Sejak nama Tri Rismaharini naik dan menduduki kursi walikota Surabaya, kota pahlawan ini jadi punya wajah baru yang berbeda dari biasanya. Ya, dengan segala upaya, Bu Risma menjadikan Surabaya sebagai kota keren bahkan masuk dalam nominasi Kota Terindah Dunia versi Guangzhou International Award 2018.
Hal ini tentu tidak dilakukan dengan cengangas-cecenges dan menyalahgunakan uang rakyat. Surabaya jadi indah karena sosok ibu dua anak ini juga sangat tegas dalam menjalankan setiap misinya. Jika dirasa pihak yang bekerja untuk Surabaya salah, Bu Risma tak segan untuk memarahi dan membentak. Sifat ini membuat semua bawahan yang bekerja segan sekaligus takut. Tapi, di satu sisi, ia tetaplah istri, ibu, serta perempuan yang punya sisi kelembutan.
Menghargai dan melindungi perempuan dengan menutup gang Dolly
Karena ketegasannya dalam berprinsip, Bu Risma dijuluki sebagai Singa Betina. Namun, sebagai seorang perempuan ia juga tidak ingin warganya mencari rezeki untuk menopang hidup dengan menjual tubuhnya. Inilah alasan utama Bu Risma menutup gang dolly yang terkenal sebagai lokalisasi terbesar di Surabaya.
Ia ingin perempuan terangkat martabat dan derajatnya serta diberdayakan sesuai dengan skill mereka masing-masing. Akhirnya, setelah Gang Dolly resmi ditutup, Bu Risma memberikan modal kepada para mantan PSK untuk memulai usaha dan mandiri secara ekonomi.
Memberi tempat tinggal layak huni kepada salah satu atlet pensiunan
Ada banyak cerita pedih para atlet yang dulu pernah membela Indonesia sewaktu muda. Mereka hidup terlunta, tinggal di tempat tak layak huni, dan terlupakan setelah masa pensiun. Hal ini juga terjadi pada salah satu atlet balap sepeda peraih emas yang bermukim di Surabaya, Namanya Suharto. Ia membawa nama Indonesia di ajang SEA Games 1979 di Malaysia untuk nomor Team Time Trial jarak 100 kilometer.
Sayangnya, masa tua Suharto tidak secerah medali yang ia raih. Ia sempat tinggal di rumah petak sempit dan bekerja serabutan. Terakhir pada 2016 ia menjadi seorang penarik becak. Untungnya, atas kebaikan hati Bu Risma, Suharto kemudian dipindahkan ke rusun layak dan dijamin akan hidup lebih baik. Ia juga dijadikan pelatih balap sepeda untuk anak-anak jalanan yang punya mimpi ingin mengharumkan nama Indonesia.
Mengejar pengemis tua dan memberinya sembako
Semua tatanan kota Surabaya dibenahi oleh Bu Risma, termasuk keberadaan para pengemis. Ia menegaskan bahwa para peminta-minta itu tidak lagi boleh beroperasi di Kota Pahlawan. Para pengemis didata untuk kemudian ditempatkan di Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) sebelum dipulangkan ke tempat mereka masing-masing.
Kejadian mengharukan pernah terjadi saat Bu Risma meninjau ke lapangan dan bertemu seorang nenek yang mengemis di sekitar jalan Darmo. Pengemis bernama Sartini (70) dikejar, diberikan uang dan sembako, lalu disuruh pulang dengan diantar Satpol PP.
Menjadikan bocah pengamen sebagai anak angkatnya
Sebagai seorang ibu, tentu Bu Risma tak tega melihat anak-anak terlantar dan tidak mendapatkan pendidikan. Lah, sudah lihat bukan bagaimana ibu dua anak ini menangis karena prihatin atas anak-anak korban terror bom Surabaya? Baru-baru ini Bu Risma diberitakan punya anak lagi. Bukan anak kandung loh, tetapi seorang pengamen kecil lintas kota yang bernama Fikri.
Fikri ternyata adalah anak seorang buruh cuci kos di daerah Petemon, Surabaya. Karena kondisi ekonomi, Fikri diajak oleh pamannya ngemis ke berbagai kota, Demak, Purwokerto, Tuban, Lasem, Pati, Rembang dan kota-kota lain. Namun, ia kemudian ditelantarkan. Karena pembawaannya yang ceria, cerdas itulah Bu Risma menawarkan Fikri menjadi anaknya. Bu Risma juga bilang akan kembali menyekolahkan bocah 7 tahun itu.
BACA JUGA: Demi Kemajuan Kotanya, Tri Rismaharini Rela Lakukan 5 Hal Ini
Se-sangar dan sekeras apapun Bu Risma, ia tetaplah seorang perempuan dan ibu yang lembut perasaannya dan mudah iba. Kita bisa belajar banyak dari sosok wanita 57 tahun tersebut. Tegas dalam memerintah sih sangat boleh, pada tempatnya. Selebihnya, Bu Risma adalah figure perempuan dan orangtua masa kini yang sangat patut dicontoh.