in

Usia 101 Tahun, Kisah Kakek Renta Penjual Abu Gosok Ini Bikin Hati tersayat-sayat

Diusia yang telah menapaki senja, rehat sejenak dari pekerjaan duniawi dan fokus menata keimanan, merupakan aktifitas lazim bagi para manula. Disaat tubuh tak lagi kuat berjalan, hanya doa tanpa henti yang menjadi penopang hidup agar senantiasa diberikan kekuatan dan kesehatan. Hal yang lazim tersebut, tampaknya belum beruntung diterima oleh sosok kakek satu ini.

Usianya yang telah mencapai 101 tahun, masih harus memaksanya untuk bekerja karena himpitan ekonomi yang mendera dirinya selama ini. Dengan berjualan abu gosok, kakek bernama Nur Khalik tersebut dengan sabar merajut harinya-harinya yang penuh perjuangan. Seperti apa kisah haru dari kakek tersebut? simak ulasan berikut.

Rahasia tubuh yang sehat hingga tua

Alih-alih beristirahat, di usianya yang telah mencapai 101 tahun, Nur Khalik masih harus bekerja keras membanting tulang demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Ia tergolong masih kuat mendorong gerobak hingga puluhan kilometer. penglihatannya pun masih jelas meski tanpa bantuan kacamata.

Ilustrasi kakek penjual abu gosok [sumber gambar]
Rahasianya, Nur Khalik ternyata sangat menjaga pola makannya sedari muda. Menu makanan yang jadi santapan sehari-harinya adalah nasi dengan lauk tahu, tempe, kangkung hingga genjer. Ia juga hobi menikmati segelas kopi dan menjauhi makanan seperti daging, telur dan ikan. Hal inilah yang mungkin membuat tubuhnya bugar meski usianya telah lebih dari separuh abad.

Pilih bekerja dan tak inigin merepotkan orang lain

Tubuh ringkihnya yang telah menua, tak sedikitpun menyurutkan langkah sang kakek untuk tetap mencari rezeki. Yang mengharukan, ia ingin tetap bekerja karena tak ingin merepotkan anak-anaknya yang semuanya telah berkeluarga. Saat ini, ia tinggal di Ciputat bersama kedua anaknya yang bekerja sebagai pemulung.

Kerja keras dan tak ingin merepotkan orang lain [sumber gambar]
Menempati sebuah gubuk sempit berukuran sekitar 3×5 meter, bangunan tersebut jauh dari kesan nyaman untuk ditinggali oleh seorang kakek tua seperti dirinya. Beratap dan berdinding seng, Nur Khalik mengaku bersyukur dan merasa nyaman dengan kondisinya tersebut. Gubuk yang ditinggalinya tersebut, merupakan bantuan dari seorang juragan pengepul barang bekas. Nur Khalik diperbolehkan tinggal menumpang di kawasan tersebut dengan gratis dan cukup membayar biaya listriknya saja.

Pilih abu gosok sebagai penyambung nafas hidupnya

Perputaran zaman yang telah begitu cepat berubah, ternyata membawa dampak positif dan negatif bagi siapa saja, tak terkecuali bagi Nur Khalik. Ia menekuni profesi sebagai penjual abu gosok sejak 50 tahun silam. Meski saat ini tak banyak lagi yang menggunakan abu gosok, ia tetap berusaha untuk mendulang untung dengan berjualan barang tersebut.

Abu gosok sebagai penyambung hidup [sumber gambar]
lewat abu gosoklah, ia bisa menginjakan kakinya di ibukota. Setiap pekannya, Nur Khalik medapatkan abu gosok yang bisa dijualnya. Terkadang, abu gosok tersebut laku dijualnya seharga Rp 3.000 hingga Rp 10.000. Tak hanya itu, ia juga mencoba penambah pemasukan dengan membeli balon tiup yang dipompanya sendiri. Balon karet tersebut kemudian dijualnya di sekitar kawasan UIN.

Mendapat simpati karena kisahnya yang viral

Pejuangan hidup Nur Khalik yang sempat beredar di sosial media, banyak menuai simpati dari banyak orang. Ia mendapatkan berbagai sumbangan dari masyarakat seperti uang, kasur hingga kebutuhan pokok seperti beras. Jika ia biasa berkeliling mulai pagi hingga malam, kini setiap pukul 14.00 harus sudah siap di rumah untuk bersih-bersih dan menerima kunjungan tamu.

Banjir simpati dari netizen [sumber gambar]
Bahkan, sejak pemberitaan dirinya yang semakin meluas, dampaknya juga turut mempengaruhi penghasilan sehari-harinya. Tercatat, ia terkadang mendapatkan untung hingga Rp 100 ribu. Menurut dirinya, semua itu adalah rezeki dari Tuhan yang dilewatkan kepada orang lain yang bersimpati kepadanya.

Mantan Dalang yang ingin bermanfaat pada sesama hingga akhir hayat

Di usianya yang telah mencapai penghujung hidup, Nur Khalik ingin hidup tenang dengan berbagi manfaat kepada sesama. Ibarat matahari, umurnya adalah waktu ashar yang sebentar lagi akan memasuki maghrib. Begitulah filosofi dari Nur Khalik, sosok inspiratif yang juga pernah menekuni profesi Dalang selama 37 tahun.

Ingin memberi manfaat pada sesama [sumber gambar]
Ia juga ingin membahagiakan sang isteri yang telah memberikannya anak tersebut. Selain itu, Nur Khalik juga ingin menolong orang yang kesusahan dan menyantuni anak yatim piatu saat lebaran tiba. Bahkan, ia juga berniat ingin mewakafkan masjid jika masih diberi umur oleh Yang Maha Kuasa. Selama ini, uang penghasilannya selalu diberikan pada sang isteri untuk pengobatan diabetes. Saat hari raya tiba, ia juga kerap menabung agar bisa menyantuni anak-anak sebagai bentuk rasa syukurnya.

Tak pelak, kisah Nur Khalik yang sangat inspiratif seperti diatas, sangat menampar diri kita yang masih muda namun hobi bermalas-malasan. Usia tuanya, terbukti bukan menjadi penghalang bagi kakek Nur Khalik untuk tetap giat mencari rezeki. Semoga cerita diatas, dapat menginspirasi, sekaligus mengingatkan diri kita agar senantiasa berusaha dan yakin, meski terhalang keterbatasan dalam bentuk apapun.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Sempat Gagal di Final AFF, Begini Nasib Irfan Bachdim Sekarang ‘Mengejutkan’ Khalayak

Jarang ‘Tercyduk’ Lambe Turah, 10 Pasangan Selebriti Ini Dijuluki Relationship Goals