Kita selalu mendengar kata-kata tentang bagaimana Indonesia itu sebenarnya kaya raya tapi kita tidak bisa memanfaatkan atau mengolahnya. Jadi, permasalahan tentang penjualan aset negara ke orang asing sering kali menjadi perdebatan. Karena sayang sekali jika kekayaan negara justru dinikmati oleh orang asing, sementara kita harus membeli sesuatu yang sebenarnya bisa dihasilkan sendiri di tanah nusantara.
Baca Juga : 10 Jasa Dahlan Iskan yang Tidak Boleh Dilupakan Rakyat Indonesia
Jika sekarang saja masih banyak orang yang mengatakan bahwa tanah Indonesia itu kaya raya, pernahkah kamu membayangkan seberapa kaya Nusantara pada zaman dahulu kala? Ternyata, Indonesia sebenarnya termasuk negara paling kaya di zaman kuno berdasarkan catatan dari berbagai sumber tua. Berikut ini bukti-bukti kekayaan tersebut di berbagai wilayah nusantara.
Dalam berbagai prasasti, dalam bahasa Sanskerta pulau Sumatra disebut sebagai Suwarnadwipa atau Suwarnabhumi. Keduanya berarti pulau emas dan tanah emas. Hebatnya lagi, nama-nama ini juga sudah dipakai dalam naskah India pada masa sebelum Masehi. Selain itu, sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan tentang sumber emas yang digunakan untuk kerajaan Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh bernama Ophir.
Menurut perkiraan, Ophir ini berada di Sumatera Barat yang juga terdapat sebuah gunung yang bernama sama, tapi juga dikenal sebagai Gunung Talamau. Gunung Ophir atau Talamau ini adalah gunung tertinggi di Sumatera Barat yang terdapat di daerah Pasaman. Konon kabarnya kawasan emas terbesar ada di kerajaan Minangkabau di mana menurut sebuah sumber kuno terdapat pegunungan tinggi yang mengandung emas. Emas-emas yang dihasilkan di sini kemudian diekspor dari berbagai tempat seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir.
Di pulau ini pula berdiri kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di Utara serta Maluku di Timur. Kini kekayaan mineral di pulau Sumatera memang banyak ditambang. Bukan hanya emas, tapi juga banyak bahan tambang lainnya seperti batu-bara dan timah hitam. Beberapa orang yakin bahwa Sumatera masih memiliki emas selain dari yang sudah ditemukan sekarang. Jika ini benar, mungkin Sumatera akan kembali dikenal sebagai pulau emas.
Dalam epik Hindu Ramayana, dauhulu kala Pulau Jawa disebut dengan nama Jawadwipa yang dalam bahasa Sanskerta berarti Pulau Padi. Selain itu seorang ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang negeri emas dan negeri perak dan pulau labadiu yang berarti Pulau Padi, sama seperti yang ditulis dalam epik Ramayana.
Di Pulau Jawa berdiri kerajaan besar Majapahit yang berhasil menyatukan kepulauan Nusantara dari Sumatera, Semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, hingga Filipina. Catatan seorang biarawan Roma, Odorico da Pordenone yang berkunjung tahun 1321 mengatakan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Raffles yang mengarang buku The History of Java mengungkapkan kekagumanya akan kesuburan tanah Jawa yang tidak ada tandingannya di belahan bumi manapun. Ia juga mengatakan bahwa seandaian seluruh tanah yang ada dimanfaatkan, maka tidak ada wilayah lain di dunia yang bisa menandingi kualitas, kuantitas dan variasi tanaman yang bisa dihasilkan di pulau tersebut.
Ptolemaeus menyebutkan tentang adanya tiga buah pulau bernama Sunda di sebelah timur India. Dari informasi itu, para ahli ilmu bumi dari Eropa kemudian menggunakan kata Sunda untuk menamai beberapa wilayah dan pulau di timur India. Pulau-pulau yang terbentuk di dataran Sunda itu kemudian diberi nama Kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan) dan Kepulauan Sunda Kecil (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor).
Kepulauan Sunda Kecil ini terkenal atas keindahan alamnya yang menakjubkan. Untuk itu, banyak yang sudah mengunjungi Sunda Kecil untuk berwisata. Contohnya saja perjalanan Resi Markandiya pada abad ke-8 dari Jawa ke Bali yang sudah melakukan perjalanan wisata dengan membawa misi-misi keagamaan. Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali juga datang pada sekitar abad ke-11. Tahun 1920, wisatawan Eropa juga mulai datang ke Bali yang oleh orang Eropa disebut juga sebagai the Island of God.
Di bagian lain Sunda Kecil atau tepatnya Nusa Tenggara Barat juga sudah dikenal sebagai tempat wisata bagi para raja-raja dari kerajaan Bali. Sebuah Taman Narmada dibangun pada tahun 1727 di Pulau Lombok sebagai tempat peristirahatan raja-raja. Selain itu, kuda dari Nusa Tenggara juga sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Pada abad ke-13 saja, NTB sudah mengirim kuda-kuda mereka ke Pulau Jawa.
Selain NTB, NTT juga memiliki kekayaan yang berharga yaitu kayu cendana. Komoditas ini juga telah diperdagangkan sejak awal abad masehi. Banyak pedagang dari berbagai wilayah Indonesia bagian Barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah di NTT untuk mendapatkan Cendana. Kabarnya, Nabi Sulaiman menggunakan kayu cendana untuk membuat tiang-tiang dan untuk membuat alat musik. Kayu ini didapatkan dari berbagai tempat jauh dan kemungkinan juga dari NTT.
Hingga kini, daerah Sunda Kecil masih terkenal dengan tempat-tempat wisatanya yang indah. Bali, Lombok, Pulau Komodo, dan daerah-daerah lain di wilayah tersebut masih menyajikan wisata yang misterius namun menawan sehingga selalu menjadi daya tarik wisatawan dalam maupun luar negeri.
Kalimantan dulunya dikenal dengan nama Warunadwipa yang berarti Pulau Dewa Laut. Dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi), Kalimantan disebut dengan Chin li p’i shih. Sedangkan dalam naskah Jawa Kuno, Kalimantan disebut Nusa Kencana. Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah dan kolonial Inggris dan Belanda menyebutnya sebagai Borneo.
Di pulau ini, pedagang asing datang untuk mencari kamfer, lilin, dan sarang burung walet yang dibarter dengan guci keramik yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak. Ketika para pendatang dari India dan Melayu memasuki muara-muara sungai untuk bercocok tanam, mereka ternyata menemukan tambang emas dan intan.
Di Kalimantan pernah berdiri kerajaan Hindu tertua yaitu Kutai. Sejak abad ke-4, Kutai sudah disebut-sebut pada berita-berita India dengan nama “Quetaire” serta pada berita Cina abad ke-9 yang menyebutnya sebagai “Kho They” yang artinya kerajaan besar. Dalam Kitab kuno Negara Kertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca disebutkan tentang kerajaan besar ini yang disebut dengan Tanjung Kute.
Kini Kalimantan menjadi salah satu tempat di Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat banyak seperti batubara, minyak, gas, dan panas bumi. Hutan gambut di Kalimantan sebenarnya juga baik untuk pembangkit listrik ataupun pemanas pengganti batu bara. Tidak hanya itu saja, Kalimantan ternyata juga memiliki cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Masyarakat Arab menyebut pulau ini Sholibis, sedangkan orang Belanda menyebutnya Celebes. Sejak 30 ribu tahun yang lalu pulau ini sudah dihuni oleh manusia yang terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan prasejarah seperti yang ada di Lembah Besoa.
Konon kabarnya sejak dulu Sulawesi merupakan penghasil besi, karena itulah pulau ini diberi nama Sulawesi dari kata ‘Sula’ yang berarti pulau dan ‘wesi’ yang berarti besi. Di Sulawesi berdiri sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi. Kerajaan ini terkenal sebagai wilayah penghasil besi. Bahkan, senjata-senjata Luwu yang dibuat dari besi daerah ini terkenal akan keampuhannya hingga ke luar Sulawesi. Dalam sejarah Majapahit, Luwu dikenal sebagai pemasok besi ke Majapahit dan sejak abad ke-14 dikenal sebagai tempat peleburan besi.
Selain Luwu, di Sulawesi juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Talo. Ketika berada di puncak kejayaannya, wilayah Gowa Talo meluar sari Sombaopu yang merupakan ibukota kerajaan Gowa, hingga ke selat Dobo di Timur, Sulu di Utara, Kutai di Barat, dan di wilayah Selatan meliputi Sunda Kecil, luar Pulau Bali, sampai ke Marege (bagian utara Australia). Hampir 2/3 wilayah Nusantara pernah menjadi wilayah kekuasaan Gowa Talo.
Pada abad ke-14, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia. Dengan perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis, mereka sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika. Sementara itu, Vasco da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497 untuk mencari rempah-rempah dan menemukan benua-benua baru di timur.
Saat ini, Sulawesi terkenal kaya dengan bahan tambang meliputi besi, tembaga, perak, emas, nikel, titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang, kaolin, pasir, batu, krikil, dan trass. Bisa dibayangkan betapa kaya dan makmurnya Sulawesi jika bisa mengolah semua bahan tambang tersebut.
Maluku merupakan kawasan yang terdiri dari sekumpulan pulau kecil dan kerajaan-kerajaan kecil. Oang Belanda menyebut daerah Maluku sebagai ‘the three golden from east’ atau tiga emas dari Timur untuk Ternate, Banda dan Ambon. Tapi sebelum kedatangan Belanda, seorang penulis dan tabib Portugis Tome Pirez sudah menulis tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai pulau rempah-rempah dalam bukunya, ‘Summa Oriental’.
4000 tahun yang lalu di kerajaan Mesir, data arkeolog menuliskan tentang transaksi Mesir yang mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, dan gading dari daratan misterius bernama ‘Punt’. Giorgio Bucellati kemudian menemukan wadah berisi benda seperti vengkeh di Efrat tengah padahal pada tahun 1.700 sebelum Masehi tersebut cengkeh hanya ada di Maluku, Indonesia. Maka ‘Punt’ yang dimaksud akhirnya mengarah ke Maluku.
Pada abad pertengahan, sekitar tahun 1600 Masehi, cengkeh menjadi rempah yang paling populer dan mahal di Eropa. Harganya bahkan melebihi harga emas sehingga mengundang para penjelajah seperti Vasco da Gama untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah ini.
Selain cengkeh, Maluku juga menghasilkan buah pala yang bernilai tingi. Bahkan, buah dan biji pala merupakan komoditas perdagangan penting pada masa Romawi. Christoper Columbus yang berlayar ke barat sebenarnya mencari Kepulauan Maluku yang dikenal sebagai ‘The Island of Spices’ atau pulau rempah-rempah. Namun ia akhirnya justru mendarat di Amerika.
Negeri Papua juga sudah dikenal oleh para penjelajah mancanegara dengan berbagai nama yang berbeda. Sekitar tahun 200 M, Ptolamy menyebutnya sebagai Labadios, akhir tahun 500 M pengarang Tiongkok Ghua Yu Kua menyebutnya dengan Tungki, dan akhir tahun 600 M kerajaan Sriwijaya menyebutnya sebagai Janggi.
Tidore memberi nama PAPA-UA untuk pulau ini beserta penduduknya yang selanjutnya berubah menjadi Papua. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes menyebutnya Nueva Guinee dan pelatu lain menyebutnya Isla Del Oro atau Pulau Emas. Sementara itu, Robin Osborne dalam buku Indonesia’s Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya menyebut Papua sebagai surga yang hilang.
Papua sudah dikenal akan keindahan alamnya sejak zaman dulu. Pada abad ke-18 Masehi, penguasa kerajaan Sriwijaya mengirimkan persembahan kepada kerajaan China yang diantaranya terdapat burung Cendrawasih. Burung asli Papua ini dipercaya sebagai burung dari taman surga.
Papua sering kali disebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Bagaimana tidak, keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini banyak ditemukan di pulau ini. Bahkan ketika tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia, dan Australia melakukan peninjauan di daerah pegunungan Foja, di Papua pada tahun 2006, mereka menemukan tepat ajaib yang mereka namakan ‘dunia yang hilang’ dan ‘Taman Firdaus di bumi’. Yang membuat mereka takjub adalah puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak, dan tanaman yang belum pernah tercatat dalam sejarah.
Tidak hanya keindahan alamnya saja, tanah Papua juga kaya akan tembaga dan emas yang melimpah. Yang paling terkenal adalah produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang kekayaan alam lainnya.
Baca Juga : 7 Kota Besar Dunia Dengan Jumlah Gelandangan Terbanyak, Indonesia Ikut!
Itulah Indonesia, negara kepulauan dari ujung Barat hingga Timur yang kaya akan berbagai komoditas. Bahkan, kekayaan inilah yang membuat Indonesia selalu dilirik oleh negara-negara lain sejak zaman dulu. Seandainya saja bisa dimanfaatkan dengan maksimal, mungkin Indonesia bisa kembali menjadi negara yang berjaya dan kaya, tidak kalah dari negara-negara lain.
Anak bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, tengah berbahagia setelah istrinya, Erina Gudono, melahirkan anak…
Musik dan tren sosial terus berkembang di Indonesia, salah satunya adalah fenomena "Sound Horeg" yang…
Kehilangan orang yang kita sayangi itu berat, apalagi kalau kepergiannya tiba-tiba. Seperti yang dialami oleh…
Cinta sejati yang terjalin antara Ikang Fawzi dan Marissa Haque telah melewati waktu yang panjang…
Kabar gembira datang dari presenter aktor kondang dan pengusaha top, Raffi Ahmad. Suami dari Nagita…
Nama Elaine Low beberapa waktu belakangan mencuat terutama di dunia bisnis dan investasi setelah menerima…