Warisan budaya adalah identitas sebuah bangsa yang membedakan mereka dengan negara lainnya. Warisan budaya bisa berupa tradisi, bahasa, flora, fauna, monumen, artefak, bangunan, dan lainnya. Apa pun itu, setiap negara pasti melindungi warisan budaya mereka dengan segala cara. Menghancurkan dan menghina sebuah warisan budaya bisa saja dianggap sebagai sebuah tindakan kriminal. UNESCO bahkan memiliki peraturan mengenai ini.
Namun rupanya peraturan tersebut tidak diindahkan oleh sebuah organisasi yang memang dikenal tidak punya rasa takut, yaitu ISIS. Organisasi ini telah menghancurkan berbagai warisan budaya di negara-negara yang ingin mereka kuasai. UNESCO telah menggolongkan tindakan ISIS tersebut sebagai kejahatan perang. Bayangkan saja, sebuah artefak yang telah menjadi saksi peradaban manusia selama ribuan tahun diratakan dengan tanah hanya dalam hitungan menit. Tidak cukup sampai di situ, mereka mendokumentasi kegiatan penghancuran tersebut dan menyebarkannya melalui internet. Ada belasan bangunan yang telah mereka hancurkan, empat di antaranya memiliki dampak yang cukup besar bagi sejarah kebudayaan.
Kuil Bel
Sebelum Islam masuk, masyarakat Syria yang kala itu masih bernama Mesopotamia menyembah dewa yang mereka sebut dengan Bel. Kuil Bel adalah tempat mereka menyembah dan berdoa. Di kuil yang didirikan pada tahun 32 SM tersebut mereka memuja Aglibol sang Dewa Bulan dan Yarhibol sang Dewa Matahari.
Setelah bertahan lebih dari 2000 tahun, tepatnya pada bulan Agustus 2015, kuil ini roboh akibat bom yang dipasang oleh ISIS. Beruntung, sebagian bangunan masih bertahan. Pada tahun 2016, pemerintah Syria memerintahkan rekonstruksi ulang Kuil Bel. Saat ini, rancangan bangunan telah selesai dibuat dengan bantuan arsitek dari Prancis.
Istana Ashurnasirpal II
Ashurnasirpal II adalah raja Assyria pada tahun 883 hingga 859 SM. Raja ini dikenal mampu memperluas kerajaan hingga hampir ke seluruh jazirah Arab. Pada masa kejayaannya, sebuah istana dibangun di kota Nimrud, Irak untuk menghormati beliau.
Saat pemerintah Irak terlalu fokus melawan ISIS di Mosul, mereka lengah akan kota lainnya. Dengan mudah ISIS menguasai Nimrud dan menghancurkan cagar budaya di sana. Kini tidak ada lagi sisa-sisa peninggalan kerajaan Assyria di sana.
Kota Hatra
Syria dan Irak memiliki sejarah peradaban manusia yang cukup panjang. Tak heran jika kota-kota di sana memiliki banyak artefak dan kuil peninggalan nenek moyang mereka. Salah satu kota yang penuh dengan sejarah adalah Hatra. Kota ini telah berdiri selama 2000 tahun dan merupakan ibu kota pertama negara-negara Arab kala itu.
Pada awal tahun 2015, ISIS mengambil alih kota Hatra dan menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah di sana. Mereka mengeklaim itu mereka lakukan untuk menghapus kemusyrikan.
Biara Dair Mar Elia
Sebagai biara tertua di Irak, Dair Mar Elia dinobatkan sebagai cagar budaya. Biara ini didirikan pada abad ke-enam oleh seorang biarawan bernama Mar Elia. Biara yang berada di sebalah selatan Mosul ini pernah menjadi pusat peribadatan umat Katolik di Irak. Saat Perang Dunia I meletus, biara ini menjadi tempat pengungsian. Mereka memperluas biara tersebut agar bisa menampung lebih banyak pengungsi. Di awal tahun 2000-an, saat Amerika menginvasi Irak, mereka mencoba menghancurkan biara tersebut dengan menyerangnya menggunakan tank, membuat graffiti di temboknya, dan menghancurkan mural-mural yang berusia ratusan tahun. Pada tahun 2009, Amerika membayar perbuatan mereka dengan membangun kembali biara tersebut.
Pada bulan Juni 2014, ISIS menguasai Kota Mosul. Mereka menghancurkan biara ini dua bulan kemudian. Tidak ada publikasi mengenai penghancuran ini. Namun pada Januari 2016, gambar satelit menunjukkan bahwa biara ini tidak lagi berdiri kokoh.
Meskipun warisan budaya berbentuk bangunan atau artefak tidak memiliki pengaruh besar pada kehidupan pribadi kita, namun melihat mereka rata dengan tanah sangat mengesalkan. Bayangkan saja jika Borobudur atau Tugu Khatulistiwa dihancurkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pasti sudah rusuh negara kita.