Ketika seorang pemimpin gagal dalam melakukan misi-misinya, maka lazimnya ia harus bertanggungjawab atas hal tersebut. Ada banyak caranya, salah satunya dengan mengajukan resign alias mengundurkan diri. Sayangnya, di zaman sekarang mana ada sih pemimpin model begini? Gagal langsung mengakui kesalahan? Ternyata masih ada dan dilakukan dengan sangat heroik oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono.
Pria ini mengaku telah gagal mengurai kemacetan selama beberapa waktu terakhir. Karena merasa gagal, Djoko pun mengundurkan diri. Langkah ini ternyata mendapatkan banyak pujian. Bahkan hal tersebut menurut banyak pihak bisa jadi role model bagi pejabat-pejabat yang merasa gagal. Jika demikian, mungkin presiden juga termasuk di dalamnya.
Nah, seumpama presiden kita tiba-tiba mundur karena suatu hal, misalnya gagal mengentaskan kemiskinan seluruh rakyat Indonesia, kira-kira apa sih yang bakal terjadi dengan negara ini? Mungkin hal-hal menghebohkan ini yang bakal muncul.
1. Negara Kisruh Soal Pengganti
Posisi pimpinan tak bisa dibiarkan kosong dalam waktu yang lama. Apalagi ini adalah presiden, yang notabene sosoknya sangat penting sebagai syarat berdirinya sebuah negara. Ketika presiden mundur, maka sesegera mungkin harus cari penggantinya. Kalau hal ini benar terjadi di negara kita, maka alternatifnya ada dua. Mengangkat wakil presiden dan biarkan beliau cari wakilnya sendiri, atau bikin pemilu lagi.
2. Presiden Bertanggung Jawab untuk Program yang Belum Selesai
Mundur setelah gagal memang bisa jadi bukti sikap gentleman, tapi di sisi lain sikap seperti ini bisa dibilang lari dari tanggung jawab. Lebih-lebih yang melakukan ini adalah presiden. Sebagai kepala negara, tanggung jawabnya tentu sangat besar. Dan sangat tidak mungkin untuk ditinggal begitu saja.
3. Program Setengah Jadi Bakal Dibuang
Presiden sudah barang tentu punya program-program andalannya sendiri yang dinilai bisa bermanfaat buat negara. Namun, bagaimana nasib program tersebut jika ia mundur? Kemungkinannya bisa diteruskan, tapi bisa juga dibuang.
4. Negara Bakal Keluar Banyak Uang
Ya, kalau yang ini memang sudah pasti. Jika untuk pemilu susulan atau ulangan saja bisa keluar duit miliaran, maka event akbar seperti pemilihan ulang presiden sudah tentu besar sekali biayanya. Beda dengan pilkada yang hanya di daerah saja, pemilihan presiden baru melibatkan pemilih seluruh Indonesia.
5. Presiden Baru Belum Tentu Lebih Baik
Ya, kemungkinan seperti ini selalu ada. Presiden lama yang buruk mundur, belum tentu penggantinya bakal greget dan lebih keren. Tak jarang pula, para pengganti yang malah di bawah performa yang lama.
6. Kebijakan-Kebijakan Baru Bermunculan
Biasanya harus ada pembeda antara yang lama dan baru. Kalau tidak, buat apa yang lama diganti. Pembeda ini bisa dilihat dari banyak hal, misalnya saja soal kebijakan-kebijakan. Seperti dengan menurunkan harga BBM separuh dari presiden lama, atau mungkin tak pakai banyak omong langsung sikat para koruptor, dan lain sebagainya.
Pertanyaannya, apakah ada prosedur untuk seorang presiden yang ingin mundur? Tentu saja ada, bahkan tidak ribet. Masih ingat mantan Presiden Soeharto? Beliau langsung mundur begitu saja ketika mahasiswa mendesaknya.
Apa yang ditunjukkan oleh Djoko Sasono memang keren dan tak lazim, apalagi posisinya tinggi. Namun, langkah ini dinilai sangat tepat karena ia menganggap dirinya gagal dan pasti ada orang lain yang bisa lebih baik. Lalu bagaimana dengan presiden kita? Dilihat dari rapornya setahun terakhir, sepertinya tak buruk kok. Beliau terlihat bertanggung jawab penuh dengan janji-janjinya. Soal belum terwujud ya sabar saja, hal-hal besar memang tak dibuat dalam waktu singkat.