Ketika kau berpikir tentang lingkunganmu yang kurang bersih dan terlalu banyak sampah berserakan, di sini kalian akan menemukan beberapa orang yang nyatanya hidup dan bekerja di tempat yang jauh dari bayanganmu. Mereka hidup dari sampah, bukan pekerja kebersihan yang dibayar karna membersihkan kota. Tapi orang-orang ini hanya masyarakat biasa yang berusaha hidup dari kumpulan benda yang biasa kita sebut: sampah.
Kedengarannya memang menjijikan, tapi nyatanya benda-benda kotor ini telah mampu memberi kesejahteraan bahkan kehidupan bagi mereka.
Sebuah foto dari seorang ayah dan anak laki-lakinya yang berada di lautan sampah, menjadi contoh masyarakat nyata yang hidup pada sampah. Setiap hari, mereka menaiki sebuah perahu yang dibuat dari sterofom dan berlayar melalui sungai yang tersedak oleh ribuan sampah di Manila, Pilipina.
Mereka mengais barang yang bisa mereka selamatkan. Berharap barang-barang tersebut dapat mereka jual di toko sampah lokal. Kotor, Bau, terlalu sulit untuk dijangkau dan memiliki hasil yang sedikit untuk dijadikan uang tapi mereka tidak bisa melepas sampah-sampah ini begitu saja. Karna genangan sampah yang mengambang ini adalah hidup mereka.
Di Managua, Nicaragua terdapat kota pembuangan sampah terbesar di Amerika Tengah, lebih tepatnya di kota La Chureca. Di sini lebih dari 7 km2 daratan tertutup oleh sampah dan hampir seribu penduduk di sana hidup dan bekerja di kota sampah ini. Tentunya tidak mudah hidup di sini, ketika terjadi pembusukan dan pembakaran sampah dimana-mana. Tapi kenyataannya mereka hidup “di sini.”
Mereka membangun rumah dari sampah dan mengais makanan dari sampah. Setiap harinya mereka mencari potongan-potongan plastik dan kaca untuk dijadikan uang. Anak-anak yang lulus dari sekolah dasar terdekat berakhir sebagai pengais sampah juga. Sebagian dari mereka memulai dan mengakhiri hari di sini. Meski hidup di La Chureca sulit, tapi mereka tetap bertahan dan membangun masyarakat dengan gotong royong dan keramahan yang luar biasa.
Terdapat gunungan sampah yang begitu besar di Kambodia, dimana digunakan penduduk di sana untuk hidup baik di siang hari maupun malam hari. Lahir dan dibesarkan di sana, mereka akhirnya hidup sepenuhnya di tumpukan sampah ini, bekerja dan bermain di atasnya. Anak-anak bersekolah di lingkungan ini dan kebanyakan mereka bertelanjang kaki. Ditahun 2009 gunungan sampah ini menjadi hunian bagi 500 orang di Kambodia.
Mereka membangun rumah dari apapun yang bisa menyokong bangunan mereka, dari handuk, kardus dan papan sisa. Mereka tidak lagi meperdulikan kehidupan yang kotor di sana dan terus menjalani hidup. Mereka mungkin tidak memiliki banyak harta tapi mereka menghargai apa yang mereka dapat dari pembuangan sampah ini sebagai karunia bagi hidup mereka.
India menjadi negara dengan produksi sampah dengan jumlah yang cukup mengejutkan yaitu sebesar 1.3 milyar tons sampah setiap tahunnya. Tapi sebagian penduduk di sana menggunakan ladang sampah ini sebagai tempat hidup dan bekerja. Anak-anak bahkan tumbuh dan berkembang di pemandangan bukit sampah ini.
Dari gunung sampah tiap keluarga mengaku mendapatkan $1-$2 setiap hari dari mengais sampah yang membusuk ini. Meski penghasilan yang tidak seberapa mereka tetap hidup, menikah dan memiliki anak di tanah ini. Beberapa relawan yang memberikan bantuan mengungkapkan jika kehidupan ini memang buruk, mereka sering dilanda kelaparan. Tapi mereka sudah sulit melepas kehidupan mereka dari ladang sampah.
Mereka menyebutnya ‘gunung’, 110 hektar pemandangan sampah dari Jakarta dan Bandung yang membentang di sini. Dan disekitarnya akan kita temui tua, muda, laki, perempuan yang mengisi keranjang mereka dengan sampah-sampah dari alumunium, botol bekas dan plastik dari berbagai macam bentuk. Mereka berlomba mengais sampah dengan buldoser yang terus sibuk disekitar mereka.
Pembuangan sampah Bantar Gebang menjadi pembuangan sampah terbesar di Indonesia, dan menjadi bisnis 24 jam yang tidak pernah berhenti. Banyak pendatang dari daerah lain yang menetap di sini untuk berubah profesi menjadi pemulung. “Sampah selalu datang untuk ditemukan dan kemudian dijual. Meski tidak menjadi kaya raya, tapi sampah memberi kehidupan bagi kami,” ungkap Umi seorang bos penampung sampah.
Melihat kehidupan mereka tentu mengusik hati nurani kita, ketika tempat semacam itu dihargai menjadi lingkungan hidup bagi sebagian orang. Namun masalah sampah ini membawa masalah dunia yang seharusnya segera diselesaikan sebelum semuanya keluar kendali, seperti polusi, kualitas air yang buruk dan lapangan pekerjaan untuk penduduk dengan pendidikan rendah.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…