Sebagian orang Indonesia pasti kenal dengan karakter Wiro Sableng, si Pendekar Maut pemilik angka keramat 212. Dulu beken di tahun ’90an, sebagai serial kolosal yang seru dan kocak. Setelah bertahun-tahun lamanya, siapa sangka kisah antik yang sudah lama ditinggalkan ini malah ditaksir oleh rumah produksi film Amerika?
Tak tanggung-tanggung, Indonesia menggandeng Fox International Production (FIP) yang masih perpanjangan dari 20th Century Fox untuk menggarap film bergendre action comedy itu. Kerennya, film berjudul Wiro Sableng 212 (212 Warrior) ini adalah proyek perdana FIP di Asia Tenggara. Tentu, kita patut berbangga bukan?
Keputusan produsen film AS itu tentu menghadirkan banyak pertanyaan netizen dan media internasional. Kenapa produsen film-film Hollywood tersebut tertarik pada Wiro Sableng? Karena tidak dipungkiri masih banyak tokoh fiksi sejenis seperti Si Buta dari Gua Hantu dan lainnya. Namun ternyata FIP memiliki beberapa alasan kuat untuk mengangkat tokoh legendaris bersenjata kapak naga geni 212 itu.
Keunikan Karakter Wiro Sableng
Wiro Sableng, tokoh fiksi yang populer dalam film tahun 90-an. Tokoh ini ada dalam serial novel yang dibuat penulis berbakat Bastian Tito. Diciptakan dengan karakter sakti, suka menolong, tapi juga konyol dan ceroboh. Sebenarnya, nama asli tokoh ini adalah Wiro Sasono. Tapi karena tabiatnya yang suka bercanda, bahkan saat menghadapi musuh, orang-orang pun menambahkan julukan sableng dibelakang namanya. Karakter inilah yang menonjol, sehingga tiap cerita dalam serial buku tidak pernah terlihat membosankan.
Selain pribadi yang lucu, kesaktian Wiro yang mumpuni dalam berbagai jurus juga memberi kesan mendalam di hari penontonnya. Yang paling terkenal adalah jurus pukulan matahari. Tak ketinggalan, senjata andalan seorang wiro yang ditakuti semua musuh, kapak naga geni 212. Ilustrasi kapak inilah yang menjadi logo film Wiro Sableng versi terbaru.
Tokoh Wiro Sableng Sudah Pernah Populer Disajikan dalam Bentuk Apapun
Awal kemunculan Wiro Sableng adalah di serial novel yang terbit dari sejak tahun 1967. Tiap judul buku rata-rata mencapai penjualan sekitar 800.000 eksemplar. Bahkan serial yang berjudul Makam Tanpa Nisan penjualannya meledak sampai 921.020 eksemplar. Jumlah seluruh serial buku ini sendiri adalah 185 judul.
Selain dalam bentuk buku, Wiro Sableng juga diadaptasi dalam film dan sinetron yang juga menuai sukses berat. Bahkan, sinetron Wiro Sableng telah dibuat dalam dua bagian. Hal inilah yang membuat produser film Lifelike Pictures dan FIP optimis mendulang sukses dalam produksi Wiro Sableng 212.
Wiro Sableng Kental Unsur Budaya Lokal
Wiro Sableng mempunyai daya tarik tersendiri bagi FIP. Hal ini diungkapkan oleh Tomas Jegeus dan Michael Werner selaku produser eksekutif FIP. Mereka terkesan sebab film ini menceritakan superhero asli Indonesia. Selain itu, unsur budaya lokal amat menonjol dalam film yang mulai tayang 2018 mendatang. Tidak mengherankan jika segi kultural sangat dikedepankan. Pasalnya, cerita dalam film adalah rangkuman dari 185 judul serial Wiro Sableng.
Dan dalam bukunya, penulis asli banyak survei tempat- tempat untuk dijadikan latar cerita. Sekitar dua minggu untuk satu lokasi, dihabiskan penulis untuk mengetahui adat, budaya, legenda, maupun cerita-cerita masyarakat setempat. Hasil survei inilah yang akhirnya memperkuat hasil tulisan yang dibuat.
Dengan digarapnya film Indonesia oleh produser Internasional, menunjukkan bahwa potensi perfilman di Indonesia patut diperhitungkan. Semoga ke depannya, semakin banyak film yang mengangkat orisinalitas tokoh dan kultur Indonesia.