Penipuan yang dilakukan oleh First Travel dan Abu Tour, tentu banyak bikin masyarakat geram. Bagaimana tidak, pasalnya setelah bertahun-tahun menabung untuk berangkat ke tanah suci, uang tersebut malah digunakan untuk kepentingan pribadi. Alhasil banyak jamaah yang bernasib tak karuan, bahkan salah satunya sampai sudah meninggal padahal belum berangkat ke Mekkah.
Ternyata penipuan serupa juga pernah terjadi pada zaman kolonial. Tak tanggung-tanggung, jumlah mereka yang kena tipu bisa mencapai 8000 orang dalam satu kali pemberangkatan. Pemerintah dan pihak Arab sendiri tak bias berbuat apa-apa lantaran ulah licik para pelakunya. Lalu bagaimana cerita lengkapnya? Simak ulasan berikut.
Menjaring jamaah yang tak tahu apa-apa dengan cara yang sedikit nakal
Ternyata tergiurnya prospek dalam mencari keuntungan dalam ibadah haji juga sempat terjadi pada zaman kolonial. Tepatnya waktu itu sebuah biro agen perjalanan haji, The Java Agency milik Johanes Gregorius Marinus Herklots sempat menggunakan cara yang mirip diterapkan sekarang. Ya, perusahaan tersebut menggunakan jasa pejabat lokal atau orang terpandang pada zamannya untuk menggaet para jamaah.
Bagi mereka yang banyak mendapatkan orang, maka sanak saudara pun agak diberangkatkan haji secara cuma-cuma. Alhasil banyak sekali para pejabat yang berlomba-lomba dalam menggiring para jamaah untuk menggunakan jasa Herklots bahkan kalau perlu dengan cara yang agak kotor.
Tergiur hadiah, kecurangan dan pungutan liar meraja rela
Seperti yang dijelaskan sebelumnya kalau banyak yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jatah gratis naik haji dari perusahaan Herklots. Salah satunya adalah menyita surat izin para warga yang tidak menggunakan biro haji yang ditunjuk oleh para pejabat. Akibatnya mau tidak mau banyak yang daftar di Herklots, padahal semua hanyalah demi kepentingan keluarga para pejabat sendiri.
Tidak sampai di situ, bahkan banyak kejanggalan lain semisal jadwal berangkat yang selalu ditunda-tunda hingga munculnya pungutan liar yang sengat memberatkan para jamaah. Alhasil banyak sekali pengaduan menumpuk di pemerintah Batavia hampir setiap harinya. Namun sayang tidak ada hal besar yang bisa dilakukan.
Di Arab pun Herklots memakai cara ‘licin’ untuk dapat keuntungan banyak
Tidak sampai di situ, ternyata saat di tanah suci pun perusahaan yang satu ini juga menggunakan cara ‘licin’. Bagaimana tidak, pasalnya Herklots dengan salah satu teman Arabnya bernama Syekh Abdul Karim bekerja sama menipu pihak berwenang di tanah suci untuk menjaring banyak jamaah.
Mengingat dulu pulang pergi ke tanah suci harus memakai biaya yang berbeda. Bahkan sampai-sampai Herklots memakai identitas palsu bernama Haji Abdul Hamid. Hal itu semua dilakukan mengingat orang non muslim dilarang masuk ke lingkungan tanah suci. Belum lagi kedekatan temannya dengan para Syeikh dulu makin memperlicin jalannya meraup untung.
Para jamaah terkocar-kacir dan rugi tak karuan
Seperti yang diketahui, lantaran jadi korban dari ambisi mencari keuntungan dari biro haji jaman kolonial bodong ini membuat banyak jamaah jadi menderita. Berkat giringan para teman Herklots para jamaah yang ada di sana mau tidak mau harus membayar biaya pulang yang luar biasa mahalnya.
Belum lagi masalah kepulangan itu sendiri yang masih tak jelas kabar beritanya. Alhasil para jamaah dibuat menunggu lama dengan membangun tenda seadanya di padang pasir. Pun demikian saat kapal sudah datang, ternyata kendaraan tersebut adalah jenis Samoa, sebuah pengangkut yang sejatinya tak muat untuk jamaah. Alhasil pelayan sangat buruk, berdesakan dan pengap harus dialami jamaah.
Usut punya usut, penipuan dengan modus ibadah ternyata sudah ada sejak zaman kolonial. Tentu hal ini jadi sebuah warning besar buat kita. Ya, kasus First Travel dan Abu Tour mungkin hanya beberapa yang terungkap, bisa saja masih ada yang lain. Oleh sebab itu kita lebih waspada dan meneliti dengan seksama kalau ingin melakukan ibadah ke tanah suci.