Baru-baru ini karyawan Freeport sempat dibuat pusing karena ancaman PHK yang kabarnya akan dilakukan pada sekitar 33.000 orang. Hal ini terkait dengan perizinan kebijakan ekspor konsentrat yang sempat dihentikan oleh pemerintah Indonesia. Akibatnya, asosiasi pekerja perusahaan tambang raksasa asal Amerika Serikat (AS) berencana menggelar demonstrasi menentang langkah pemerintah. Hal ini tentu mereka lakukan agar rencana PHK tak terjadi. Selain fakta mencari pekerjaan yang tak mudah, tentu gaji selangit yang diberikan Freeport tak ingin dilepas para karyawan ini.
Memang bekerja di PT. Freeport Indonesia (PFI) memiliki gengsi yang tinggi. Gaji pun terbilang besar daripada perusahaan lainnya. Namun di balik hal itu, ada banyak kisah tragis yang menimpa beberapa karyawan Freeport. Ternyata, bekerja di perusahaan ini sempat membuat karyawannya mengalami luka berat bahkan meregang nyawa. Berikut ini akan dibahas beberapa peristiwa tragis yang menimpa karyawan Freeport.
Tewas Tertindih Dump Truk
Salah satu kejadian mengerikan menimpa 9 orang karyawan PFI. Kejadian itu bermula saat sebuah Dump Truk 777 menggilas mobil yang ditumpangi korban pada September 2014 silam. Akibatnya, sekitar 5 orang tewas seketika dan empat orang lainnya berhasil selamat dengan kondisi kritis waktu itu. Sampai saat ini, tidak diketahui dengan jelas sebab kejadian. Yang pasti, supir yang mengendarai Dump Truk dan melindas mobil Toyota berisi 9 orang di dalamnya itu tidak sedang berada di bawah pengaruh alkohol.
Kejadian serupa terulang di tahun 2016. Korbannya seorang karyawan bernama Lukas. Ia meninggal dunia akibat terlindas roda kendaraan loader. Kejadian ini diduga karena korban tidak menyadari kedatangan alat berat. Akhirnya korban meninggal di tempat, dengan kondisi tubuh nyaris hancur terlindas alat berat.
28 Orang Meninggal saat Ambruknya Terowongan Freeport
Peristiwa mengerikan ini terjadi pada bulan Mei 2013, saat aktivitas tambang berjalan sebagaimana hari-hari biasa. Dan tiba-tiba atap terowongan di area pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan runtuh. Saat itu sebanyak 38 orang sedang melakukan training dengan tema keselamatan kerja di kelas yang berada di kedalaman 600 meter. Mereka pun terjebak dan tidak kuasa untuk keluar dari areal tambang bawah tanah.
Setelah dilakukan evakuasi, ditemukan sekitar 28 orang meninggal dunia. Sedangkan 10 orang lainnya berhasil selamat karena berada di pinggiran ruangan. Setelah kejadian mengerikan itu, aktivitas tambang dibekukan untuk sementara waktu. Inilah kecelakaan kerja yang paling banyak merenggut banyak nyawa di perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu.
Jatuh Dari Ketinggian 10 meter
Kasus nahas lainnya dialami oleh Benyamin Denda Pasang, bagian elektrik yang bertugas memperbaiki listrik di PFI. Ia harus merelakan nyawanya melayang setelah jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter di pabrik Mile 74.
Awalnya korban sedang melakukan perbaikan kabel 2 Screen 404 di pabrik, Dan saat itu, sebuah papan jatuh dan mengenai sandaran yang digunakan korban untuk menyangga tubuhnya saat memanjat. Sontak ia terjatuh dan meninggal di tempat.
Tertimbun Longsoran Tambang Bawah Tanah
Mengebor tambang memang tidak semudah seperti kita menggali untuk tanaman di pekarangan belakang. Selain harus menggunakan peralatan yang super besar, risikonya juga cukup tinggi. Salah satunya adalah tertimbun longsoran material yang seringnya selalu membuat mati seseorang. Kejadian seperti ini cukup lumrah di dunia tambang, termasuk di Freeport.
Tercatat pernah ada kejadian di mana seorang pekerja Freeport meninggal lantaran tertimbun longsoran material pengeboran. Memang sangat susah untuk menyelamatkan diri di kondisi seperti itu. Ibaratnya seperti kita tersudut dalam sebuah ruang kemudian ditumpuki oleh barang-barang. Alhasil, tubuh pun tak bisa ke mana-mana.
Seperti inilah risiko bekerja di tambang. Tak hanya bakal dihadapkan dengan ancaman luka atau cacat fisik, tapi juga kematian. Tapi, di balik itu kita sama-sama tahu kalau bekerja di sana bakal terjamin secara finansial. 10 atau 20 juta adalah angka yang biasa mereka dapatkan tiap bulannya. Pepatah pernah bilang kalau di balik risiko yang besar, hasilnya juga memuaskan.