Jepang adalah salah satu negara yang selalu menjadi pusat perhatian dunia. Banyak penemuan penting, inovasi, keunikan budaya yang lahir dari negara matahari terbit tersebut. Banyak sekali negara yang kagum akan kemajuan negara tersebut hingga menjadikannya role model, temasuk Indonesia.
Baca Juga :15 Hal Gila yang Hanya Dapat Ditemukan di Jepang
Bertahun-tahun lamanya kita memandang Jepang sebagai negara kuat dan modern, namun ternyata negara ini perlahan-lahan sedang menuju kehancuran. Kejayaan negara Samurai tampaknya akan segera runtuh dan digantikan oleh negara yang pernah mereka pecundangi; Korea Selatan. Apa saja alasan dibalik sirnanya kejayaan Jepang? Berikut ulasannya.
Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang menghasilkan inovasi super-kreatif di bidang teknologi. Bertahun-tahun mereka merajai pasar Asia bahkan bersaing keras di pangsa pasar Eropa dan Amerika. Mereka sempat menjadi kiblat dari penemuan-penemuan di bidang teknologi.
Namun kini satu per satu perusahaan teknologi Jepang diakuisisi oleh Korea Selatan. Kita ambil salah satu perusahaan raksasa Jepang, Sony. Mereka harus merelakan menjual lini andalan mereka seperti VAIO. Wacana penjualan lini Xperia dan Bravia juga sudah terdengar. Bukan tidak mungkin bahwa suatu saat brand kebanggaan Jepang ini akan takluk kepada kompetitornya, Samsung. Mari bandingkan profit Samsung tahun 2014 yang mencapai 250 trilyun rupiah sementara Sony justru rugi 35 trilyun. Sharp, Panasonic dan Sanyo juga mengalami kerugian trilyunan.
Salah satu masalah paling berat yang dialami Jepang adalah tingginya jumlah penduduk yang berusia tua. Data tahun 2014 menyebutkan bahwa 33% dari penduduk jepang berumur lebih dari 60 tahun. Bahkan 12,5% dari penduduk Jepang telah berumur lebih dari 75 tahun.
Orang Jepang memang dikenal dengan manusianya yang berumur panjang. Namun, tingginya jumlah penduduk berusia senja adalah masalah yang cukup serius. Ini menyebabkan negara mereka tidak produktif lagi karena sebagian besar penduduknya sudah memasuki atau akan memasuki masa pensiun. Biaya yang dikeluarkan negara untuk merawat orang-orang jompo juga semakin membengkak.
Para pemuda-pemudi Jepang sepertinya tidak lagi tertarik pada pernikahan dan memiliki anak. Istilah “Parasit Lajang” mulai muncul, dimana para wanita memutuskan bahwa mereka tidak akan menikah dan tidak akan memiliki anak. Memiliki anak dianggap akan menambah beban karena biaya hidup di Jepang sangatlah mahal.
Para pasangan yang sudah menikahpun enggan memiliki keturunan. Mereka hanya menikah, namun lebih memilih memelihara kucing daripada memiliki anak. Selain faktor ekonomi, ada sebuah gejala psikologis dimana orang Jepang merasa kebebasan pribadinya akan terenggut jika memiliki anak.
Di jaman dimana segala sesuatu berubah dalam hitungan detik, kita memang dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik. Jika kita terlena, maka akan ada banyak orang yang siap untuk menggantikan posisi kita. Kompetisi yang ketat seperti itulah yang terasa di Jepang dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Kita tahu bahwa orang Jepang memiliki budaya displin yang sangat kuat. Jika mereka bekerja, mereka akan bekerja begitu keras dan total. Mereka tidak segan-segan melakukan harakiri jika merasa melakukan hal yang memalukan dalam pekerjaannya. Budaya mereka yang keras kepala ini bagus untuk performa kerja, namun ironisnya membuat tekanan hidup semakin berat.
Pada tsunami dahsyat pada tahun 2011 lalu, Jepang mengalami kebocoran reaktor nuklir. Kebocoran tersebut sangatlah dahsyat dan menjadi kebocoran nuklir terburuk kedua di dunia setelah di Chenobryl. Hal ini memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan di sekitarnya.
Kebocoran nuklir masih sulit diatasi dan efeknya terus menyebar. Warga dikabarkan mulai terjangkiti penyakit dan hewan-hewan dikabarkan termutasi. masih banyak lagi desas-desus misterius soal kebocoran nuklir ini.
Memang terlalu dini untuk menyebutkan bahwa Jepang akan segera punah. Namun, usaha pemerintah Jepang untuk memperbaiki keadaan sepertinya menemui jalan buntu. Mereka telah membuat peraturan khusus yang menstimulasi agar generasi muda berani untuk memiliki anak, namun angka kelahiran bayi tidak kunjung naik.
Baca Juga :7 Hal Gila Yang Pernah Terjadi Pasca Operasi
Jika negara Jepang, yang rakyatnya adalah tipe pekerja keras dan pintar saja bisa dihadapkan dengan masalah seberat ini, mungkin pertanyaan selanjutnya yang layak kita tanyakan adalah, “masa depan seperti apa yang akan dihadapi Indonesia?”. (HLH)
Anak bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, tengah berbahagia setelah istrinya, Erina Gudono, melahirkan anak…
Musik dan tren sosial terus berkembang di Indonesia, salah satunya adalah fenomena "Sound Horeg" yang…
Kehilangan orang yang kita sayangi itu berat, apalagi kalau kepergiannya tiba-tiba. Seperti yang dialami oleh…
Cinta sejati yang terjalin antara Ikang Fawzi dan Marissa Haque telah melewati waktu yang panjang…
Kabar gembira datang dari presenter aktor kondang dan pengusaha top, Raffi Ahmad. Suami dari Nagita…
Nama Elaine Low beberapa waktu belakangan mencuat terutama di dunia bisnis dan investasi setelah menerima…