Harimau atau macan adalah salah satu spesies kucing besar yang keberadaannya semakin memprihatinkan. Dari sembilan subspesies harimau yang bernama latin Panthera tigris ini hanya tersisa 6 subspesies yang mampu bertahan. Pun dari enam subspesies tersebut status konservasinya terancam punah dan kritis hingga jika tidak dijaga, dalam beberapa puluh tahun lagi harimau hanya ada di dalam video dan cerita-cerita saja.
Dari sembilan subspesies harimau yang ada di dunia, Indonesia memiliki tiga subspesies yang terdiri dari harimau jawa, harimau bali, dan harimau Sumatra. Dua dari tiga harimau yang ada di Indonesia, hanya bersisa harimau Sumatra yang status konservasinya sangat kritis. Kalau saja tiga harimau itu dijaga dengan baik, maka Indonesia akan punya trio macan hebat yang menguasai hutan-hutan Sumatra, Jawa, dan Bali.
Oh ya, inilah empat fakta miris tentang kehidupan trio macan yang terusir dan terbantai dari tanah yang mereka miliki.
1. Perusakan Hutan dan Wilayah Kekuasaan
Salah satu penyebab berkurangnya populasi harimau-harimau yang ada di Indonesia adalah adanya budaya membuka lahan hutan. Pohon-pohon besar ditebangi untuk kayu dan lahan bekasnya digunakan untuk pemukiman atau untuk ladang persawahan. Akibatnya, harimau mengalami kekurangan wilayah teritorial hingga akhirnya kepunahan tak bisa dicegah.
Seekor harimau betina dewasa memiliki wilayah teritorial sebesar 20 km persegi. Sedangkan untuk jantan dewasa memiliki wilayah teritorial 60-100 km persegi. Hutan-hutan di kawasan Jawa dan Sumatra perlahan-lahan habis karena ditebangi. Keadaan ini semakin bertambah buruk ketika Belanda akhirnya menguasai negeri ini dengan segala kejemawaannya.
2. Si Mungil yang Diburu Habis-habisan
Bali memiliki satu spesies harimau yang dikenal sangat unik di dunia. Harimau Bali yang dinyatakan punah pada tahun 1930-an oleh Belanda adalah jenis terkecil di dunia. berbeda dengan jenis harimau lain yang bisa mencapai panjang hingga 3 meter dan bobot 350 kilogram. Harimau Bali hanya memiliki bobot sekitar 80 kilogram untuk betina dan 100 kilogram untuk jantan. Ukuran yang mungil dari harimau Bali terjadi karena wilayah Bali yang kecil hingga terjadi anomali pada adaptasi harimau secara fisik.
Habisnya harimau Bali yang sangat berharga bisa terjadi karena orang Belanda yang mulai masuk Bali di tahun 1900-an awal memiliki kebiasaan berburu. Dalam even tertentu, beberapa orang akan melaksanakan perburuan di hutan entah secara langsung atau menggunakan umpan berupa kambing. Saat harimau Bali mendekat, maka harimau akan ditangkap dan ditembak dari jarak yang dekat.
3. Hewan Legenda yang Teraniaya
Bagi masyarakat Jawa, harimau adalah hewan yang sangat dihormati. Bahkan, harimau sering dijuluki dengan nama kiai atau pun Mbah Loreng. Leluhur di Jawa selalu menekankan bahwa harimau harus dihormati apa pun alasannya. Ketika bertemu dengan Mbah Loreng ini di hutan atau pun ladang, hendaknya seseorang memberi salam dan tidak mengusik keberadaannya.
Saat Belanda mulai menginvasi dan menguasai dataran Jawa, keberadaan Mbah Loreng mulai terusik. Para prajurit Belanda meminta para Raja dan pengikutnya untuk melakukan perburuan harimau dengan menggunakan senapan. Seseorang yang yang berhasil menangkap hidup-hidup atau pun menembak mati akan diberi hadiah berupa uang gulden yang sangat berharga. Iming-iming dari Belanda membuat harimau Jawa semakin habis hingga akhirnya dinyatakan punah pada tahun 1979.
4. Terus Bertahan di Tengah Belantara
Saat ini jumlah dari harimau yang masih bertahan hidup di seluruh dunia hanya tersisa 3.200 ekor saja. Dari jumlah itu, harimau Sumatra hanya tersisa sekitar 200-300 ekor atau kurang dari 10 persen saja. Jumlah ini diperkirakan akan semakin menurun mengingat tingkat perusakan hutan di kawasan Sumatra sangat tinggi, belum lagi kebakaran yang terjadi sangat parah beberapa saat lalu.
Harimau-harimau yang ada di Sumatra terus bertahan hidup di tengah habisnya tempat berkeliaran dan berburu. Mereka harus menghadapi jebakan-jebakan yang kadang dipasang oleh pemburu, menghadapi habisnya hewan buruan, hingga akhirnya harus kelaparan dan masuk ke desa-desa hingga dibantai dengan cara yang mengerikan.
Demikianlah fakta miris tentang trio macan yang keberadaannya sudah habis di Indonesia. Jika saja harimau-harimau ini tetap eksis dan dijaga kelestariannya, mungkin kita masih akan mendengar suara auman-auman yang ngeri tapi juga penuh kehebatan itu.