Presiden Joko Widodo menunjuk Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang baru. Budi Gunawan ditunjuk untuk menggantikan Jenderal Sutarman yang akan memasuki masa pensiun.
Budi Gunawan merupakan salah satu perwira lulusan terbaik Akpol 83 yang memperoleh penghargaan Adhi Makayasa. Budi Gunawan selalu berkesempatan menduduki sejumlah jabatan penting di Polri. Saat masih berpangkat Komisaris Besar (Kombes), dia pun menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarno Putri.
Budi Gunawan juga tercatat sebagai Jenderal termuda di Polri ketika dipromosikan naik pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal dengan jabatan Kepala Biro Pembinaan Karyawan (Binkar) Mabes Polri.
Namun, pro dan kontra mengiringi langkahnya kali ini sebagai orang nomor satu di Polri. Direktur Advokasi Pusat Studi Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada, Oce Madril menyesalkan keputusan Presiden Joko Widodo mencalonkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Dia berharap Jokowi mempertimbangkan kembali keputusan tersebut karena Budi Gunawan pernah terindikasi memiliki rekening gendut. “Pencalonan BG cukup kontroversial karena yang bersangkutan masih memiliki persoalan dari sisi integritas,” ujarnya.
Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian Komisaris Jenderal Budi Gunawan digadang-gadang Presiden Joko Widodo sebagai calon Kapolri. Ajudan Presiden pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri tersebut akan mengisi kursi yang saat ini diduduki oleh Jenderal Sutarman yang akan memasuki masa pensiun pada Oktober 2015.
Sosok Budi Gunawan menuai polemik setelah namanya masuk dalam daftar perwira tinggi Mabes Polri yang memiliki rekening gendut. Dia diketahui memiliki rekening senilai Rp 54 miliar dan melakukan transaksi di luar profilnya.