Pahlawan tanpa tanda jasa, julukan tersebut sepertinya memang paling pantas disandang oleh guru. Pasalnya, di negara kita begitu banyak guru yang statusnya masih honorer. Dengan status tersebut, biasanya mereka hanya menerima ratusan ribu dalam sebulan. Jumlah tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Mirisnya, begitu banyak yang mengabdi hingga berpuluh-puluh tahun, namun tak kunjung mendapat perhatian.
Kini telah diadakan seleksi PPPK untuk menyaring para guru yang memenuhi syarat. Para pengajar honorer pun berbondong-bondong mengikuti ujian. Hal itu tentu sebuah perjuangan, terlebih bagi mereka yang puluhan tahun mengajar. Seperti apa perjuangan mereka yang bikin miris? Berikut ulasannya.
Apa sebenarnya PPPK?
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, atau biasa disingkat PPPK, adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. PPPK bisa mendapat kenaikan gaji berkala.
Atau mendapat kenaikan gaji istimewa yang dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang sudah diatur oleh Menteri, yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. PPPK juga diberi tunjangan yang sama dengan tunjangan Pegawai Negeri Sipil pada instansi pemerintah tempat PPPK bekerja. Tunjangan tersebut mulai dari tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional, dan tunjangan lain.
Banyak peserta paruh baya yang ikut seleksi
Meski adanya seleksi PPPK disambut antusias oleh banyak masyarakat, khususnya para guru, namun netizen juga mengkritik seleksi tersebut. Pasalnya, begitu banyak guru honorer yang berusia lanjut juga turut mengikuti seleksi. Hal itu sungguh membuat banyak orang merasa iba.
Pasalnya, di usia tersebut berarti mereka sudah mengabdi selama puluhan tahun sebagai guru, namun nasibnya tak kunjung diangkat menjadi ASN. Banyak netizen yang kecewa, harusnya beliau yang sudah lama mengabdi langsung dijadikan PPPK, tanpa perlu tes-tes lagi. Karena pengabdian selama puluhan tahun dengan gaji yang sangat minim, cukup untuk mendapat penghargaan PPPK.
Kendala para peserta paruh baya
Proses selesksi PPPK memiliki begitu banyak kendala, terutama bagi peserta lanjut usia. Salah satu peserta PPPK yang sudah sepuh, bahkan terpaksa meminta bantuan para guru honorer yang lebih muda untuk bisa mengakses komputer.
Para peserta berharap proses pendaftarkan tidak dipersulit, banyak yang mengaku mengharap sistem manual saja, karena sistem online tentu menyulitkan para peserta yang sudah tua. Jika selekesinya saja kesulitan, tentu kemungkinan besar banyak yang tidak terjaring dalam seleksi PPPK ini.
Banyak peserta yang stres
Sebelumnya, juga banyak peserta yang mengaku stres jelang PPPK 2021. Hal itu karena mereka belum bisa mendapat hasil yang maksimal dalam try out persiapan seleksi kompetensi tahap I. Koordinator Forum Honorer K2 DKI Jakarta Nur Baitih mengatakan jika ia juga sudah mencoba try out dan mempelajari modul dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Ia mengaku kesulitan juga menjawab soal-soal tersebut, padahal ia sudah akrab dengan komputer dan juga laptop. Apalagi para guru yang usianya di atas 50 tahun, yang belum akrab dengan teknologi. Tak heran jika begitu banyak guru honorer yang justru stres bahkan jatuh sakit karena terlalu banyak belajar.
BACA JUGA: Meski Gaji Suaminya Sebagai Guru Honorer Hanya Rp 144 Ribu, Perempuan Ini Tetap Bersyukur
Semoga Indonesia kelak bisa mencontoh beberapa negara maju yang memakmurkan para guru, seperti Singapura dan Jepang. Karena pada dasarnya, guru merupakan tombak kekuatan dari suatu negara. Tanpa adanya guru, akan jadi seperti apa generasi penerus bangsanya?