Tidak banyak yang tahu siapa itu Tjilik Riwut meski namanya telah diabadikan menjadi bandar udara di Palangkaraya. Padahal, ia adalah sosok yang sangat berjasa bagi Indonesia dan merupakan tokoh hebat dari suku Dayak, Kalimantan.
Tidak hanya aktif di bidang militer saja, ia juga menjadi sosok berjasa yang di balik bersatunya Kalimantan dengan Indonesia. Berikut ini beberapa fakta tentang kehidupan tokoh hebat tersebut.
Tjilik Riwut adalah orang asli Kalimantan yang berasal dari suku Dayak Ngaju. Dengan bangga ia menyebut dirinya sebagai orang hutang karena terbiasa hidup di alam liar Kalimantan. Bahkan semasa hidupnya, ia sudah 3 kali mengelilingi pulau Borneo tersebut hanya dengan jalan kaki serta menggunakan sampan.
Ketertarikannya dalam dunia tulis menulis membuatnya memutuskan untuk menjadi wartawan. Tahun 1940, ia sudah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pakat. Di kurun waktu yang sama, ia juga bekerja sebagai koresponden Harian Pemandangan.
Ketika Jepang menguasai Indonesia, Tjilik Riwut beralih profesi menjadi intelijen militer Jepang. Tugasnya adalah untuk mengumpulkan data-data tentang keadaan di Kalimantan, tapi bukan berarti dia sedang berkhianat. Dia melakukan tugas penting demi Indonesia.
Indonesia akhirnya merdeka dan Tjilik Riwut dipercaya menjadi Perwakilan Dewan Pimpinan Penyelenggaraan Ekspedisi ke Borneo di Yogyakarta. Tahun berikutnya, ia mewakil 185 ribu rakyat Dayak di pedalaman Kalimantan yang terdiri dari 142 suku, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 4 kepala suku, 3 panglima, 10 patih, 2 tumenggung, dan 2 kepala burung untuk menyatakan sumpah setia kepada Republik Indonesia.
Tjilik Riwut kemudian terjun ke dunia militer dan menjadi Komandan Pasukan MN 101 Mobiele Brigade MBT/TNI Kalimantan. Ia jua mencatatkan prestasi di bidang militer karena kesuksesannya sebagai komando Penerjung Payung Pertama AURI pada 17 Oktober 1947. Sejak saat itu 17 Oktober diperingati sebagai hari Pasukan Khas TNI-AU.
Salah satu jasa Tjilik Riwut yang masih dikenang di bidang pembangunan adalah membuka hutan serta membangun daerah di sekitar Desa Pahandut menjadi Palangkaraya, Ibukota Kalimantan Tengah. Pembangunan kota Palangkaraya ini adalah salah satu obsesi Tjilik Riwut yang berhasil tercapai. Obsesi lainnya yaitu membangun 2 bandara internasional, meski saat ini yang terwujud baru satu bandara saja.
Bukan saja nasionalis, ia juga sangat menjunjung tinggi kebudayaan dan leluhurnya. Ia selalu menekankan pentingnya untuk tetap mengingat asal-usul kita sebagai manusia. Baginya, kebugayaan adalah sebuah identitas yang harus dipelihara.
Itulah sosok yang namanya kini telah diabadikan sebagai bandar udara di Palangkaraya. Sebagai seorang warga negara Indonesia, ia memiliki jiwa nasionalis yang tinggi dan turut berperan dalam persatuan Republik Indonesia. Sebagai seseorang dari suku Dayak, ia memiliki komitmen tinggi dan lebih mementingkan kemajuan daerahnya. Tidak heran jika beliau menjadi sosok yang begitu dihormati karena perilakunya yang mulia tersebut.
Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…