda anti-Jepang kepada semua penduduk di Shanghai.

Penyiksaan Mengerikan Bridge House [image source]
Dalam misi ini Kempeitai berhasil menangkap ratusan orang yang dianggap pembangkang. Mereka dimasukkan dalam sebuah gedung yang bernama Bridge House. Di sana mereka akan diadili dengan langsung disiksa. Bahkan beberapa langsung ditembak di tempat karena tidak mau mengakui kesalahannya. Bisa dibayangkan betapa mengerikan dan mencekamnya Shanghai yang saat ini menjadi begitu gemerlap.

Baca Juga : 7 Fakta Unik dari Katana, Senjata Pembunuh dari Jepang

Saat perang dunia ke-II Jepang telah melakukan banyak pelanggaran hukum di banyak negara. Salah satunya di Indonesia. Semoga lima hal di atas membuat kita sadar jika perang tidak ada manfaatnya. Perang hanya akan membuat orang tak berdosa meninggal dengan sia-sia. Sayangnya, perang masih ada di era modern seperti sekarang. Manusia harusnya bisa belajar dari sejarah.

Share
Published by
Adi Nugroho

Recent Posts

Tragedi Petugas Damkar Depok Gugur, Fasilitas Kurang Layak Sudah Sering Dikeluhkan Rekan

Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…

4 weeks ago

Kronologi Debat Cawabup Bojonegoro, Ricuh Karena Salah Satu Calon Dianggap Tak Ikuti Aturan

Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…

4 weeks ago

Kronologi Guru SD Tegur Murid Berujung Ditahan dan Dugaan Uang Damai 50 Juta di Konawe Selatan

Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…

1 month ago

Kasus Tabrak Lari di Solo dan Sukoharjo, Pengemudi Panik Takut Diamuk Massa

Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…

1 month ago

Jastip Sushi Bali ke Jakarta, Tiktoker Ini Makan Sushi Basi. Ternyata Begini Kronologinya

Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…

1 month ago

4 Drama Korea yang Bisa Membuatmu Lebih Tegas Menghadapi Takdir

Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…

1 month ago