Siapa yang tak mengenal TB Simatupang? Selain namnaya yang digunakan sebagai jalan yang Ibukota yang membentang dari selatan hingga timur Jakarta, Jenderal asal Sidikalang, Sumatera Utara itu ternyata pernah ribut dengan Soekarno hanya karena masalah seragam. Buntut dari peristiwa itu, karirnya sebagai perwira militer pun sempat terancam. Terlebih, Simatupang dinilai pro-Gerakan 17 Oktober yang hendak menggulingkan Soekarno.
Meski demikian, TB Simatupang termasuk salah satu Jenderal militer yang dikenal dengan intelektualitasnya pada masa itu. Semua teori dan langkah-langkah pemikirannya, memberi sumbangsih yang cukup besar pada perjalanan sejarah pasukan militer Indonesia. Mulai dari TKR hingga menjadi TNI. Tak heran, serangkaian fakta di bawah ini membuat namanya sangat pantas dijadikan sebagai jalan-jalan utama di Indonesia.
Sosok Jenderal yang bercita-cita menjadi seorang dokter
Sejatinya, militer bukanlah cita-cita dari seorang TB Simatupang. Sedari muda, ia malah ingin menjadi seorang dokter di sebuah rumah sakit gereja. Namun, tawaran menjadi seorang Taruna di Koninklijk Militaire Academie (KMA) alias Akademi Militer Kerajaan Belanda , berhasil meruntuhkan pertahanannya.
Setelah melewati rangkaian seleksi selama sembilan bulan, ia pun diterima sebagai taruna. Dilansir dari tirto.id, sejumlah tokoh militer terkenal seperti Rahmat Kartakusumah, Abdul Haris Nasution, juga Alex Kawilarang juga masuk ke lembaga tersebut.
Tentara pemikir dengan intelektualitas jempolan
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, TB Simatupang bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan pangkat Kapten. Selain itu, ia juga ditunjuk sebagai Asisten Kepala Bagian Organisasi Markas Tentara. pemikirannya yang cemerlang, membuat karier TB Simatupang semakin moncer di kemiliteran.
Ia bahkan dikenal sebagai konseptor peletak dasar-dasar militer. Puncaknya, TB Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Padahal, usianya pada saat itu baru 29 tahun. Dirinya terpilih untuk menggantikan Jenderal Soedirman yang wafat pada Januari 1950.
Ribut dengan Sukarno
Hanya karena masalah seragam, TB Simatupang harus adu mulut dengan Sukarno. Dalam pemikiran bung besar, Uniform merupakan sebuah simbol kebanggan yang harus ditunjukkan pada rakyat. Terlebih, Indonesia pada saat itu baru saja meraih kemerdekaannya. Dalam buku Percakapan Dengan DR TB Simatupang yang dilansir dari liputan6.com, ia berkata,
“Yang benar saya katakan adalah: Bung Karno, saya sebagai Kepala Staf Angkatan Perang yang mengenakan uniform, memberi hormat pada Bung Karno yang tidak memakai uniform. Sehingga dengan demikian masyarakat melihat bukan yang memakai uniform itu yang tinggi, tetapi yang tidak memakai uniform,”
Dilengserkan dari karir militernya
Buntut dari peristiwa itu, hubungan antara TB Simatupang dan Soekarno agak sedikit renggang. Terlebih, ada perpecahan internal di tubuh militer dan pola pikir yang tak sejalan dengan bung besar membuatnya terpental dari dunia militer.
TB Simatupang pun harus rela kehilangan jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) lantaran dinilai pro-Gerakan 17 Oktober. Aksi ini dianggap sebagai upaya ‘setengah kudeta’ oleh Sukarno. Praktis, ia pun harus mengisi hari-harinya sebagai warga sipil
Menjadi pengajar dan penulis buku
Otak dan gagasannya yang tajam, tak disia-siakan oleh TB Simatupang. Ia pun menyibukkan diri dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, sekarang Seskoad, dan Akademi Hukum Militer/AHM).
Pada 1969, ia berhasil meraih gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat. Hingga wafat pada 1 Januari 1990, TB Simatupang dianugerahi tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana pada 1995 oleh pemerintah RI. Baru pada era kepemimpinan SBY di 2013, ia diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Selama ini, kita hanya mengenal TB Simatupang sebagai nama jalan-jalan di kota besar. padahal, dialah sosok jenderal genius yang meletakkan dasar-dasar kemiliteran dalam tubuh TNI. Hingga saat menjadi masyarkat sipil pun, ia masih mencurahkan tenaga dan pemikirannya pada masyarakat dan negara. Salut ya Sahabat Boombastis.