Zaman sekarang, berkomunikasi jauh lebih mudah. Dalam satu detik yang sama kita sudah bisa terhubung dengan seseorang yang jauh di sana. Ditambah lagi dengan kecanggihan internet, bertatap muka langsung dengan orang yang berbeda negara via video call misalnya sudah sangatlah gampang. Ponsel dan gadget sudah jadi bagian dari hidup manusia sehari-hari. Sehari tanpa menggunakan ponsel seakan ada yang kurang sempurna.
Dengan komunikasi yang super canggih saat ini, jadi kebayang betapa susahnya orang zaman dahulu berkomunikasi. Di era 90an, salah satu alat komunikasi yang paling gaul dan kece adalah pager (radio panggil). Zaman dahulu, punya pager sudah terlihat paling keren. Apalagi dengan nada deringnya yang sangat fenomenal itu, “Tididit!” Buat kamu yang lahir di sebelum tahun 90an, mungkin nggak familier atau malah nggak tahu sama sekali soal pager. Padahal ada banyak hal dan fakta unik soal pager yang seru sekali. Beberapa di antaranya akan kita bahas saat ini. Let’s find out!
Radio Panggil Berkembang Sejak Ditemukan oleh Multitone Electronic pada Tahun 1956
Mari mundur ke beberapa dekade ke belakang. Tahukah kalau radio panggil itu ditemukan pada tahun 1956? Jadi saat itu radio panggil ditemukan oleh Multitone Electronic di Rumah Sakit St. Thomas, London. Radio panggil ini digunakan para dokter yang sedang bertugas dalam kondisi genting. Beranjak dari situlah, radio panggil kemudian terus berkembang.
Orang-orang yang membutuhkan info dan pesan dengan cepat mengandalkan radio panggil. Sistem pengoperasiannya pun saat itu terbagi dua. Pertama, sistem radio panggil yang cuma bisa digunakan di area cakupan rumah sakit saja, seperti di Rumah Sakit St. Thomas. Kedua, sistem yang mencakup seluruh wilayah negara sehingga jauh lebih luas dan tak terbatas pada satu area bangun tertentu saja. Sistem radio panggil inilah yang paling diandalkan sebelum muncul telepon seluler.
Namun, ada versi lain yang menyebutkan bahwa pager muncul pada tahun 1949. Di mana saat itu radio two-way (telekomunikasi dua arah, seperti penggunaan walkie talkie atau telepon) diadopsi menjadi one-way cordless remote telephonic signaling. Terobosan penemuan tersebut banyak digunakan di dunia kedokteran. Tapi muncul masalah. Banyak kalangan dokter dan paramedis yang cemas sistem pager bisa membuat para pasien tak nyaman. Sementara itu, teknologi one-way radio signaling sendiri juga digunakan oleh orang yang bertugas membuka pintu garasi.
Sistem Pager (Radio Panggil) Ada Tiga
Ada tiga tipe sistem pager (radio panggil) ini. Pertama, radio panggil Numerik, di dalamnya cuma tersedia urutan angka serta kode untuk memanggil. Tipe pertama ini adalah tipe yang paling sederhana. Kedua, radio panggil Alfanumerik, hampir mirip dengan radio panggil numerik hanya saja ada satu kelebihannya. Kelebihannya adalah tersedianya tempat untuk membuat tulisan serta e-mail untuk mengirimkan pesan. Ketiga, radio panggil Alfanumerik dua arah, dengan menggunakan tombol yang kecil kita bisa mengirimkan pesan teks.
Pengiriman pesan dilakukan dengan menggunakan jaringan satelit. Hal ini jadi kelebihan sendiri dan lebih unggul dibandingkan penggunaan jaringan seluler dengan dasar terrestrial untuk mengirim pesan.
Pager Juga Dikenal dengan Sebutan Beeper
Mungkin generasi millenial saat ini tak punya gambaran jelas soal pager. Jadi biar nggak bingung, begini nih penjelasan singkatnya. Pager merupakan media penerima pesan yang bisa dibawa ke mana saja (portable). Cara kerjanya berdasarkan prinsip kode sinyal radio pada frekuensi tertentu yang ditransmisikan melalui suatu provider. Radio panggil numerik satu arah ini bisa menerima pesan dengan jumlah digit terbatas, sepintas cara kerjanya seperti ponsel yang kita gunakan untuk mengirim pesan pendek atau SMS.
Untuk menggunakan pager ini ada caranya sendiri. Kalau kita ingin mengirim pesan atau mengabarkan sesuatu pada seseorang via pager, kita harus menghubungi operator pager terlebih dahulu dengan menggunakan telepon rumah. Lalu, saat kita sudah terhubung dengan operator, operator akan meminta nomor ID dari pager yang akan kita tuju. Setelah itu, kita akan membacakan (mengucapkan) pesan yang akan kita sampaikan pada operator. Operator akan mengulangi pesan yang kita kirim sebelum akhirnya ia mengirimkan pesan kita ke pager tujuan. Agak rumit juga, ya.
Ternyata pager juga punya sebutan lain. Pada tahun 1921, pager dikenal juga dengan nama beeper. Sebutan beeper ini sendiri sudah digunakan oleh pihak kepolisian Detroit, Amerika untuk keperluan yang sifatnya darurat. Sedangkan sebutan pager secara umum baru dikenal di tahun 1959 di mana saat itu Motorola menciptakan produk berupa alat penerima pesan yang sangat handy dan bisa dibawa ke mana saja.
Operator Juga Bertugas Mengedit Pesan yang Masuk
Untuk mengirim dan menerima pesan, pengguna akan selalu terhubung dengan operator. Kalau kita mendapat pesan, maka pager kita akan memberi alarm, tanda getar, atau nada dering. Di layar LCD kita baru mendapatkan pesan tersebut. Untuk setiap pesan yang tampil di layar pager, ada operator yang bertugas untuk mengedit pesannya.
Peran operator sangatlah penting. Bisa dibilang ia akan jadi “pihak ketiga” yang membantu menyampaikan pesan kita dan juga yang membantu kita menerima pesan. Hmm, tapi kebayang nggak tuh kalau pesan yang ingin kita sampaikan itu untuk kekasih hati dengan kata-kata manis dan gombal, rasanya pasti agak kurang nyaman, ya.
Radio Panggil Masih Digunakan pada Abad ke-21
Dulu di era tahun 90an, pager termasuk alat komunikasi paling gaul dan kece. Tapi sekarang, dengan pergantian zaman, pager sudah hilang dari peredaran. Namun, radio panggil masih digunakan pada abad ke-21 ini.
Radio panggil masih digunakan dalam kondisi tertentu. Seperti digunakan untuk memberitahukan situasi darurat oleh tim penolong sekoci dan petugas pemadam kebakaran. Juga digunakan oleh staf bagian kesehatan dalam kondisi darurat untuk mengumpulkan mereka. Selain itu, radio panggil pun masih digunakan pada dunia teknologi informasi.
Inilah fakta unik dari Pager yang sangat digandrungi banyak orang di tahun 90-an. Oh ya, kira-kira Sobat Boombatis pernah pakai pager nggak ya di masa lalu?