Faktanya, takdir seorang laki-laki memang menjadi seorang pemimpin. Mungkin kenyataan itu pula yang membuat sebagian negara melarang perempuan untuk menempati posisi nomer wahid di suatu negara. Meski begitu, bukankah emansipasi wanita sudah banyak dikenal dunia? Indonesia sendiri memiliki sejarah di mana seorang perempuan menjadi presiden.
Selain di Indonesia, rupanya Mesir kuno juga merupakan salah satu negara yang sempat dibuat makmur oleh pimpinan perempuan. Hal itu tentu berhasil merobek ketakutan warga ketika negaranya harus berada di bawah kendali kaum Hawa. Ini juga jadi salah satu bukti bawa wanita tak selemah yang terlihat. Ialah Hatshepsut, Firaun wanita pertama yang tangguhnya dan sukses menciptakan hal-hal besar bagi Mesir.
Mengukuhkan diri sebagai Firaun
Hatshepsut bisa dibilang merupakan salah satu wanita paling tangguh di Mesir kuno. Selepas meninggalnya sang suami, Thutmose II, ialah yang menjadi penguasa sementara. Hal itu dikarenakan anak tirinya yang bernama Thutmose III masih bayi.
Ia pun mengukuhkan diri sebagai Firaun Kelima dari Dinasti ke-18. Setidaknya, 22 tahun ia menjabat sebagai Firaun. Dan selama itu pula ia berhasil membuktikan bahwa masa kepemimpinannya adalah yang paling makmur, meski selama ini banyak yang meragukan kemampuannya.
Prestasi terbesar Hatshepsut
Hatshepsut diindikasi memiliki prioritas di bidang perdagangan. Meski Firaun ini mengungkapkan jika ekspedisi ini dilakukan juga demi menarik upeti rakyat. Meski demikian, terbukti jika misi tersebut sukses besar.
Banyak benda-benda mewah dan juga makhluk eksotis yang dibawa ke Mesir, termasuk pohon myrrh, emas, gading dan juga kulit macan. Beragam kesuksesan tersebut rupanya tidak menggambarkan Hatshepsut sebagai firaun. Ia masih dianggap menentang norma dengan menjadi firaun, yang sebenarnya posisi yang disediakan hanya untuk laki-laki.
The Mortuary Temple of Hatshepsut
Lokasi ini juga dikenal sebagai Maha Kudus oleh masyarakat Mesir kuno. Konon, membutuhkan 15 tahun untuk menyelesaikannya, yaitu antara 7 sampai tahun ke 22 masa pemerintahan Hatshepsut. Pembangunan kuil ini diawasi oleh Senenmut.
Senenmut merupakan seorang arsitek kerajaan yang menurut beberapa orang juga merupakan kekasih Hatshepsut. Lepas dari hubungan tersebut, Senenmut memang merupakan arsitek yang berprestasi. Ia menciptakan sebuah monumen yang bisa menggambarkan kebesaran Firaun Hatshepsut.
Adanya upaya melenyapkan sejarah firaun wanita
Setelah kematian Hatshepsut, ada upaya untuk melenyapkan sejarah firaun wanita ini. banyak patung di kuil makam Hatshepsut yang diruntuhkan, dihancurkan hingga dipendam di lubang. Segala prasasti dan juga gambar yang ada para relief-relief di dinding dan pilar dihapus.
Dengan demikian, pilar kelahiran di kuil kamar mayat Hatshepsut juga dihapus. Namun, adanya upaya tersebut bisa dikatakan gagal, sebab Hatshepsut tetap dikenang sebagai salah satu firaun mesir yang paling sukses membuat karyatnya makmur.
Seperti pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan gading. Manusia juga mati meninggalkan nama. Meski telah tiada, namun jasa-jasanya akan senantiasa dikenang. Sebagaimana Hatshepsut yang sempat memakmurkan Mesir di masa kuno.