Pergi melanglang buana menembus batas hingga ke luar angkasa, memang telah menjadi impian sejak zaman dahulu. Namun sayang, hanya negara-negara tertentu yang memiliki teknologi canggih untuk bisa menjelajah jagat raya ini. Meski demikian, Indonesia juga sempat memiliki calon-calon astronot yang membuat bangga negeri ini. Salah satunya adalah Nur Fitriana, seorang guru SD Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman.
Dilansir dari news.detik.com, ia bersama 9 orang asal Indonesia, terpilih untuk mengikuti program Honeywell Educators at Space Academy untuk mengikuti pelatihan astronaut di US Space & Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Tentu saja hal ini sangat menarik. Mengingat Nur Fitriana hanyalah seorang guru biasa yang tak menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya.
Sosok guru yang pernah ditolak saat bersekolah
Bagi wanita kelahiran Nganjuk, Jawa Timur pada 9 Juni 1986, kesempatan untuk mengikuti pelatihan astronot merupakan kesempatan yang langka. Dilansir dari news.detik.com, dirinya pernah ditolak masuk sekolah saat jenjang SD. Alhasil, Fitri pun memilih tempat pendidikan lain yang mau menerima dirinya. Saat itu, ia ditolak lantaran mendaftar pada umur lima tahun dan tidak melewati jenjang TK.
Alhasil, Fitri kerap menerima penolakan karena tidak mempunyai ijazah Taman Kanak-kanak dan belum cukup umur. Di luar dugaan, ia mampu memberikan prestasi yang lebih hingga pada saat masuk ke jenjang perguruan tinggi. Dari tingkat dasar hingga sarjana, Fitri selalu unggul menempati peringkat satu.
Sosok guru cerdas yang berpendidikan tinggi
Setelah menamatkan bangku SMA, Fitri kemudian melanjutkan karir pendidikannya dengan menempuh jenjang D2 di Universitas Negeri Malang. Setelah itu, ia berhasil meraih S1 PGSD di UT Yogyakarta dan S2 Psikologi Pendidikan di UGM.
Dilansir dari news.detik.com, tak hanya ilmu secara akademik saja yang membuat Fitri sukses, tapi peran keluarga juga sangat menentukan. Dari sana, ia dididik dalam hal ilmu agama, disiplin serta tidak merasa egois dalam bergaul di dalam keseharian. Alhasil, buah dari pendidikan itulah yang membuat dirinya sukses diterima mengikuti pelatihan di AS.
Berawal dari coba-coba hingga akhirnya diterima
Saat itu, Fitri kerap mendengar dari sang teman perihal adanya program pelatihan astronot di AS yang rutin digelar tiap tahun pada 2015. Tertarik, ia pun mencoba mendaftar lewat internet. Bukan hal yang mudah, Fitri pun sempat ragu apakah kegiatan yang ia ikuti berhubungan dengan tugasnya sebagai seorang guru.
Dilansir dari news.detik.com, ia kemudian mempelajari jurnal internasional soal astronaut yang ternyata erat kaitannya dengan science, technology, engineering, mathematics (STEM). Berbekal tekad dan artikel penelitiannya soal sumber daya listrik alternatif berupa baterai yang isi karbonnya diganti dengan kulit sayur dan buah, serta membuat jembatan dari koran bekas yang kuat menahan beban batu bata, Fitri akhirnya diterima.
Kisahnya saat mengikuti pelatihan bersama 9 orang Indonesia lainnya
Setibanya di AS, Fitri bersama total 118 peserta dari 67 negara, menginap di sebuah asrama. Seluruh peserta pada saat itu dibagi menjadi 8 grup dan dibekali pelatihan selama 5 hari ke depan. Dilansir dari news.detik.com, Fitri dilatih soal STEM (science, technology, engineering, mathematics) yang ternyata menjadi salah satu dasar pelatihan astronaut.
Oleh profesor-profesor berpengalaman, ia didoktrin agar memposisikan diri seperti anak usia 12 tahun agar taat terhadap perintah apapun yang diberikan. Materi pelatihan yang ia dapatkan meliputi menerbangkan pesawat ke luar angkasa, pendaratan ke bulan dan Mars, kembali ke bumi.
Pelajaran penting bagi bangsa Indonesia dari sosok Nur Fitriana
Ada beberapa hal penting yang didapat oleh Fitri saat mengikuti pelatihan astronot di AS. Selain ilmu pengetahuan baru dan hal teknis seputar astronot, ia juga mendapatkan pendidikan karakter dan bagaimana membentuk mentalitas. Di sana ia harus bersikap disiplin dan dituntut agar bisa bekerjasama dalam satu tim.
lebih dari itu, modal besar untuk menjadi seorang astronot handal ternyata bukan hanya pengetahuan semata. Melainkan kesiapan diri, mental dan siap mati demi berjuang untuk tegaknya ilmu pengetahuan bagi seluruh penduduk bumi.
Memang, apa yang telah dicapai oleh sosok Nur Fitriana di atas telah menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Yang jelas, ilmu yang telah diperoleh diharapkan bisa memberikan sumbangsih pengetahuan bagi negara dan bangsa. Terutama soal eksplorasi di luar angkasa. Pelan tapi pasti, Indonesia juga harus bisa menjadi salah satu negara yang turut berkontribusi di bidang sains dunia. Semoga saja ya Sahabat Boombastis.