Seperti yang heboh belakangan ini, tersiar kabar bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara telah mendorong perusahaan platform sosmed seperti Facebook dan Youtube untuk mencegah paham radikal di Indonesia. Beliau juga mengancam bakal nutup jejaring sosmed seandainya mereka nggak kooperatif mendukung pemerintah dalam hal penutupan akun radikal.
Beredarnya berita tersebut menuai banyak respon dari para pengguna sosial media. Memang, ada beberapa yang mendukung keputusan buat nutup Facebook dan YouTube. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, seandainya jejaring sosial tersebut ditutup, bakal banyak pihak yang sangat dirugikan. Misalnya penutupan itu sampai dilakukan, mungkin hal gawat inilah yang bakal terjadi.
Bakal banyak website yang kolaps
Website bisa dibilang salah satu usaha paling menjanjikan di zaman modern saat ini. Bermodalkan membuat konten yang menarik, para pemilik website bisa mendapatkan pundi-pundi dollar dari iklan Google Adsense. Untuk mendongkrak traffic, sebagian besar dari mereka mengandalkan jejaring sosial Facebook guna mendapat banyak pengunjung.
Jadi, bisa dibayangkan jika Facebook beneran ditutup. Para pemilik web pasti bakal jatuh lemes gara-gara nggak bisa lagi mendongkrak traffic. Ketika website nggak lagi banyak dikunjungi pembaca, sudah dipastikan pendapatan dari Google Adsense juga terjun bebas.
Online Shop pada gulung tikar
Nggak bisa dipungkiri kalau zaman sekarang online shop sudah sangat menjamur dan punya potensi yang nggak kalah menggiurkan. Nggak sedikit pengusaha muda yang bisa meraup untung hingga ratusan juta rupiah berkat jejaring sosial. Sebut saja Fajar Teguh, seorang mahasiswa yang nyambi jualan online dan sukses berpenghasilan sekitar 20 juta per bulan.
Cowok tersebut cuma salah satu dari banyaknya penjual online yang jadi kaya raya berkat sosial media. Misal, Facebook benar-benar bakal ditutup, gimana nasib para pebisnis online shop? Sudah dipastikan mereka bakal nggak berdaya karena kesulitan memasarkan jualannya lagi.
YouTuber kehilangan pekerjaan
Profesi sebagai YouTuber? Mungkin saat ini pekerjaan itu udah nggak asing lagi. Beberapa yang udah punya nama beken, sebut saja Yoga Arizona, D_Kadoor atau bahkan Kaesang. Ngomongin soal konten video, seperti kita ketahui bahwa Presiden Jokowi juga demen bikin vlog. Misal YouTube ditutup, beliau otomatis nggak bisa ngeksis lagi, hehe….
YouTuber sejatinya nggak jauh beda dengan pemilik website, dari akun YouTube juga bisa meraup banyak penghasilan hanya dengan membuat konten yang menarik banyak pengunjung. Dari iklan yang muncul, YouTuber juga bisa mendapat penghasilan yang menjanjikan. Misalnya saja YouTube ditutup, bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi? Ya, tentu banyak YouTuber yang kehilangan kerjaan dan penghasilan.
Industri hiburan kesulitan menyebarkan trailer
Sebelum nonton film ke bioskop, biasanya kita lebih dulu melihat trailernya di YouTube. Video berdurasi beberapa menit yang diunggah pihak industri hiburan memang selalu sukses bikin para penonton penasaran.
Dari ‘mencicipi’ sedikit potongan film, biasanya para user bakal berbondong-bondong datang ke bioskop untuk melihat filmnya lebih lengkap. Coba bayangkan jika YouTube nggak lagi bisa diakses. Sudah pasti pihak industri hiburan juga kesulitan melakukan promosi dan menyebarkan trailer.
Seandainya Facebook dan YouTube cuma jadi sarana bereksis ria, tentu menutup jejaring sosial tersebut nggak bakal jadi masalah yang besar. Tapi, ini urusannya dengan banyak pelaku bisnis lho di mana dua platform tersebut udah jadi tombak jalannya usaha yang selama ini dirintis. Mudah-mudahan wacana untuk penutupan dua media ini dikaji lebih dalam lagi.