Sebagai salah satu kawasan paling timur Indonesia, Papua masih memiliki wilayah-wilayah yang belum dijelajahi. Di kawasan yang dipenuhi dengan kawasan hutan dan pegunungan ini, masih tinggal suku-suku asli yang hidup dekat dengan alam. Mereka masih menjunjung tinggi kehidupan asli yang diturunkan oleh nenek moyang sejak ratusan tahun yang lalu.
Selain suku-suku asli yang sangat menjaga budayanya, Papua juga masih memiliki beberapa destinasi unik seperti kawasan Raja Ampat yang memiliki wisata bahari menakjubkan, kawasan Teluk Cendrawasih dengan hiu paus yang sangat besar, dan kawasan Agats yang memiliki tata ruang kota unik. Mari kita bahas dengan lebih detail Kota Agats yang konon terkena kutuk ini.
Mitos Kutukan Seorang Pastor
Ratusan tahun yang lalu, seorang pastor berkebangsaan Belanda bernama Jan Smith melakukan penyebaran Kristen di kawasan Asmat. Dalam penyebaran ini dia sering sekali mendapatkan kesulitan karena penduduk terus memegang kebudayaan dan agama aslinya. Mengetahui hal ini dia tetap bersemangat meski akhirnya meninggal dunia dengan sebab yang tidak diketahui.
Sebelum meninggal dunia, dia pernah berujar bahwa tempat dia tiada akan terus basah dan tidak bisa ditinggali. Ucapan ini seperti kutuk yang membuat kawasan Agats terus basah dan berlumpur. Tanah di sini mirip sekali dengan kawasan rawa sehingga cara satu-satunya untuk tinggal adalah membuat rumah panggung dan jalanan dari papan.
Infrastruktur di Atas Papan
Karena lokasinya berada di tanah yang selalu berlumpur, bangunan tidak bisa dibangun begitu saja. Untuk bisa tinggal di kawasan ini, penduduk biasanya membuat rumah panggung. Mereka akan menancapkan kayu-kayu besar lalu di atasnya diberi papan kayu untuk didirikan sebuah hunian yang nyaman tanpa takut harus jatuh ke bawah.
Jalanan di kawasan kota dengan penduduk mencapai 76.000 jiwa juga dibangun menggunakan papan. Beberapa bagian yang melewati sungai biasanya dibangun sebuah jembatan dari cor besi yang cukup kuat. Karena hampir semua jalanan di sini dari papan, semua penduduk hanya menggunakan sepeda motor atau motor listrik untuk bergerak. Mobil tidak bisa digunakan di sini karena akan merusak jalanan.
Kota Penting yang Berpengaruh
Agtas awalnya hanyalah kumpulan desa biasa yang menjalankan kehidupannya dengan sangat lancar. Penduduk di sini bekerja di kawasan kota lalu kembali pulang dan bertemu dengan papan-papan jalan. Seiring dengan pemekaran kawasan Kabupaten Asmat, kawasan ini menjelma menjadi kawasan penting dan menjudi penumpu perekonomian Kabupaten Asmat secara menyeluruh.
Meski secara infrastruktur kota ini tertinggal jauh, namun secara pemerintahannya sudah berjalan dengan lancar. Pelabuhan untuk transportasi sudah di bangun di sini bersamaan dengan kantor pemerintahan, kantor polisi, pos tentara, rumah sakit, dan kantor pelayanan publik lainnya.
Mulai Didatangi oleh Wisatawan
Meski kawasan Agats memiliki tanah yang berlumpur dan infrastrukturnya tidak berkembang dengan baik. Kawasan ini justru hadir dengan keunikan yang tidak ada duanya. Seiring dengan dikenalnya kawasan ini sebagai sebuah kota yang berkembang, wisatawan mulai berdatangan untuk melihat uniknya kota yang hampir semua permukaannya ditutupi papan.
Sejauh mata memandang hanya ada papan-papan yang disangga oleh kayu di bawah. Di tengah kawasan yang tidak tertutup papan biasanya tumbuh semak-samak rawa yang hijau subur. Jika kawasan Agats ini dikembangkan dengan sangat baik, bukan tidak mungkin akan didatangi oleh banyak wisatawan lokal atau mancanegara.
Inilah Agats yang dikenal unik karena memiliki kawasan tanah yang berlumpur di seluruh permukaan kota. Meski demikian, penduduk tetap tinggal di sini karena bisa menyesuaikan diri dengan baik. Semoga Agats terus berkembang dengan baik dan menjadi destinasi wisata terbaik di kawasan Kabupaten Asmat, Papua.