Di samping keterbatasan lapangan kerja, mengapa banyak penduduk Indonesia yang lebih memilih bekerja ke negeri orang dibanding negara sendiri? Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin ada dua. Pertama, bisa menghasilkan rupiah lebih karena karena bayaran tinggi dengan hanya melakukan pekerjaan sepele, seperti asisten rumah tangga misalnya. Kedua karena masih ada mereka yang sudah tidak diterima di berbagai instansi dengan alasan rendahnya pendidikan.
Namun, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negeri orang memang harus siap dengan segala risiko buruk yang menimpa, tak terkecuali siksaan atau bahkan nyawa harus melayang. Malangnya nasib memang tak bisa dielak, di tengah maraknya kabar penderitaan para WNI yang ada di luar negeri, mereka adalah salah satu di antaranya.
Mungkin inilah yang dinamakan cemburu bisa membuat buta dan membawa petaka. Kisah tragis ini dialami oleh Santi Restauli Simbolon (25), wanita asal Medan yang bekerja di sebuah pabrik di Bayan Lepas, Malaysia. Santi ditemukan tewas dalam sebuah rumah di kawasan Paya Terubong (13/3/2018). Santi dibunuh dan dimasukkan ke dalam lemari oleh kekasihnya yang merupakan lelaki asal Nepal karena diduga cemburu. Kasus ini terkuak ketika pemilik rumah mencium bau busuk dari dalam lemari lalu melaporkan hal tersebut pada kepolisian Pulau Penang.
Setelah diselidiki, Santi ternyata sudah meninggal sekitar 2 hari sebelum jenazahnya ditemukan, polisi juga mengidentifikasi adanya sejumlah bukti kekerasan fisik pada tubuhnya. Hingga saat ini, jenazah Santi sudah dipulangkan ke Medan, sedangkan Sandip Gurung yang menjadi tersangka sedang dalam pencarian dan berstatus buronan.
Dijanjikan dengan uang yang berlimpah memang bisa membuat orang tergiur, walaupun harus pergi jauh ke negeri orang. Sayang, harapan tersebut kadang tak pernah menjadi kenyataan. Realitanya, mereka yang menjadi TKW lebih banyak mendapat tindakan tak layak dari para majikan, seperti kejadian yang menimpa 6 perempuan asal NTT ini. Mereka melarikan diri dan pulang ke Indonesia karena tak tahan dengan tingkah bejat sang majikan.
Perempuan berinisial SAK mengaku menyesal karena nekat pergi tanpa memikirkan akibatnya. Dia mengaku bahwa ia dan teman-temannya tak hanya mengalami kekerasan fisik, tapi juga disekap, ingin dijual, bahkan dipaksa kawin kontrak oleh majikannya. Tak hanya SAK yang mengalami penderitaan seperti itu, semua TKW yang dijanjikan pekerjaan juga ditempatkan dalam basecamp tak layak.
Taiwan menduduki peringkat ke-2 terbanyak melakukan kekerasan terhadap WNI yang bekerja sebagai TKI setelah Arab Saudi. Selain itu jumlah TKI yang mencapai ratusan ribu juga membuat kasus penyiksaan dan kekerasan semakin membludak di negara ini. Kisah perempuan ini pernah viral dan menjadi perbincangan banyak warganet akhir 2017 lalu. Seorang wanita yang tak diketahui identitasnya mengaku ia dipaksa memuaskan hasrat majikannya hampir setiap hari.
Keterbatasan uang dan tidak mampu berkomunikasi membuatnya kesusahan keluar dari kasus ini. Karena hal tersebutlah ia terpaksa merekam saat ia diperkosa secara paksa dan mengirimnya kepada seorang teman dengan harapan bisa mendapatkan pertolongan. Namun, bukannya mendapat support, video yang sempat diunggah di Youtube ini malah mendapat kecaman dari warga jagad maya. Setelah ditampung di Dinas Kesejahteraan Sosial Taiwan, wanita ini kemudian dipulangkan ke Indonesia.
Penyiksaan para TKI dan TKW kadang terjadi di luar batas kewajaran. Pada tahun 2010, salah satu wanita Indonesia bernama Sumiati ini mendapat siksaan yang nyaris membuatnya tak bisa berjalan seumur hidup. Perempuan berusia 23 tahun tersebut harus mendekam di rumah sakit karena penyiksaan yang terlampau biadab dari sang majikan. Diketahui ia bekerja di salah satu keluarga di Madinah. Namun, kekerasan fisik yang diterima sepertinya tak layak dilakukan kepada seorang manusia. Sumiati menderita luka gunting sehingga bibir bagian atasnya hilang, tubuhnya juga mengalami luka bakar bekas setrika, jarinya rusak, kulit kepala terkelupas, serta kaki yang nyaris lumpuh.
Sumiati tak bisa melakukan perlawanan dan meminta pertolongan karena ia tidak bisa berbahasa Arab atau Inggris. Konsulat Jenderal Indonesia bagian Perlindungan Warga Negara ketika itu menuntut agar kasus ini diselesaikan dan meminta pertanggungjawaban penuh dari pihak sponsor yang memberangkatkan Sumiati, sementara sang majikan harus mendekam di penjara.
Apalagi yang membuat mereka rela pergi jauh ke negeri orang kalau tidak uang untuk menghidupi keluarga. Terbatasnya lapangan pekerjaan di Indonesia serta persyaratan strata pendidikan tertentu pastilah menjadi penghalang untuk mereka yang merasa punya pendidikan rendah. Namun, demikianlah faktanya, ada ribuan kasus para TKW dan TKI yang di luar batas kewajaran dilakukan oleh para majikan mereka. Kisah di atas mungkin bisa dijadikan pelajaran untuk para pekerja yang berniat menjadi TKI. Pikirkan matang-matang dulu sebelum mengambil keputusan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…