Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Tidak ada satu pun orang tua di dunia ini yang rela anaknya hidup dengan berkekurangan serta kesusahan. Oleh karena itu sudah tugas mereka lah untuk membahagiakan sang buah hatinya. Namun bagaimana perasaan orang tua bila mengetahui bahwa anak mereka terlahir tidak sesempurna anak lainnya? Rasa sedih dan terpukul pastilah akan melanda seorang ayah dan ibu. Namun alih-alih menyalahkan keadaan dan meminta pertanggungjawaban pada yang Maha Kuasa, mereka lebih harus ikhlas menerima semuanya.
Seperti itulah yang selama ini dilakukan pasangan suami istri Joko Wahyudiono dan juga Heny Sulistiowati. Pasangan yang menikah tahun 2002 lalu ini seketika mendapat kabar bahagia ketika mengetahui bahwa Heny mengandung buah hati pertama mereka. Namun hari-hari bahagia mereka seolah berubah diliputi rasa cemas saat sang istri harus melahirkan dalam keadaan prematur. Awalnya semua nampak biasa saja, sebuah keluarga kecil yang berbahagia sedang menciptakan kisah menyenangkan mereka. Sampai suatu ketika, buah hati yang diberi nama Fajar Abdurokhim Wahyudiono divonis menderita cerebral palsy spastik atau kelumpuhan otak.
Kehadiran fajar bukan merupakan beban, melainkan anugerah
Awalnya pasangan Joko dan Heny sama sekali tidak menyangka bahwa buah hati mereka menderita penyakit cerebral palsy (CP). Pasalnya sejak pertama dilahirkan prematur memang bobotnya hanya kurang lebih 1,6 kilogram, namun kondisinya secara umum nampak seperti bayi-bayi lain. Sampai akhirnya saat usia Fajar menginjak 1 tahun, salah satu kawan Heny yang pernah bekerja di sebuah yayasan anak cacat mengemukakan bahwa ada sesuatu yang berbeda pada Fajar. Dan ternyata memang anak tersebut mengalami CP.
CP sendiri biasa dikenal dengan nama lumpuh otak oleh orang awam. Penderita CP ini biasanya akan mengalami gangguan sistem saraf dan juga fungsi otak yang mana akan mengakibatkan terganggunya kemampuan berpikir, melihat, mendengar, belajar, serta bergerak. Kondisi ini tentunya sempat membuat orang tua Fajar merasa kaget. Namun menurut Heny, dia dan suami tak pernah sekalipun menganggap kondisi Fajar adalah sebuah beban. Menurut mereka Fajar adalah anugerah yang telah diberikan Allah kepada mereka.
Fajar mulai hafal AL-Qur’an di usia 4,5 tahun
Memang benar ungkapan yang menyatakan bahwa di balik kekurangan pasti ada kelebihan. Hal tersebutlah yang dialami Fajar. Anak ini memang sudah divonis mengalami kelumpuhan otak ketika usianya masih sangat kecil, tapi siapa sangka dia mampu menjadi seorang penghafal Al-Qur’an? Karena terlahir secara prematur, Fajar bayi harus diletakkan di ruangan khusus di mana secara rutin orang tuanya harus mengantarkan ASI untuk Fajar. Ternyata setiap mengantar ASI ayah Fajar rutin membacakan ayat suci Al-Qur’an untuk anaknya.
Selain itu selama 24 jam, orang tua ini selalu memutar kaset berisi lantunan ayat suci untuk sang anak. Pasangan ini melakukan hal tersebut karena ingin anaknya hanya mendengar hal-hal yang baik saja. Namun siapa sangka, di usia Fajar yang ketiga dia sering menggumamkan potongan-potongan ayat. Kemudian barulah Joko dan Heny memanggil seorang guru untuk membimbing Fajar, dan ternyata saat usianya menginjak 4,5 tahun buah hati mereka sudah bisa menghafal Al-Qur’an meskipun belum secara runtut.
Fajar sangat mencintai lantunan Al-Qur’an
Memiliki bekal hafalan di usia 4,5 tahun tidak serta merta membuat sang orang tua menghentikan pembelajaran Fajar. Mereka tetap mencari guru terbaik untuk sang anak untuk memastikan hafalannya sudah benar-benar baik dan runut. Dan walhasil setelah sempat beberapa kali berganti guru akhirnya Fajar Abdurokhim berhasil menghafal kitab suci umat islam itu dengan runtut di usia 9 tahun. Bahkan dia juga sangat senang bermain tebak-tebakan ayat dan melanjutkan penggalannya serta menyebutkan nama surah.
Anak yang saat ini sudah menginjak usia 14 tahun ini juga dikenal sangat mencintai lantunan ayat suci. Mungkin hal ini dikarenakan dia sudah terbiasa mendengarnya sejak masih bayi. Ayat suci AL-Qur’an ibaratnya sudah menjadi dongeng sekaligus lagu pengantar tidurnya. Bahkan Fajar akan terbangun bila lantunan Al-Qur’an itu terhenti. Dia juga ternyata sangat hobi mengumpulkan aneka macam jenis Al-Qur’an.
Fajar menjadi perhatian Raja Arab dan Dr Zakir Naik
Kemampuan yang dimiliki Fajar bisa dibilang sangat jarang ditemukan. Mengingat kondisinya yang harus menderita kelumpuhan otak di usia masih sangat kecil, namun ternyata anak kelahiran Bandung ini mampu menunjukkan kelebihannya dalam menghafal Al-Qur’an. Hal inilah yang kemudian membuat nama Fajar sampai terdengar di telinga Raja Arab Saudi. Pada 2015 lalu ternyata sang hafidz kecil mendapat undangan dari raja Arab untuk menjalankan ibadah haji bersama keluarga. Sang raja juga bahkan memberikan hadiah sebesar Rp 2,6 juta setiap bulannya dalam satu tahun kepada anak berbakat ini.
Bukan hanya itu, Fajar Abdurokhim juga sempat menarik perhatian ulama kenamaan Dr Zakir Naik dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu. Menurut sang ibu, Fajar memang sangat mengidolakan Zakir Naik dan ingin sekali bertemu. Dan akhirnya mereka bisa saling bertatap muka saat sang ulama mengunjungi Yogyakarta. Saat itu nampak Dr Zakir Naik melakukan tebak-tebakan ayat bersama Fajar hingga akhirnya pertemuan singkat itu ditutup dengan foto bersama. Dan sang ulama bahkan meminta kesempatan untuk hanya foto berdua dengan Fajar di sesi tersebut.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jikalau Allah sudah berkehendak, maka apapun bisa terjadi. Termasuk keajaiban yang dialami sang hafidz cilik ini. Fajar Abdurokhim Wahyudiono seorang anak yang divonis menderita kelumpuhan otak dari kecil malah menjadi hafidz karena kebiasaannya mendengar lantunan ayat suci. Sebenarnya Fajar juga memiliki beberapa cita-cita yang sangat ingin dia wujudkan, mulai dari untuk bisa berjalan, membuat mobil, jalan tol, jembatan, sampai keinginannya menjadi imam di Masjidil Haram. Fajar memang masih bisa dibilang anak-anak, namun kisahnya mampu membuat banyak orang dewasa merasa tergetar hatinya dan terinspirasi.