Tukang gali kubur merupakan profesi yang mungkin kerap dipandang sebelah mata. Tidak seperti karyawan kantoran yang bersepatu, atau polisi yang berseragam, tukang gali kubur hanya mengenakan kaos oblong dan kaki yang telanjang. Meski demikian, perannya begitu penting bagi keseimbangan kehidupan bermasyarakat.
Bayangkan saja jika para tukang gali kubur sepakat buat mogok kerja. Lantas, bagaimana nasib para mayat yang harus segera dikuburkan itu? Digali sendiri? Emang bisa? Sedang untuk menggali tanah makam tersebut butuh keterampilan khusus. Nggak semua orang bisa memperkirakan kedalaman dan luas liang persinggahan terakhir. Mungkin semua orang bisa membuat galian di tanah, tapi hanya orang-orang terlatih saja yang bisa membentuk liang makam.
Ngenesnya, nggak semua orang paham gimana susahnya jadi tukang gali kubur. Termasuk kamu yang mungkin nggak bakal bisa ngertiin si tukang gali yang selalu merasakan lima hal ini.
Yang banyak dosanya si mayit, yang susah si tukang gali kubur
Tentu kamu nggak asing lagi kalau ada cerita tentang kematian orang yang banyak dosa. Bakal ada fenomena dramatis yang mengiringi kematian itu. Bukan cuma matinya aja yang susah, prosesi pemakamannya juga. Nah, kesusahan tersebut ternyata nggak dirasain sendiri.
Ada pula yang dibagi, salah satunya ya si tukang gali kubur. Konon, banyak kasus di mana tanah yang bakal jadi rumah peristirahatan terakhir tersebut kerasnya minta ampun saat dicangkul. Pekerjaan yang harusnya bisa selesai dalam satu dua jam, harus molor sampai beberapa jam.
Selalu terbayang-bayang kematian
Profesi apa yang bikin selalu ingat mati? Tentu saja penggali kubur. Coba bandingkan dengan orang yang punya profesi lain, orang kantoran misalnya. Pulang kerja, mereka bercengkrama dengan keluarga, atau malah langsung karaokean bareng temen. Lha? Penggali makam mana bisa gitu? Yang ada pulang kerja langsung banyak-banyak istighfar dan taubatan nasuha.
Gimana nggak? Lha wong selalu keinget yang namanya kematian. Terbayang-bayang gimana jasad dimasukin liang, kemudian dipendem. Sendiri, senyi, sepi, gelap. Haduh, kira-kira siapa sih yang paling sering inget sama mati? Mereka adalah sang tukang gali kubur profesional.
Jobnya nggak tentu
Meski merupakan salah satu profesi yang sangat penting, namun sayangnya penggali kubur nggak tiap hari juga dibutuhkan. Berbeda sama tukang ojek yang bisa tiap hari ‘oprasi’, tukang gali kubur mah mana bisa. Soalnya nggak tiap hari juga ada orang mati.
Dan tentu saja orang hidup nggak bakal mau kalau disuruh mati demi adanya orderan job. Makanya, biasanya orang yang punya profesi tukang gali kubur biasanya punya pekerjaan sambilan, misalnya saja kerja di sawah atau sambil berjualan.
Sering melihat kejanggalan, atau malah dihantu-hantuin
Yang namanya kerjaan gali kubur, pasti lokasi kerjanya juga di sekitar pemakaman yang dari dulu dianggap mistis. Melihat kejanggalan mah sudah jadi makanan harian. Mungkin masih berkaitan dengan poin susah yang pertama tadi, gimana kadang penggali kubur melihat ‘aib’ si mayit.
Demi profesionalitas kerja, tukang gali juga harus bisa nutup aib tersebut. Pantang diumbar-umbar, apalagi dishare di sosmed. Susahnya bukan cuma di sana sih, tapi adanya berbagai penampakan yang sering bikin bulu kuduk merinding. Namanya juga kuburan, tentu rawan sama penampakan. Duh, jadi penggali makam selain kuat fisik juga kudu kuat mentalnya.
Tukang gali kubur cuma satu di antara banyaknya profesi yang kerap disepelekan orang. Padahal, di dunia ini sejatinya nggak ada kerjaan yang nggak punya peran penting. Semoga kupasan ini bisa jadi cerminan diri buat kita agar nggak ngeremehin suatu profesi.