Kemerdekaan tidak didapatkan dengan mudah. Semua masyarakat Indonesia di masa lalu bertarung habis-habisan untuk membela negeri ini tanpa pamrih. Mereka bergerak di garis depan dengan menyerbu sektor vital Belanda, bergerilya, hingga perang terbuka yang membuat banyak korban berguguran.
Selain menggunakan tubuh sebagai alat untuk berjuang, kemerdekaan Indonesia juga diraih dengan pikiran dan tulisan. Melalui semangat yang tiada habisnya, para pejuang wanita ini mengungkapkan pikirannya melalui tulisan dan berharap mampu memengaruhi siapa saja yang akan membacanya. Berikut jurnalis-jurnalis wanita zaman Belanda yang dikenal gigih memperjuangkan Indonesia melalui tulisannya.
1. S.K. Trimurti
S.K. Trimuti yang lahir di Solo pada tahun 1912 adalah seorang jurnalis wanita yang sangat andal. Istri dari Sayuti Melik ini dikenal sangat kritis dalam setiap tulisannya. Apa yang dia ungkapkan melalui kata-kata selalu bisa membuat Belanda berang dan akhirnya berusaha mencari tahu siapa penulis dengan nama samaran Trimuti atau Karma.
S.K. Trimurti pernah dipenjara lantaran menyebarkan pamflet anti-kolonial. Dia akhirnya dijebloskan ke dalam penjara selama sembilan bulan. Keluar dari penjara, S.K. Trimurti justru semakin gigih dalam menyuarakan perjuangannya. Apa yang dilakukan oleh S.K. Trimurti membuat Bung Karno kagum dan akhirnya dianugerahi jabatan sebagai menteri.
2. Rasuna Said
Sejak kecil, Rasuna Said sudah mendapatkan pendidikan dasar yang baik. Dia dididik menjadi seorang yang hebat meski dirinya seorang wanita. Setelah lulus dari sekolah, Rasuna Said pernah menjadi seorang guru pada madrasah sebelum akhirnya keluar dan memutuskan untuk terjun ke dunia politik melalui Sarekat Islam dan PERMI di Bukittinggi.
Selain terjun di dunia politik, Rasuna Said juga pernah memimpin sebuah koran. Dia menjadi ujung tombak penyebar nilai nasionalisme di kawasan Sumatra Barat dari ide-ide yang dia miliki. Melalui koran yang dia pimpin, Rasuna Said berusaha membangkitkan perjuangan terhadap penjajah yang masih rendah di daerahnya. Dia juga kerap melakukan orasi kebangsaan yang membuatnya dijuluki singa podium.
3. Roehana Koeddoes
Nama Roehana Koeddoes mungkin jarang dikenal banyak orang di Indonesia. Namun kiprahnya dalam dunia jurnalistik masa penjajahan Belanda sangatlah tinggi. Dia mendirikan surat kabar Perempuan Bergerak dan Cahaya Sumatra. Melalui pemikirannya yang cerdas, Roehana berusaha menanamkan nasionalisme masyarakat di kawasan Sumatra.
Oh ya, Roehana adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir yang merupakan Perdana Menteri Indonesia pertama. Dia juga bibi dari penyair kenamaan Chairil Anwar yang menjadi legenda di Indonesia. Roehana hidup sezaman dengan Kartini di mana wanita selalu direndahkan derajatnya. Melalui semangatnya yang tinggi, Roehana juga mendirikan sekolah untuk wanita pribumi yang kurang beruntung.
4. Herawati Diah
Siapa saja yang sedang bergelut dalam dunia jurnalistik pasti kenal dengan pasangan duet maut B.M. Diah dan Herawati Diah. Dua punggawa jurnalis ini menyuarakan kemerdekaan Indonesia di masa lalu. Melalui tulisan dwi bahasanya, dua insan ini berusaha membangkitkan semangat perjuangan agar tidak terus ditekan oleh Belanda.
Herawati Diah adalah jurnalis wanita pertama yang lulus dari kampus di Amerika. Bisa dibilang, dia adalah jurnalis terdidik yang menggunakan ilmunya untuk perjuangan Indonesia. Selama masa penjajahan, jurnalis yang ada di Indonesia rata-rata belajar secara otodidak atau belajar ke Belanda. Herawati Diah tidak demikian, dia lebih memilih mengubah haluan daripada ke Eropa dan belajar di negeri musuh.
Inilah wanita-wanita tangguh yang menggunakan tulisannya sebagai senjata untuk melawan penjajah Belanda. Melalui isi pikirannya, jurnalis wanita ini berusaha menyebarkan nasionalisme sekaligus menekan Belanda dengan caranya sendiri.