Semua orang di dunia ini memang ditakdirkan untuk kembali pada sang pencipta. Datangnya ajal juga tak bisa diduga. Namun, berkat kecanggihan teknologi medis, seseorang dokter dapat memprediksi jika keadaan tubuh pasien tidak akan bertahan hidup lebih lama.
Begitu banyak orang terlahir dengan penyakit bawaan. Hal itu membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit daripada kebebasan. Banyak kisah yang bisa jadi cermin bahwa kesehatan adalah anugerah Tuhan yang tak ternilai. Dan lima kisah mengharu biru ini akan menyadarkan kita bahwa kebahagiaan bisa didapat dengan cara yang sederhana.
Melakukan pesta dansa
Brett Marie Christian adalah seorang gadis 15 tahun yang menderita leukemia dan prognosis. Kondisinya sangat buruk saat menyatakan ingin pergi ke pesta dansa bersama temannya. Tidak tega melihat Marie bersedih, teman-teman sekolahnya pun memutuskan untuk ‘membawakan pesta dansa’ pada Marie. Mereka sepakat untuk mempercepat pesta dansa yang biasanya rutin dilakukan di sekolah Palmyra. Menjelang pesta, Marie juga melakukan manicure dan pedicure.
Treyton Carter, adalah seorang teman sekelas yang didaulat sebagai pasangan dansanya. Carter juga memberikan hadiah berupa kalung untuk Marie. Saat itu, setidaknya ada 50 teman dan juga keluarga yang memeriahkan pesta dansa tersebut. Semua memperlakukan marie bak Ratu. Marie begitu bahagia dalam pesta tersebut. Namun, hanya berselang tiga hari dari acara dansa, Marie pun pergi untuk selamanya. Orangtuanya mengatakan jika Marie memang kehilangan kesempatan untuk menikah dan punya anak, namun yang gadis itu inginkan hanya pesta dansa terakhir.
Jadi pengantin sebelum meninggal
Semua perempuan di dunia ini tentu memiliki impian untuk menjadi pengantin. Berdandan cantik, mengenakan gaun putih, dan mengucap janji dengan orang yang paling dicintai. Adanya prosesi pernikahan tersebut juga harus menunggu waktu yang tepat. Namun, Jayla Cooper tidak punya cukup waktu untuk menunggu. Dokter mengatakan jika waktu yang tersisa bagi gadis berusia 9 tahun tersebut tinggal beberapa minggu.
Bocah penderita leukemia tersebut pun mengungkapkan keinginan terakhirnya sebelum meninggal, yaitu menikah. Jose Griggs adalah sosok laki-laki kecil yang dipilihnya sebagai mempelai pria. Jayla dengan wajah tersipu mengungkapkan jika Jose sangat tampan. Jose yang merupakan sahabatnya juga bersedia untuk mengikat janji dengan Jayla. Prosesi pernikahan pun digelar, dengan dihadiri keluarga dan juga teman-temannya
Membagikan ‘kebahagiaannya’ pada anak lain
Nathan Garcia memang terlahir tak sempurna. Ia salah satu anak yang mengidap kanker ganas dan membuat harinya habis di rumah sakit. Meski dinyatakan sulit sembuh, dia tetap rajin menjalani kemoterapi. Dengan tubuh kurang sehat tersebut, Nathan juga masih melakukan hal yang mulia. Sesaat sebelum meninggal, Nathan membagikan semua mainannya pada anak-anak yang ada di rumah sakit.
Setelahnya, Nathan pun menutup usia dengan meninggalkan inspirasi yang luar biasa. Seketika komunitas amal setempat pun mengumpulkan mainan untuk disumbangkan, seperti yang dilakukan oleh Nathan. Mereka membagikan mainan tersebut dua hari setelah kepergian bocah 13 tahun tersebut.
Ingin jadi malaikat
Seorang bocah kelahiran 4 Oktober 1997 bernama Brenden Foster dikenal sebagai anak berhati malaikat. Pada tahun 2005, dia divonis menderita leukemia akut. Saat itu, Brenden masih berusia 8 tahun. Jika vonis tersebut dijatuhkan pada anak lain, mungkin dia akan menangis dan tak memiliki semangat lagi. Namun Brenden berbeda, ia mengatakan pada ibunya ingin menjadi malaikat yang bisa membantu orang lain.
Sembari menunggu kematiannya, Brenden mengajak ibunya untuk berkeliling sembari memberi makanan pada tunawisma. Brenden melakukan itu hingga ajal menjemputnya. Kebaikan Brenden rupanya menginspirasi banyak orang. Bahkan, setelah kematiannya banyak orang yang menghormatinya. Hingga salah satu stasiun televisi membuat “Brenden Foster Food Drive” untuk membagikan makanan untuk tunawisma.
Menulis ratusan surat cinta dan menyebarnya di seluruh penjuru rumah
Elena Desserich mulai menulis surat cinta sejak dia divonis menderita kanker otak. Dia menyembunyikan surat-suratnya di seluruh penjuru rumah, berharap kedua orangtuanya bisa menemukan surat cinta tersebut. Sebelumnya, dokter mengatakan jika Elena diperkirakan hanya memiliki waktu 135 hari. Namun, sepertinya gadis kecil tersebut berjuang keras agar bisa bersama kedua orangtuanya lebih lama, Elena bertahan hingga 225 hari. Namun, dia akhirnya kalah oleh penyakitnya pada tahun 2007.
Seperti harapan Elena, kedua orangtunya menemukan ratusan surat setelah kepergiannya, tersebar di antara rak buku, bungkus CD, tas, hingga meja rias ibunya. Menurut kedua orangtunya Elena, mereka seperti menerima pelukan dari putri kecilnya saat menemukan surat-surat tersebut. Mereka pun menerbitkan buku tersebut dengan judul Notes Left Behind yang didedikasikan untuk melawan kanker otak pada anak-anak.
Lima kisah mengharukan tersebut kiranya bisa menginspirasi dan juga mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah yang patut disyukuri. Meski divonis memiliki usia yang pendek, mereka tau cara mendapatkan kebahagiaan hidup sebelum kembali pada sang pencipta.