Indonesia dan Israel sejatinya tak memiliki hubungan diplomatik resmi seperti layaknya negara sahabat. Baik secara bilateral maupun multilateral. Faktor-faktor seperti perbedaan keyakinan, rasa persaudaraan antara Indonesia dan Palestina, solidaritas negara muslim internasional hingga penolakan penjajahan, menjadi sekat pembatas yang membenturkan hubungan kedua negara.
Tak banyak yang tahu, Indonesia sejatinya telah lama menjalin hubungan dengan Israel ‘mesra’ di berbagai bidang di luar politik. Dilansir dari tirto.id, nilai transaksi perdagangan pada 2015 mencapai 194,43 juta atau setara Rp2,5 triliun. Jumlah itu terdiri dari nilai ekspor 116,70 juta dolar AS dan impor 77,73 juta. Sejumlah potensi besar bangsa ini turut dilirik oleh Israel. Tak heran jika negara Bintang Daud tersebut begitu ngebet ingin membuka hubungan diplomatik secara resmi. Ada apa gerangan?
Meski bakalan berjalan alot, niat Israel ingin mendapatkan hubungan secara diplomatik rupanya tak main-main. Dilansir dari news.detik.com, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan keinginannya untuk meningkatkan hubungan kenegaraan dengan Indonesia. Hal itu ia sampaikan pada dalam sebuah konferensi internasional di Yerusalem.
Tak hanya itu, Netanyahu juga menginginkan agar ada lebih banyak orang Indonesia berada di Israel. Bagi politikus berusia 68 tahun itu, Indonesia dengan penduduk muslimnya memiliki nilai penting bagi negeri Bintang Daud tersebut.
Operasi Alpha yang terjadi pada 1980 lalu, memang tidak diketahui publik secara jelas. Sifatnya yang merupakan bagian dari aksi intelijen, membuat gerakan tersebut sangat samar dan halus. Dilansir dari tirto.id, Indonesia pernah membeli pesawat buatan Israel, A-4 Skyhawk yang juga ditulis oleh Jim Winchester dalam Douglas A-4 Skyhawk : Attack and Close Support Fighter Bomber (2004).
Tak hanya alutsista udara, sejumlah senjata api untuk personel militer pun didatangkan dari negeri Bintang Daud tersebut. Dilansir dari indomiliter.com, Kitaipur (Kompi Intai Tempur) Kostrad TNI AD ternyata merupakan pengguna senapan sniper Galil Galatz buatan Israeli Weapon Industries (d/h IMI – Israeli Military Industries).
Yerusalem yang masuk ke dalam wilayah Israel, merupakan tujuan detinasi ziarah favorit bagi warga seluruh penduduk dunia. Dilansir dari tempo.co, satu kali perjalanan wisata ke Yerusalem biasanya bisa menghabiskan dana sebesar minimal US$ 3.000 hingga US$ 4.000. Karena merupakan pusat dari tiga agama besar dunia (Islam, Kristen dan Yahudi), tentu banyak peziarah dari Indonesia yang datang ke sana.
Buntut dari aksi pencekalan terhadap mereka yang berpaspor Tanah Air, Israel bisa kehilangan pasar wisatanya sebesar Rp 2,23 triliun. Jumlah tersebut, merupakan asumsi jumlah turis sebanyak 40 ribu orang yang masing-masing mengeluarkan Rp 55,8 juta untuk biaya wisatanya.
Jauh dari bidang militer dan hal yang berbau politis, Indonesia sejatinya telah membangun relasi bisnis sejak lama. Dilansir dari tirto.id, catatan data Kementerian Perdagangan menyebutkan hubungan dagang kedua negara. Pada 2011, total perdagangan Indonesia-Israel mencapai US$ 170,62 juta dengan total nilai ekspor US$ 159,61 juta dan impor US$ 11,01 juta.
Jumlah ini kemudian menurun pada 2014, di mana nilai total perdagangan US$ 152,77 . Beranjak ke tahun 2015, nilai akumulasi dari kegiatan dagang kedua negara mencapai US$ 170,62 dengan total nilai ekspor US$ 159,61 juta dan impor US$ 11,01 juta.
Ada beberapa sebab Israel tertarik berhubungan erat dengan Indonesia. Menurut Emanuel Shahaf, CEO Technology Asia Consulting Ltd yang dilansir dari tirto.id, pangsa pasar Tanah Air sangat besar potensinya bagi pengusaha Israel. Meski hanya berpenduduk 8,6 juta jiwa (cuma 3,4 persen dari total populasi Indonesia), Negeri Zionis itu menjadi pengekspor utama barang berteknologi tinggi yang banyak dibutuhkan negara-negara di dunia.
Seperti elektronik, perangkat lunak, sistem yang terkomputerisasi, teknologi komunikasi, peralatan kesehatan, buah-buahan, bahan kimia, dan teknologi militer, yang bernilai 64,74 miliar pada 2012. Apa yang dimiliki oleh Israel, sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Begitu juga sebaliknya. Tak heran, perdagangan akan terus berjalan meski keduanya tak memiliki hubungan resmi.
Terjadi atau tidak, semua keputusan ada di tangan pemerintah kedua belah pihak. Yang jelas, ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan jika nekat membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Bukan hanya melulu perdagangan saja. Aspirasi masyarakat indonesia yang mayoritas muslim juga patut menjadi evaluasi agar tak ada benturan di kemudian hari.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…