Tak ada gading yang tak retak. Bumi pertiwi Indonesia kadang bersusah hati dan air matanya berlinang beneran seperti lagunya. Seiring makin dewasanya negeri ini, semakin banyak ujian dan persoalan yang datang bertubi-tubi.
Semua terekam dalam beberapa foto garapan anak bangsa yang diunggah oleh National Geographic Indonesia, serta beberapa foto amatir tentang kenyataan hidup di Indonesia. Benarkah kita mencintai negeri ini? Dan masihkah kita mencintai negeri ini dengan segala kekurangannya.
1. Reklamasi teluk Jakarta yang sempat terhenti, menjadikannya seperti kota mati.
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli, sempat menghentikan reklamasi Teluk Jakarta (setelah lika-liku birokrasi dari legal dan tidak legal, lalu legal kembali, sejak jaman Soeharto), karena dianggap merusak ekosistem lingkungan. Foto di atas menunjukkan suasana proyek saat ditinggal oleh para buruh dan desingan mesin traktor.
2. Proses pengangkatan limbah dan sampah Sungai Citarum.
Banjir? Gambar Sungai Citarum yang sedang ‘detoks’ alias diambil sampah dan limbahnya ini sudah menjelaskan semuanya. Sungai mendangkal, air menghitam, sampah bergelimpangan. Sungai ini ‘sakit kronis’ sejak begitu lama.
3. Isi perut ikan Raja Laut, hasil bedah Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Utara 24 Mei 2012
Nggak mungkin kan, ikan ini yang makan kripik kentang kemasan terus lupa buang di tempat sampah? Coba bayangkan kalau ini perutmu. Ikan Raja Laut menjadi pemakan segala ketika perairan sudah terkontaminasi. Kesimpulannya, jangan buang sampah di air.
4. Masih banyak anak tanpa orang tua dan keluarga terlantar di pinggir jalan.
Sang fotografer menuliskan, “Ketika saya lelah,raja negeriku tengah tertidur dan pasal undang undang negara hanyalah sebuah tulisan,matahari dan awan menjadi atapku untuk berlindung. UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 berbunyi Fakir Miskin dan anak – anak yang terlantar dipelihara oleh NEGARA.”
5. Pinggiran metropolitan, kumuh bersatu dengan peluh.
Kampung pinggiran rel Petamburan di Tanah Abang. Kesenjangan sosial terjadi akibat urbanisasi yang berbekal ekspektasi terlalu tinggi. Hasilnya? Tinggal seadanya di pinggiran rel atau tidur di kolong jembatan.
6. Bisa beli mobil bagus dan mahal, sekolah tinggi-tinggi, tapi masih seperti ini?
Band KAPITAL dari Kalimantan memposting ini sambil memberikan pesan: “Apa susahnya menyimpan sampah di dalam mobil dulu,lalu membuangnya di tempat sampah kemudian, Selamat Mudik Para ID**T! Jangan balik lagi ya!”
7. Luapan cinta kami pada bangsa ini, lebih tinggi daripada luapan air ini.
Meski air meluap di Nunukan, Kalimantan Utara, tapi upacara tetap dilaksanakan. Di perkotaan, mungkin sudah diliburkan, atau tidak jadi upacara. Well, simpulkan sendiri.
8. “Keterbatasan bisa dikalahkan dengan semangat. Karena, semangat itulah yang mengubah keadaan jadi lebih baik.”
Foto PKL di SD YPK Sion Warkabu oleh mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Sastra Unipa. Anak-anak ini tetap bisa tersenyum dalam keterbatasannya. Semoga bisa menginspirasi kita yang dilimpahi berbagai kecukupan.
9. Hamparan kota mati dalam pelukan bencana lumpur Lapindo.
Masalah Lapindo yang berkepanjangan meninggalkan rumah-rumah tak berpenghuni. Hingga sekarang masalah tersebut masih tak menemukan penyelesaian apapun. Hanya menyisakan bangunan yang bagaikan kota hantu ini.
10. Masalah sanitasi yang menjadi teman sehari-hari Jakarta.
Jakarta berteman dengan banjir sejak lama. Bukan cuma sanitasi dan sampah, tapi juga sikap warganya yang jadi masalah. Dan siklus saling menyalahkan antara warga dan pemerintah tak pernah berakhir.
Masih banyak permasalahan yang dihadapi negeri ini. Potret di atas menceritakan masalah yang ada di Indonesia, hanya seujung kuku. Bukan untuk membuat kita semakin putus asa dengan negeri ini, tapi untuk membuat kita merefleksikan diri, seberapa cintakah kita pada negeri ini?