2. Tuvalu
Negara bernama Tuvalu memang jarang sekali terdengar. Dan jika negara ini dibiarkan hancur oleh global warming, bisa-bisa Tuvalu benar-benar hanya menjadi sejarah. Tuvalu adalah sebuah negara pulau yang terletak di Samudera Pasifik di antara Hawaii dan Australia. Negara kecil ini terdiri dari 3 pulau tebing dan 6 atol dengan total luas daratannya sekitar 26 kilometer persegi.
Global warming adalah kekhawatiran utama bagi masyarakat Tuvalu karena rata-rata tinggi pulaunya hanya 2 meter di atas permukaan laut. Titik tertingginya ada di Niulakita dengan ketinggian hanya 4,6 meter di atas permukaan laut. Tuvalu akan menjadi salah satu negara yang merasakan efek buruk dari naiknya permukaan laut. Tidak hanya sebagian pulau tersebut akan banjir dan tenggelam, tapi naiknya air laut ke daratan juga bisa menghancurkan tanaman pangan warga Tuvalu.
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Tuvalu sudah merasakan sendiri akibat dari global warming. Beberapa hal yang sudah terjadi antara lain air asin yang naik hingga ke pantai dan meresap ke tanah telah merusak tanaman pokok dan komoditas ekspor Tuvalu sehingga mereka kesulitan bercocok tanam, terjadi banjir di beberapa daerah yang selama 15 tahun tidak pernah banjir, banyak air tanah yang sudah tidak bisa diminum karena tercampur dengan air laut sehingga warga bergantung pada air hujan, banjir yang kini datang tiap bulan dan beberapa pulau terkecil di Tuvalu seperti Tepuka Savilivili telah hilang dan tenggelam pada tahun 1997.
Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan karena lama kelamaan Tuvalu bisa benar-benar hilang. Beberapa masyarakat Tuvalu terpaksa dievakuasi karena naiknya level air laut. Pemerintah Selandia Baru bahkan menjalankan program imigrasi yang disebut Pacific Access Category untuk membantu penduduk Tuvalu memulai hidup kembali di lingkungan yang lebih aman.