Tak banyak orang yang rela meninggalkan sebuah kemewahan. Terlebih jika semua nikmat duniawi itu di dapatkan dengan usaha yang tak mudah. Jaminan kesenangan dan kemapanan hidup yang ditawarkan, membuat banyak orang berlomba-lomba meraih dan menjaga profesi tersebut. Namun, godaan semu semacam itu nyatanya tak berhasil meluluhkan niat mulia dari seorang Muslahuddin Daud.
Disaat yang lain berlomba-lomba mencari profesi yang mapan, pria satu ini justru memlilih keluar dari World Bank yang membuatnya berlimpah materi selama 13 tahun. Yang mengejutkan, Muslahuddin nekat menjalani sebuah profesi yang justru banyak dihindari masyarakat di zaman yang serba modern dan hedonis ini. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan berikut.
Awal berkarir di Bank Dunia dengan gaji Rp 75 juta
Muslahuddin Daud bukanlah sosok sembarangan. Ia merupakan mantan karyawan yang pernah bekerja di World Bank alias Bank Dunia. Posisinya sebagai Social Development Specialist, membuat Muslahuddin Daud menerima gaji sebesar Rp 75 juta. Namun semua kemapanan itu telah ia tinggalkan. Muslahuddin lebih memilih untuk mengikuti panggilan hatinya dengan berkebun sambil membina petani-petani lain di daerah asalnya. Salut deh Saboom untuk satu bapak ini.
Banting setir jadi petani dan keluarkan biaya miliaran rupiah
Setelah resmi mengundurkan diri, Muslahuddin Daud membeli tanah seluas 20 hektar Paya Dua Panten Jeulatang, Kecamatan Lamteuba, Aceh Besar pada 2014 untuk ditanami pepaya, cabai, jagung, kopi dan pisang. Selain mengelola kebunnya secara pribadi, ia juga membina sekitar empat ribu petani. Tak tanggung-tanggung, Muslahuddin Daud telah mengeluarkan dana pribadi hingga Rp 1,5 Miliar dari pekerjaan suka relanya itu. Hasil dari kebunnya pun jarang masuk ke kantong pribadi. Ia justru memutar lagi dana dari keuntungan tersebut demi perkembangan usahanya.
Pernah dibakar dua kali hingga sempat alami frustasi
Tak mudah memang menggeluti sebuah profesi baru. Ada saja tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Seperti Muslahuddin Daud di awal-awal berkebun, lahan miliknya justru dibakar orang tak dikenal sebanyak dua kali. Tak hanya tanaman, tapi juga gubuk dan rumah ikut dibumihanguskan. Peristiwa tersebut membuat Muslahuddin menangis dan hampir menyerah. Namun, ia segera tersadar dan bangkit kembali. Dirinya tak ingin patah arang dan merasa kalah dengan oknum yang telah membakar lahan miliknya.
Niat mulianya yang justru ditentang keluarga dekat
Keluar dari sebuah profesi yang telah mapan memang bukan perkara gampang. Ada banyak faktor yang bisa berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari. Seperti yang di alami oleh Muslahuddin Daud, ia pernah diprotes sang istri dan keluarganya setelah resign dari Bank Dunia. Meski begitu, ia berhasil meyakinkan sanak familinya tentang keputusan yang telah di ambilnya.
Usaha kerasnya berbuah penghargaan
Usaha kerasnya selama menjadi seorang petani telah membuahkan hasil. Lewat sebuah pemilihan dan penjurian ketat, Muslahuddin Daud berhasil terpilih sebagai pahlawan Indonesia kategori pertanian 2017. Yang mengharukan, proses penyerahan piala tak dilakukan secara resmi sebagaimana mestinya. Piala diberikan justru pada saat Muslahuddin Daud memberikan pelatihan di lapangan. Tim juri yang menilai adalah Menteri Sosial Kofifah Indarparawangsa, Prof. Mahfud MD, Mantan Ketua MK dan Prof. Firmansyah, Rekor Universitas Paramadina. Keren ya Saboom.
Kisah di atas membuktikan bahwa uang bukanlah segalanya. Bagi Muslahuddin Daud, materi merupakan alat yang bisa dicari, bukan menjadi tujuan hidup. Meninggalkan kemewaan demi masa depan orang lain, merupakan sebuah perbuatan mulai yang jarang terjadi. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi Saboom agar tak lagi mendewakan harta dan materi.