Status Gunung Agung yang dinyatakan naik dari waspada menjadi awas bulan September lalu membuat para warga di sekitarnya kelimpungan. Beberapa dari mereka memilih mengungsi ke daerah yang jauh dari jangkauan gunung berapi aktif tersebut. Bahkan banyak daerah yang tiba-tiba menjadi “kota mati” karena ditinggalkan penduduknya.
Hingga saat ini, Gunung Agung belum memperlihatkan lagi tanda-tanda akan meletus. Namun, banyak dari para warga lebih memilih tetap untuk berada di posko pengungsian karena takut tiba-tiba terjadi letusan. Setelah hidup hampir satu bulan di posko, banyak hal-hal unik terjadi dan hanya dialami oleh para pengungsi Gunung Agung. Beberapa di antaranya mungkin akan membuatmu geleng-geleng kepala.
1. Mencoba Bilik Asmara yang Disediakan Atas Permintaan
Sebulan tinggal bersama banyak pengungsi lainnya membuat beberapa pasangan muda gerah. Ingin melakukan hubungan intim suami-istri tapi takut untuk kembali ke rumah. Alhasil, sebagian besar dari mereka menyampaikan sebuah aspirasi kepada Camat yang bertanggung jawab di sana.
I Gusti Agung Alit Adiatmika selaku Camat menjelaskan bahwa sudah seminggu sebuah bilik asmara dibuka untuk pasangan muda yang terdaftar di posko pengungsian. Ia paham bahwa hubungan pribadi antara suami-istri itu penting, sehingga disediakanlah bilik asmara tersebut. Kamar yang berada di rumah dinas Camat itu sekaligus dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan logistik.
2. Makan Masakan A la Chef Terkenal Se-Bali
Sebagai kota tujuan wisata, tidak diragukan lagi bahwa Bali merupakan surga dunia dalam hal kuliner. Banyak koki handal yang dipekerjakan di sana untuk memanjakan para pengunjung Pulau Dewata tersebut. Dengan adanya bencana yang menimpa tempat tinggalnya, para koki seluruh Bali berkumpul dan mengadakan inisiatif untuk membantu para pengungsi yang tinggal di posko pengungsian.
Ternyata, inisiatifnya adalah memasak bagi para penghuni posko. Banyaknya bahan namun kurangnya tenaga pengelola merupakan hal yang menggerakkan mereka untuk melakukan aksi ini. Keuntungan bagi para pengungsi juga yang tidak setiap hari bisa mencicipi masakan mahal a la chef ternama se-Bali ini.
3. Dihibur Musisi Ternama, Indra Lesmana dan Dewa Budjana
Para musisi tanah air yang berdomisili di Bali juga ikut andil dalam upaya penyelamatan warga di sekitar Gunung Agung. Salah satunya adalah musisi lawas sekaligus mantan suami Sophia Latjuba, Indra Lesmana. Ia menggandeng musisi Dewa Budjana untuk mengadakan edukasi musik serta konser dalam rangka menghibur anak-anak di pengungsian agar tidak stres.
Hal tersebut dimanfaatkan juga oleh Indra Lesmana untuk menggalang dana lewat sosial media instagram. Ia yang sudah mengunjungi para pengungsi di posko pengungsian yaitu GOR Swecapura, Klungkung, otomatis tahu perlengkapan apa saja yang dibutuhkan para pengungsi. Ia lalu meminta bantuan dari para pengikut instagramnya untuk menyumbangkan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan para pengungsi Gunung Agung.
4. Dibantu Ngamen oleh Polisi
Ternyata yang menyalurkan “bantuan” lewat musik tidak hanya Indra Lesmana dan Dewa Budjana saja, seorang polisi juga ikut membantu para relawan yang ngamen untuk menggalang dana. Diketahui polisi tersebut bernama AKP Niko Ruing, kebetulan ia sedang menjaga di sekitar para relawan akan mengamen.
https://www.youtube.com/watch?v=izT82k0-_gU
Dengan sigap dan ramah, ia pun merebut gitar dari para relawan dan ikut meramaikan aksi mereka untuk menggalang dana. Aksi AKP Niko Ruing tersebut lalu viral di sosial media dan mendapatkan banyak pujian.
5. Diajak Berjualan Pisang Goreng
Tinggal hampir satu bulan dan menunggu kepastian yang tak kunjung datang, pastilah membuat para pengungsi hampir setiap hari dilanda rasa bosan. Hal tersebut diketahui oleh Walikota Denpasar, I. B. Rai Dharmawijaya Mantra ketika berkunjung ke posko pengungsian suatu hari. Melihat keadaan seperti itu, sang Walikota memiliki ide untuk mengatasi rasa bosan para pengungsi.
Ia mengajak para pengungsi, khususnya ibu-ibu untuk berkarya dan menjajakan hasil buatannya. Ia menghimbau mereka untuk membuat canang dan penjor sebagai sarana untuk sembahyang sehari-hari. Selain itu, ibu-ibu juga dihimbau untuk membuat pisang goreng untuk dijual agar rasa bosan mereka hilang.
Meski aktivitas gempa Gunung Agung sudah menurun, warga tetap dihimbau untuk waspada dan belum diperbolehkan kembali beraktivitas di rumah maupun sekitar lokasi yang rawan terkena letusan. Hal-hal unik di atas mewakili rasa bahagia para pengungsi atas kekhawatiran mereka yang mendalam. Kita doakan saja semoga segera ada kabar baik untuk para pengungsi Gunung Agung ini.