Film Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan berliku. Pada tahun 1980-an, film Indonesia sempat merajai industri hiburan. Ratusan judul film keluar pada periode tersebut dan bintang-bintang muda bertebaran. Pada masa-masa itu hadirlah nama-nama yang melegenda seperti Onky Alexander, Meriambelina dan Desy Ratnasari. Perhelatan ajangan Festival Film Indonesiapun diadakan dengan sangat meriah dan mewah.
Namun kejayaan itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1990-an nyaris tidak ada film Indonesia yang diproduksi. Kala itu industri hiburan tengah berfokus pada perkembangan televisi dan program-programnya. Ketidakstabilan ekonomi dan politikpun ditengarai sebagai salah satu sebab miskinnya produksi film Indoensia. Namun, setelah kemunculan karya Riri Riza dan Mira Lesmana lewat Petualangan Sherina, film Indonesia kembali bangkit.
Sejak saat itu film Indonesia kembali berusaha mengejar ketertinggalannya. Festival-festival film mulai digelar dan bioskop Indonesia mulai dibanjiri oleh karya anak-anak bangsa. Tidak cukup sampai di situ. Kini, para sineas Indonesia juga merambah kancah internasional dengan karya-karya terbaik mereka. Berikut kami sajikan lima film Indonesia yang mendapat penghargaan dari festival film Internasional.
1. Daun di Atas Bantal (1998)
Film ini dibuat sang sutradara, Garin Nugroho, ketika nafas perfilman Indonesia tengah sekarat. Sedikit sekali film Indonesia yang diproduksi dalam rentang waktu 1990 hingga 2000. Namun Garin tampaknya tidak mudah putus asa. Dia terus berkarya di antara krisis budget dan krisis kepercayaan diri itu. Pada 1998, dia muncul dengan karyanya yang sangat apik, Daun di Atas Bantal.
Film ini menceritakan tentang seorang ibu beserta tiga anaknya, Heru, Sugeng dan Kancil yang tinggal di jalanan kota Yogyakarta. Fokus cerita berkisar antara perjuangan hidup mereka di tengah kerasna kehidupan jalanan. Setiap malam, ketiga anak ini sibuk memperebutkan Bantal Daun milik ibu mereka. Film inipun berakhir dengan sangat tragis.
Garin tampaknya mengucurkan keringatnya hingga titik penghabisan untuk film ini. Film ini dijadwalkan selesai pada tahun 1997. Namun akibat krisis ekonomi, maka film ini diselesaikan di Australia. Kerja keras itu tidak sia-sia karena film ini mendapat banyak sekali penghargaan internasional. Di antaranya Best Film di ajang Asia-Pasific Film Festival (1998) dan unggulan dalam kategori Silver Screen Awards as Best Asian Feature Film di Singapore Film Festival. Garin juga mendapatkan Special Jury Price di Tokyo International Film Festival.
2. Pintu Terlarang
Lompatan berikutnya dalam film Indonesia adalah hadirnya film bergenre thriller garapan Joko Anwar. Pada tahun 2009, Joko Anwar merilis film berjudul Pintu Terlarang, sebuah adaptasi dari novel berjudul sama. Film ini diperankan oleh Fachri Albar, yang sebelumnya sukses memerankan tokoh Janus di film KALA, garapan sutradara yang sama.
Film ini bercerita tentang seorang pematung sukses yang kehidupannya sempurna. Dia memiliki ibu yang sangat mencintainya, istri yang cantik dan juga teman-teman yang setia. Namun suatu hari dia menemukan pintu yang dilarang untuk dibuka. Pintu itu menjadi penguak rahasia siapa jati diri Fachri Albar sebenarnya.
Di Indoensia sendiri film ini tidak mendapat sambutan yang hangat. Film genre seperti ini masih sulit diterima oleh masyarakat luas. Namun, di luar negeri, Pintu Terlarang bisa dibilang cukup sukses. Film ini terpilih dan diputar di sepanjang pagelaran International Film Festival di Rotterdam. Pintu Terlarang juga berhasil mendapat penghargaan Best of Puchon di Pochon International Fantastic Film Festival, yang digelar di Korea Selatan pada tahun 2009.
3. Rumah Dara
Film dengan genre horor jagal ini muncul pada Januari 2002. Disutradarai oleh dua orang pria yang menjuluki diri mereka sebagai Mo Brothers. Film ini segera menjadi perbincangan khalayak ramai karena jalan cerita dan pengarapannya yang memang sangat mengesankan.
Cerita ini berkisah tentang Julie Estelle dan para kerabatnya yang terjebak di rumah milik seorang pembunuh misterius bernama Dara. Dara memiliki tiga orang anak yang ternyata dia jadikan kaki-tangannya untuk membunuh.
Film ini mendapat banyak sekali penghargaan dari ajang internasional seperti akrtis terbaik di Puchon Choice Feature-International Competition, Audience Choice Award di Freakshow Film Festival di New York dan Opening Short for Surprise Film di ajang Horrorthon Horror Film Festval, Irlandia.
4. Laskar Pelangi
Film ini sudah sangat ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia karena bukunya yang menjadi fenomena. Laskar Pelangi pun tetap menjadi fenomena mulai dari fenomena novel paling laris sepanjang sejarah perbukuan Indonesia hingga menjadi salah satu film Indonesia dengan penonton terbanyak.
Film ini berkisah tentang Ikal dan teman-temannya yang berjuang untuk tetap bisa bersekolah di SDN Muhammadiyah. Mereka memiliki seorang guru yang baik hati dan tegar bernama Bu Muslimah. Bu Muslimah menjuluki kesepuluh muridnya dengan sebutan “Laskar Pelangi”. Film ini, selain jalan ceritanya yang memukau, memiliki tata visual yang sangat mengesankan.
Laskar Pelangi mendapatkan Signis Award dalam Hongkong International Film Awards 2009. Penghargaan The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Films for Children and Young Adults, di Hamedan, Iran. Awal tahun 2010 lalu film ini kembali mendapatkan penghargaan, kali ini untuk Cut Mini sebagai Best Actress pada Brussels International Independent Film Festival. Dan yang paling terbaru adalah menjadi Best Film pada Asia Pacific Film Festival 2010.
5. The Raid
Film ini adalah proyek kerjasama kedua antara Gareth Evan dan Iko Uwais setelah sukses dengan film laga mereka “Merantau”. The Raid muncul pada tahun 2009 dan seketika menjadi topik perbincangan hangat di seluruh dunia. Banyak pecinta film action yang memuji-muji film ini sebagai film action terbaik sepanjang masa. Beberapa kritikus filmpun memberi bintang yang cukup banyak untuk film ini.
Film ini sendiri bercerita tentang seorang polisi bernama Rama yang ditugaskan untuk menyerbu sebuah tempat produksi narkoba bersama teman satu timnya. Aksi silat yang memukaupun menghiasi hampir setiap menit dari film ini. Selain Iko, banyak pemeran lain yang dielu-elukan seperti Yayan, Joe Taslim dan Ray Sahetapy.
Film ini mendapat banyak sekali penghargaan di antaranya Dublin Film Critics Circle Best Film, Prix du Public (perancis), Spits Silver Scream Award (Belanda) dan menjadi satu daru 11 film yang menjadi spotlight di Festival Film Sundance.
Untuk saat ini, film Indonesia masih terus berlomba-lomba untuk menampilkan wajah terbaiknya di kancah internasional. Mari kita doakan dan dukung perfilman kita agar menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Tentu kita sudah bosan melihat film-film yang hanya mengandalkan kontroversi tanpa memperhatikan kualitas. Hal yang paling gampang kita lakukan untuk mendukung film Indonesia adalah tonton film Indonesia yang bagus. Selamat menonton!