Keberadaan kapal induk militer pada suatu negara, tentu akan menambah kesan menakutkan bagi lawan-lawannya. Tak heran, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, kini berlomba-lomba membuat kapal induk dengan teknologi tercanggih. Deretan arsenal laut tersebut juga dinilai mempunyai peranan yang sangat vital, terutama saat digunakan pada operasi militer maupun untuk kemanusiaan.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Kabarnya, PT.PAL telah memiliki desain berupa mockup yang menggambarkan detail serta spesifikasi dari kapal induk yang telah dirancang. Meski hanya berupa konsep, kapal tersebut terlihat sangat gagah dan sesuai untuk keperluan militer Indonesia. Nantinya, konsep kapal itu akan digunakan untuk mengangkut sejumlah helikopter militer. Seperti apa bentuk alutsistanya? simak ulasan berikut.
Menambah kekuatan armada laut Indonesia
Sebelumnya, Indonesia telah memproduksi sebuah kapal SSV (Strategis Sealift Vessel-1), dengan kemampuan yang mumpuni. Kapal perang yang mempunyai panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter tersebut, mampu mengangkut 121 kru kapal dan 500 prajurit. Selain itu, ada empat tank, empat truk, dua jeep, satu mobile hospital dan dua buah helikopter, mampu diangkut oleh kapal ini. Spesifikasi dan bentuknya tersebut, hampir serupa dengan konsep kapal induk pengangkut helikopter Indonesia. Jika benar terwujud, tentu akan menambah daya gedor Angkatan Laut Nusantara di mata dunia.
Efisien untuk mendukung operasi militer
Konsep kapal induk Indonesia yang berupa helicopter carrier alias pengangkut helikopter itu, mempunyai peranan sangat vital dalam sebuah operasi pertempuran. Kapal yang nantinya bakal digunakan sebagai markas berjalan tersebut, akan dilengkapi dengan kemampuan logistik, komunikasi dan sarana hubungan transportasi. Dengan adanya keberadaan kapal induk, diharapkan dapat membantu operasi militer Indonesia dengan lebih cepat dan efisien dari sebelumnya.
Sejumlah kemampuan sangar yang membuat lawan segan
Digadang-gadang sebagai kapal induk yang mengangkut helikopter, luas dek utama dari alutsista ini dirancang dapat didarati dan menampung sebanyak delapan unit helikopter ukuran sedang. Sedangkan heli lainnya, disembunyikan dalam hanggar yang terdapat pada lambung kapal. Untuk daya angkutnya sendiri, kapal konsep tersebut dapat membawa 450 pasukan, 60 unit ranpur dan 200 unit kendaraan biasa. Untuk personel yang bertugas, kapal ini sanggup memuat hingga 160 orang.
Fasilitas pendukung yang siap membangun kapal induk mandiri
Jika rancangan kapal induk terealisasi, bukan hal yang mustahil bagi Indonesia untuk membangun alutsista lautnya secara mandiri. PT. PAL selaku pemilik konsep, telah memiliki fasilitas apung yang masing-masing berkapasitas 50.000 ton. Selain itu, kapal konsep tersebut, bisa dirancang dengan cepat menggunakan basis lambung kapal kargo Star 50 buatan PT. PAL yang terbukti sukses di pasaran internasional. Kapal kargo Star 50 yang menganut sistem Double Skin Bulk Carrier ini, mempunyai bobot mati 50.000 ton. Cukup sepadan untuk digunakan sebagai embrio dari kapal induk angkut militer.
Indonesia juga merancang konsep kapal Induk terbesar di dunia
Selain alutsista laut seperti konsep Landing Helicopter Platform, Indonesia juga merancang sebuah kapal induk militer yang dinamakan KRI Nusantara. Nantinya, kapal induk tersebut digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di dunia. Menggunakan tenaga penggerak berupa nuklir, blueprint kapal induk ini mampu mengangkut 8.000 pasukan dan 100 pesawat. Dengan kekuatan sebesar ini, KRI Nusantara dapat melancarkan serangan bertubi-tubi ke kantong-kantong pertahanan musuh secara masif. Tenaga penggerak nuklir yang diusungnya, dinilai setara dengan kapal induk Amerika Serikat seperti USS Ronald Reagan, USS Kitty Hawk dan USS Enterprise.
Meski belum sepenuhnya tergarap dengan baik, konsep kapal induk yang dirancang oleh PT.PAL tersebut, telah menunjukan kemajuan teknologi militer dari bangsa Indonesia, khususnya di bidang kelautan. Jika benar terealisasi, keberadaan kapal tersebut diharapkan dapat membantu melindungi Indonesia dari ancaman agresi militer negara lain, sekaligus mengatasi masalah kemanusiaan saat terjadi bencana maupun peperangan.