Pernahkah kita bertanya tentang bagaimana isi pikiran seorang pembunuh berantai. Bagaimana mungkin ia merasa puas, bahagia, dan tidak merasa berdosa setela menghabisi nyawa banyak orang. Apakah di kepala seorang pembunuh berantai hanya ada bagaimana cara membunuh orang, bagaimana merencanakan pembunuhan hingga menghilangkan barang bukti agar tindakannya tak dicium polisi.
Baca Juga : 7 Benda Menjijikkan yang Disimpan Pembunuh Berantai dari Korbannya!
Lalu muncul lagi satu pertanyaan di benak kita: bagaimana kehidupan para pembunuh berantai itu. Apakah selalu menyedihkan, mengerikan hingga membuatnya selalu emosi ingin membunuh. Langsung saja, inilah keanehan dari kehidupan pembunuh berantai yang jarang sekali diketahui banyak orang.
Kok bisa? Bagaimana mungkin seorang pembunuh berantai bisa merupakan orang yang baik, padahal mereka membantai banyak orang. Bahkan tanpa merasa berdosa. Sebentar, kita simak sebentar uraiannya.
Seorang gadis di Amerika terkaget-kaget saat mengetahui jika ayahnya adalah seorang pembunuh berantai. Ia hanya tahu jika sang ayah adalah orang yang sangat baik. Suka mengajarkan kepadanya mengenai mana yang baik dan buruk. Bahkan ia merupakan suami yang baik kepada istri. Tak pernah sekali pun melakukan hal-hal berbau kekerasan, apalagi sampai membunuh 10 orang.
Namun hal ini memang terjadi. Darian Rawson membunuh sepuluh orang dalam tempo 31 tahun. Dan selama itu pula apa yang ia lakukan tak diketahui oleh istri maupun anaknya. Hingga akhirnya ia ditangkap oleh FBI dan harus mempertanggungjawabkan apa yang telah ia lakukan. Semua rekan dan keluarga tak menyangka jika orang sebaik Darian adalah pembunuh berantai. See? Pembunuh berantai juga merupakan orang baik, meski menyimpan sisi gelap kehidupannya yang lain.
Seorang psikolog forensik bernama Dr. Nigel Blackwood mengatakan: tidak ada cara untuk menyembuhkan seorang pembunuh berantai, pembunuh berantai adalah psikopat yang tidak takut hukuman seperti orang normal rasakan. Mengobati seorang pembunuh berantai hanyalah hal yang sia-sia karena suatu ketika ia akan kembali kambuh dan haus darah untuk menghabisi korbannya.
Meski tidak bisa disembuhkan, seorang pembunuh berantai bisa dikendalikan atau paling tidak perilakunya dibuat lebih baik. Seperti yang dialami oleh Dennis Rader. Sejak dipenjara tahun 2005 karena kasus pembunuhan berantai, pria ini mengalami perkembangan yang sangat baik dari segi perilaku. Seorang psikolog bernama Scoot A Bonn mengatakan jika Dennis masih bisa membunuh tapi kemungkinan itu bisa diperkecil dengan beberapa metode terapi.
Seorang psikologis bernama Dr. Doroty Lewis merilis sebuah studi pada tahun 1986 tentang kerusakan otak dari pembunuh berantai. Hal ini didasari penelitian yang ia lakukan kepada 15 narapidana di penjara. Dari 15 orang pembunuh itu hampir semua mengalami benturan di kepala hingga otaknya mengalami gangguan atau kerusakan. Hal ini membuat Doroty mengaitkan hubungan antara pembunuh dan juga kerusakan otak.
Penelitian yang dilakukan oleh Doroty banyak mengalami kritik. Ilmuwan lain menyebutkan jika penelitian ini tidak valid, karena hanya mengambil sample yang sedikit. Penelitian Doroty tidak mewakili semua narapidana pembunuh. Karena jika hal ini diterima mentah-mentah, tindakan membunuh hanya akan menjadi gejala orang mengalami kerusakan otak. Padahal tidak semua orang yang mengalami kerusakan otak merupakan pembunuh.
Kita kerap mendengar sebuah ungkapan: buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Jika seorang anak dididik dengan tindakan yang buruk maka anak akan menjadi buruk pula. Jika anak dididik dengan baik maka anak juga akan menjadi baik. Hal inilah yang membuat pembunuh berantai atau penjahat dianggap mengalami kejadian buruk di masa kecilnya.
Tidak semua pembunuh berantai mengalami masa kecil yang kelam. Ia menjadi pembunuh berantai karena depresi yang mungkin ia ciptakan sendiri saat dewasa. Namun tak sedikit juga seorang yang teka memukul hingga membunuh banyak orang kerap mengalami siksaan saat kecil. Tindakan kriminal yang ia lakukan saat ini merupakan upaya pembelaan diri, atau sering kita sebut upaya balas dendam. Dengan membunuh atau menyakiti orang, seorang kriminal ini akan merasa lega sekaligus senang.
Pembunuh berantai adalah sebuah gen yang diwariskan dari pendahulunya. Kita boleh percaya atau pun tidak. Namun hal ini ternyata terjadi di beberapa generasi keluarga. Jika saja gen itu hanya berupa rambut keriting atau kulit gelap kita akan langsung mengiyakan. Namun tindakan pembunuhan adalah hal yang sifatnya non fisik. Kita butuh banyak referensi agar hal seaneh ini bisa dijelaskan dengan baik.
Seorang peneliti saraf James Fallon akhirnya memutuskan meneliti hal ini. Ia mengambil kasus apa yang terjadi di keluarganya. Beberapa garis keturunan dari Fallon ada yang merupakan pembunuh. Bahkan membunuh ibunya sendiri. Lalu ia membuat dugaan, mungkin ada kemungkinan otak dari pembunuh hampir semuanya sama. Dan benar juga, ia membandingkan scan otaknya dan otak pembunuh berantai.
Baca Juga : 6 Pembunuh dan Peneror Sadis Dunia, Ternyata Masih Muda
Hasilnya: hampir semua bagian otak Fallon sama dengan otak pembunuh berantai. Saat itulah Fallon jati takut jika suatu saat ia akan menjadi seorang pembunuh juga seperti para pendahulunya.
Mungkin kita akan menganggap seorang orang yang melakukan pembunuhan berantai adalah psikopat. Orang yang melakukan pembunuhan karena memang ia menyukainya. Namun dalam dunia pembunuhan, ada hal yang membuat mereka berbeda satu dengan lainnya. Visonary killer adalah orang yang mengaku mendengar bisikan untuk melakukan pembunuhan. Mission-oriented killers adalah orang yang merasa memiliki misi untuk membunuh tunasusila atau suku tertentu.
Jenis selanjutnya dari pembunuh berantai adalah Hedonic killers, orang yang sangat menikmati apa yang mereka lakukan. Hedonic killer inilah yang sering kita kenal sebagai pembunuh berantai atau psikopat. Mereka menganggap jika membunuh adalah hal yang sangat menyenangkan. Seperti yang dikatakan oleh The Zodiac Killer: “I like killing people because it is so much fun.”
Kita sering menganggap jika seorang psikopat adalah pembunuh berantai, begitu pula sebaliknya. Namun hal itu salah. Seorang psikopat belum tentu seorang pembunuh kejam yang seperti tidak memiliki rasa belas kasihan membantai siapa saja. FBI mengatakan jika psikopat adalah orang yang menjadi kasar, kurangnya rasa menyesal, menjadi impulsif, dan memiliki rasa empati yang kurang.
Pembunuh berantai adalah seorang psikopat yang bisa dibilang “level tinggi”. Mereka terus memperdalam rasa itu hingga akhirnya tega membunuh siapa saja. Bahkan dilakukan berkali-kali. Semua orang bisa mungkin bisa menjadi psikopat jika sudah kehilangan rasa empati terhadap sekitarnya. Namun jika ingin menjadi seorang pembunuh, mereka harus menghilangkan rasa bela kasihan hingga habis dan menganggap membunuh itu adalah hal yang sangat mengasyikkan.
Seorang profesor kriminologi dari Universitas Pennsylvania bernama Adrian Raine mengatakan: pembunuh berantai memiliki otak yang tidak berkembang secara sempurna hingga membuat pemiliknya melakukan pembunuhan, bahkan berulang. Adrian menyebutkan jika ada dua bagian dari otak yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dan hal mengerikan seperti membunuh dianggap sangat biasa.
Bagian pertama dari otak itu bernama ventromedia cortex. Jika bagian ini tidak berkembang dengan sangat baik, seseorang akan mengalami kurangnya kemampuan dalam membuat keputusan. Seorang pembunuh berantai tidak akan menganggap keputusan yang dilakukan adalah salah. Ia akan melakukan apa saja yang ada di pikirannya tanpa memikirkan terlebih dahulu. Bagian kedua yang mengalami pertumbuhan tak sempurna adalah dorsolateral cortex. Bagian ini akan memberikan kemampuan kepada kita untuk belajar dari kesalahan. Itulah mengapa para pembunuh berantai tidak pernah merasa berdosa dari apa yang mereka lakukan.
Baca Juga : 6 Orang Ini Tewas Setelah ‘Menyepelekan’ Tuhan
Semoga kita terhindar dari tindakan mengerikan yang menganggap nyawa manusia seperti mainan yang menyenangkan! Dan satu lagi, semoga kita tidak ter-develop sebagai psikopat hanya karena tidak memiliki empati dari apa yang terjadi si sekitar kita. Selalu lah berbuat baik kepada siapa saja!
Nama Indra Septiawan (IS) menjadi salah satu yang bikin gemas masyarakat Indonesia di tahun 2024…
Media sosial dihebohkan dengan kunjungan streamer kondang asal Amerika Serikat, IShowSpeed. Setelah sempat kunjungi negara-negara…
Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 mendapat banyak sorotan dari masyarakat. Dari infrastruktur tempat pertandingan…
Nama Raymond Chin pasti tidak asing di telinga bagi mereka yang sering scroll media sosial…
Sudah bukan rahasia umum lagi jika Korea Utara punya cara-cara yang berbeda dalam mengurus negaranya.…
Seorang gadis dari Provinsi Hebei, China, diketahui telah berpura-pura lumpuh selama lebih dari 20 tahun.…