Rentetan onar yang dilakukan oleh Geng Jepang
Yap, berdasarkan catatan, geng ini sudah seringkali melakukan berbagai onar dan meresahkan masyarakat. Menurut catatan, mereka sering kali melakukan penjarahan kepada para penjual pinggir jalan yang mereka temui. Seperti tukang gorengan hingga penjual nasi goreng, untuk mendapatkan makanan secara gratis.
Geng Jepang juga tercatat pernah melakukan aksi kriminal, terbukti dari mereka membawa senjata tajam saat melakukan aksi maupun saat konvoi motor bersama anggota geng.
Berjualan senjata melalui media sosial
Selain membawa senjata saat melakukan berbagai aksi lapangan, berjualan senjata tajam juga menambah daftar tindakan pelanggaran yang mereka lakukan. Tak heran kalau selama ini geng ini kerap kali terlibat dalam aksi kriminal.
Senjata-senjata yang mereka jual merupakan produksi sendiri. Senjata ini dijual di media sosial seperti Facebook, namun tidak dicantumkan harganya. Sehingga orang yang mau membeli senjata tersebut, harus berkirim pesan dan berkomunikasi dengan mereka via nomor telepon yang dicantumkan. Harga per senjata yang mereka jual saat itu sekitar Rp100 ribu.
Sepak terjang anggota perempuan di dalam geng
Para perempuan di dalam geng ini bukan hanya menjadi primadona dan pemanis geng saja. Mereka mempunyai peran yang sentral, yaitu bertugas merekrut anggota geng baru. Perekrutan ini dilakukan melalui media sosial.
Kehadiran mereka menjadi pemikat agar banyak remaja yang tertarik bergabung ke dalam geng. Para perempuan ini juga menjual senjata yang mereka buat sendiri di media sosial. Selain itu, saat melakukan aksi, para perempuan ini juga ikut ambil bagian.
BACA JUGA: Hellbanianz, Anggota Gangster yang Tak Malu Pamer Harga dan Senjata Tajam di Media Sosial
Setelah melakukan aksi pada tahun 2017 lalu –pentolan geng bernama Habibi juga diamankan oleh pihak berwajib—nama geng mereka tak lagi terdengar melakukan kegiatan-kegiatan yang meresahkan di masyarakat. Geng dan kelompok motor ini, yang kebanyakan beranggotakan remaja, memang sudah bukan hal yang aneh lagi di masyarakat. Mereka dianggap sebagai ancaman karena melakukan tindak kekerasan, mencuri, merampok, bahkan melakukan aksi kriminal yang menewaskan korban.