Badan SAR Nasional atau BASARNAS memang merupakan salah satu tim penyelamat kebanggaan Indonesia. Bagaimana tidak, pasukan berseragam oranye itu selalu bisa menunjukkan kinerja terbaiknya di lapangan. Namun belum lama ini kabar menyedihkan juga datang dari tim rescue terbaik Indonesia tersebut. Pasalnya saat melakukan evakuasi korban dalam peristiwa letusan Kawah Sileri di Pegunungan Dieng, helikopter Basarnas jatuh di wilayah Temanggung, Jawa Tengah.
Kejadian tersebut tentu saja sangat disayangkan oleh banyak orang, lantaran Basarnas lah yang selama ini selalu diharapkan dapat membantu masyarakat dalam berbagai macam bencana. Kekhawatiran pun sontak muncul di benak masyarakat kala mendengar kejadian tersebut. Jika kalian termasuk orang yang sempat khawatir mendengar berita tersebut, ada baiknya bila kita mengingat kembali kehebatan tim SAR Indonesia dalam beberapa misi penyelamatan berikut.
Tim SAR kecelakaan Air Asia
Sepertinya masih segar dalam ingatan tentang kecelakaan yang menimpa maskapai Air Asia QZ8501 beberapa tahun silam. Proses evakuasi kecelakaan pesawat yang terjadi di wilayah Pangkalan Bun, Kalimantan Timur itu merupakan salah satu bukti kehebatan tim SAR Indonesia yang jadi buah bibir dunia internasional. Tentu banyak dari kalian masih ingat betapa menantangnya tugas yang dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas serta TNI saat itu.
Sulitnya medan serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat tentu saja membuat proses pencarian semakin tidak mudah. Namun sekali lagi, bukan Indonesia bila tidak bisa melakukan hal terbaik. Pasalnya di hari ketiga pencarian, tim tersebut sudah berhasil menemukan puing pesawat serta jenazah korban. Dari situlah kemudian proses pencarian Air Asia QZ8501 dinyatakan sebagai proses investigasi dan evakuasi tercepat dalam sejarah tragedi penerbangan dunia. Kejadian itu pula lah yang membuat seorang direktur dari Flight Global Asia menyatakan bahwa Indonesia sangat ahli dalam menangani kecelakaan.
Tim SAR Sukhoi Superjet 100
Kehebatan tim Sar kita juga pernah diuji saat melakukan proses penyelamatan korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 pada 2012 silam. Bisa dibilang bahwa penyelamatan ini merupakan salah satu yang terbesar, pasalnya ada sekitar 2000 orang diturunkan untuk evakuasi korban di Gunung Salak. Ribuan personil tersebut kemudian dibagi lagi menjadi 750 tim untuk menyusuri Gunung Salak selama kurang lebih 10 hari.
Tantangan utama pada misi penyelamatan ini tentu saja medan yang cukup berat, di mana mereka harus menyusuri jalanan berliku yang dikelilingi hutan lebat. Belum lagi udara berubah menjadi sangat dingin saat malam tiba. Selain itu saat korban sudah mulai ditemukan, tim SAR harus membawa pulang jenazah dengan memikulnya melewati jalur sulit juga. Dan bila malam tiba, mau tidak mau mereka kembali menghangatkan diri dalam kantong jenazah meski sudah berisikan tubuh korban. Maka dari itu tidak heran jika banyak yang berpendapat bahwa proses evakuasi kecelakaan Sukhoi ini sangat misterius dan cukup menyeramkan, namun bisa dilakukan dengan luar biasa.
Tim SAR kawah Gunung Merapi
Masih ingat peristiwa yang menimpa seorang mahasiswa Yogyakarta di Gunung Merapi? Pada 2015 lalu, seorang mahasiswa bernama Eri Yunanto tidak sengaja terpeleset di kawah Gunung Merapi. Saat itu Eri diketahui berada di titik kedalaman 150 sampai 200 meter dari bibir kawah. Bayangkan saja bagaimana tim SAR harus masuk ke dalam untuk mengambil tubuh korban. Maka tak heran jika proses peyelamatan Eri membutuhkan waktu selama tiga hari.
Terkesan lama memang, tapi seperti yang disebutkan tadi bahwa di sana tim SAR harus berperang melawan panasnya suhu kawah yang mencapai 140 derajat serta terbatasnya jarak pandang. Untuk penyelamatan Eri, ada sekitar enam orang yang diturunkan, di mana mereka harus bertahan dari hembusan gas beracun solfatara. Dan di hari ketiga barulah tim SAR berhasil menurunkan korban dari puncak Gunung Merapi.
Tim SAR perairan Selat Bali
Kalau pada tiga cerita di atas anggota tim SAR harus bergelut dengan terjalnya medan, panasnya suhu kawah, serta tidak menentunya cuaca, belum lama ini Basarnas Kantor SAR Denpasar harus menaklukkan medan perairan. Pasalnya awal Juli lalu, mereka mendapat informasi mengenai sebuah kapal yang mengalami mati mesin di perairan Selat Bali. Untuk proses pencarian target, tim SAR melakukan proses penyisiran melalui udara dan laut.
Untuk yang bertugas di laut sendiri, ternyata harus terlebih dahulu terombang-ambing di Perairan Selat Bali selama semalaman. Kondisi sekitar yang gelap tentu saja sedikit menyulitkan tim laut untuk menemukan kapal tersebut, sampai kemudian tim udara berhasil mengetahui letak target. Dari situlah kemudian tim laut diarahkan menuju posisi kapal motor agar bisa dengan cepat dibawa kembali ke pelabuhan.
Tentu tidak mudah menjadi seorang anggota Basarnas atau tim SAR. Kita harus siap kapan pun dan di mana pun untuk melakukan proses penyelamatan korban kecelakaan. Belum lagi resiko dan tantangan lain yang akan dialami sepanjang perjalanan. Empat cerita di atas tentu sudah cukup mengingatkan kita betapa tangguhnya tim SAR Indonesia dan tidak salah jika mereka disanjung-sanjung di dunia internasional karena kinerjanya yang taktis.