Ada begitu banyak metode eksekusi kejam di masa lalu. Mulai dari penyaliban, disiksa dengan menggunakan tikus pemakan daging, sampai pakai alat ngeri misalnya Guillotine yang legendaris itu. Semuanya begitu kejam, namun jika ada yang paling mengerikan dari semua metode ini, pastilah itu adalah impalement. Impalement dalam bahasa Indonesia berarti penyulaan. Terkesan biasa, tapi mekanismenya bikin muntah.
Pada dasarnya mekanisme impalement ini dilakukan dengan cara menusukkan benda tajam yang panjang dari dubur sampai tembus ke mulut. Sangat menyakitkan tentu saja. Orang-orang yang mengalami ini biasanya akan mati, namun mereka mati dengan sangat menyakitkan.
Hukuman ini sangat tidak manusiawi, dan akhirnya dihilangkan. Tapi, sebelum itu, beberapa bangsa kuno rutin menyula orang-orang yang dianggap bersalah. Berikut adalah bangsa-bangsa yang pernah menerapkan sistem hukuman impalement yang mengerikan itu.
1. Babylonia Mempraktikkan Impalement Secara Luas
Kerajaan Babylonia mungkin bisa dibilang salah satu yang paling beradab di masanya. Sayangnya, beberapa praktik hukum mereka sangat bar-bar. Salah satunya adalah fakta kalau Hammurabi, sang raja, menerapkan hukuman impalement alias penyulaan atas kesalahan-kesalahan tertentu.
Tertulis di Code of Hammurabi, seseorang bisa dikenai hukuman ini jika membunuh pasangannya. Suami membunuh istri dan sebaliknya. Istri yang ketahuan selingkuh pun juga bakal kena sula. Tak hanya itu, seseorang yang melecehkan simbol-simbol keramat juga dikenai hukuman ini.
2. Mesir Kuno Diketahui Juga Mempraktikkan Impalement
Berkaca dari tingginya teknologi yang dimiliki oleh Mesir kuno pada masanya, kita mungkin menganggap jika bangsa satu itu sudah sangat beradab. Dalam artian tidak menetapkan hukuman ngawur yang kesannya sangat kejam. Namun siapa sangka Mesir kuno tak ada bedanya dibandingkan Babylonia.
Ya, bangsa Paraoh ini ternyata juga memberlakukan hukuman impalement. Namun, secara umum hukuman satu ini tidak diberlakukan kepada masyarakatnya sendiri, melainkan tawanan-tawanan perang. Sama seperti impalement biasanya, para tawanan itu ditusuk dari bawah ke atas menggunakan kayu besar.
3. Neo-Assyrian, Kerajaan Kuno yang Juga Menetapkan Impalement
Neo-Assiryan merupakan bangsa kuno yang eksis di tahun 934-609 sebelum masehi. Kerajaan ini cukup maju di masanya, terbukti dengan pahatan-pahatan kompleks yang ditemukan di sekitar Mesopotamia. Pahatan tersebut sendiri tak hanya menggambarkan majunya kerajaan Neo-Assiryan, tapi juga kenyataan yang mengerikan soal Impalement.
Ya, kerajaan satu ini ternyata juga mengadopsi tusukan maut sebagai hukuman bagi mereka yang bersalah. Mekanisme penusukannya sendiri tidak sama persis seperti yang dilakukan oleh bangsa Mesir kuno atau Babylonia. Di kerajaan ini metode eksekusinya adalah dengan menusuk tulang rusuk kemudian digantung di atas tiang atau pohon. Dengan luka yang berdarah-darah, pelaku hukuman ini akan mati dengan cara menyakitkan.
4. Romawi Ternyata Juga Punya Hukuman Macam Begini
Siapa yang menyangka jika Romawi ternyata juga memberlakukan hukuman keji ini. Hal ini dibuktikan lewat ulasan yang ditulis oleh Granger Cook dalam bukunya berjudul Crucifixion in the Mediterranean World. Dalam buku tersebut diungkapkan jika Romawi juga menusuk dari dubur sampai mulut orang-orang yang melakukan kejahatan.
Masih menurut buku yang sama, orang-orang Romawi melakukan hal tersebut dengan terbalik. Jadi, kepala dihadapkan ke bawah lalu kemudian ditusuk dari atas. Sangat ngeri dan tak terbayangkan rasa sakit yang dirasakan si penderitanya.
Inilah bangsa-bangsa kuno yang dipercaya memberikan hukuman impalement yang ngeri itu. Gilanya lagi, hukuman macam ini ternyata masih tetap dipakai setelah dunia memasuki era peradaban yang lebih maju. Bahkan Jepang konon masih menyiksa tawanannya di Perang Dunia II dengan hukuman macam ini.