Lima bulan telah berlalu. Tetapi kepedihan Julie Brooks seolah tak pernah berhenti. Apalagi saat mengenang putra bungsunya, Simon Brooks yang memilih mengakhiri hidup usai mengalami intimidasi di sekolah selama bertahun-tahun lamanya.
Julie selalu mengenang kalimat terakhir yang ditulis Simon sebagai catatan kematiannya. Bagaimana remaja berusia 15 tahun itu berkata, “Ibu, aku mencintai sampai ke bulan dan sebaliknya. Kita selalu berbicara satu sama lain. Aku tak bisa hidup tanpamu, ibu. Tapi aku sudah tak sanggup lagi. Maafkan aku, ibu,”
Simon sendiri diketahui memilih mengakhiri kehidupannya dengan mengonsumsi obat secara berlebihan setelah selalu mengalami bullying di sekolah. Empat hari koma di rumah sakit, Simon akhirnya menyerah dan memilih meninggalkan dunia ini, seperti dilansir Metro.co.uk.
Kendati sang putra sudah tiada, Julie tak pernah bisa melupakannya. Baginya, kepergian Simon seakan membuat hatinya rusak dan lubang besar di kehidupannya. Julie selalu bisa mengingat Simon yang tampak ceria dan membuat siapapun bahagia. Padahal Simon selalu mengalami intimidasi saat di sekolah.
Baca Juga :Di China Telur di Rebus Dengan Air Kencing Jadi Makanan Favorit
Julie masih ingat saat sang putra meninggal, dia melihat teman-teman Simon yang diduga melakukan aksi intimidasi ada di sekolah. Di mana mereka menangis dan meminta maaf sepenuh hati melihat kondisi Simon saat itu. Alih-alih marah, Julie malah memeluk anak-anak yang membuat putranya terluka. Julie berpendapat jika hukuman dan amarah justru membuat pelaku intimidasi menjadi lebih buruk.
Padahal selama bersekolah, Simon sering mengalami pukulan di beberapa bagian tubuhnya. Bukanya marah atau melapor, Simon hanya bisa diam dan enggan membalas kejahatan rekan-rekannya itu. Kini sepeninggal Simon, sang ibu mendirikan sebuah yayasan atas nama Simon dan memberikan bantuan kepada orangtua yang anak-anaknya mengalami intimidasi di sekolah.