PERINGATAN: Kami mohon maaf apabila gambar di dalam artikel ini kurang berkenan untuk anda.
Sungai Gangga adalah sungai yang terkenal di India karena sungai ini merupakan sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat India. Di sungai yang mengalir dari India hingga Bangladesh inilah mereka menggantungkan segala kebutuhan sehari-hari. Sungai ini juga dianggap sebagai sungai paling suci bagi umat agama Hindu di India.
Baca Juga : Sungai Nil di Afrika yang Menjadi Sungai Terpanjang Sedunia
Meskipun dianggap suci, sungai yang sumbernya berasal dari gletser Gangotri di Himalaya ini ternyata menyimpan beberapa fakta yang cukup bikin ngeri, lho. Namun fakta-fakta tersebut tidak menghentikan masyarakat India untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya di sungai tersebut.
Seperti halnya kota-kota lain, berbagai kota di India juga memiliki sistem pembuangan agar kota tetap bersih. Sayangnya banyak kota dan pabrik mengarahkan saluran pembuangan ini ke Sungai Gangga. Belum lagi sisa-sisa persembahan dengan bungkus plastik yang tidak bisa diuraikan sehingga membuat sungai ini menjadi kotor dan mengandung banyak limbah.
Varanasi, salah satu kota suci di dekat sungai Gangga mengalirkan sekitar 200 juta liter limbah kotoran manusia yang belum diolah langsung ke sungai ini. Padahal, masih di kota yang sama jutaan manusia berkunjung untuk melakukan kegiatan suci berendam di sungai Gangga. Tentu saja masalah polusi ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah mengingat sungai ini adalah bagian dari kegiatan keagamaan umat Hindu India.
Umat Hindu India memiliki ritual pembakaran mayat jika ada seseorang yang meninggal. Pembakaran mayat ini dilakukan di tepi sungai Gangga. Setelah upacara kremasi ini selesai, maka sisa-sisa abu dan tulang si mayat akan dibuang ke sungai ini. Tapi tidak hanya abu sisa kremasi saja, keluarga yang tidak mampu mengkremasi seseorang yang meninggal akhirnya hanya menghanyutkan mayat mereka begitu saja di sungai ini.
Sebagian umat Hindu India memang yakin bahwa jika jasad seseorang yang meninggal dihanyutkan di sungai ini, maka mereka akan terlahir kembali di tengah-tengah keluarga. Tidak hanya itu saja, karena sungai Gangga dianggap suci, maka menghanyutkan mayat juga dipercaya akan mensucikan jasa orang yang sudah meninggal tersebut. Akibatnya, pemandangan mayat-mayat di sekitar sungai adalah hal yang biasa di sini.
Meski begitu, kebiasaan ini mulai menimbulkan banyak kekhawatiran. Pasalnya yang dihanyutkan di sungai ini adalah setiap orang tanpa batasan. Bahkan mereka yang meninggal karena penyakit, digigit ular, keracunan, bunuh diri, semua dihanyutkan di sungai ini. Bisa dibayangkan betapa berbahaya dan tingginya tingkat racun di sungai ini karena banyaknya mayat yang dibiarkan membusuk begitu saja.
Mayat-mayat ini dibiarkan mengapung begitu saja, dan jika air sungai surut, terkadang mayat ini tersangkut di pinggir-pinggir sungai dan dibiarkan tergeletak di mana-mana. Pada Januari, lebih dari 100 mayat ditemukan tersangkut saat sungai surut sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Tidak jarang juga binatang liar seperti burung gagak dan anjing ikut memakan jasad yang dibiarkan di ruang terbuka ini.
Meski bisa dipastikan memiliki tingkat polusi yang tinggi, masyarakat sekitar sungai Gangga masih bergantung pada sungai ini untuk kepentingan minum, mandi, dan mencuci. Mereka bahkan juga tidak heran ataupun terkejut ketika melihat mayat yang mengapung di dekat mereka saat sedang mengambil air. Mencuci atau mandi dengan mayat berada di dekatnya adalah hal yang biasa.
Kondisi sungai yang kotor dan banyak mayat tidak membuat warga merasa jijik atau ngeri. Mereka juta tidak takut terjangkit penyakit karena percaya bahwa segala macam jenis kuman dan bakteri akan mati di dalam sungai Gangga. Itulah mengapa mereka tetap asyik saja minum atau mandi di sungai tersebut.
Varanasi yang rutin membuat limbah kotoran manusia ke sungai Gangga membuat sungai ini memiliki kandungan bakteri faecal coliform yang sangat tinggi. Bakteri yang asalnya ada di usus besar ini biasa ditemukan dalam feses dan jika berada dalam jumlah yang besar, bisa menjadi indikasi adanya penyakit di sana.
Normalnya, air dianggap aman untuk mandi tidak boleh mengandung lebih dari 500 faecal coliform per 100 ml air. Tapi aliran pembuangan di Varnasi sudah mencapai 120 kali lipat lebih banyak, yaitu 60 ribu faecal coliform per 100 ml. Jika untuk mandi saja sudah berbahaya, apalagi untuk minum?
Setelah melewati Varanasi dan menerima 32 aliran pembuangan mentah dari kota, jumlah faecal coliform di sungai Gangga naik drastis dari 60 ribu menjadi 1,5 juta per 100 ml. Yang tertinggi bahkan pernah mencapai 100 juta faecal coliform per 100 ml. Karena itu, mandi dan minum di air sungai ini akan menimbulkan resiko yang tinggi terhadap infeksi.
Dengan banyaknya limbah manusia dan mayat-mayat yang dibiarkan hanyut di sungai, pada tahun 2007 sungai ini berada di urutan ke-5 dalam hal sungai paling tercemar di dunia. Polusi ini tidak hanya mengancam manusia yang tinggal di sekitar sungai Gangga, tapi juga semua makhluk hidup yang tinggal di sana. Bahkan 80 persen penyakit dan sepertiga kasus kematian yang ada di India dihubungkan dengan penyakit akibat air yang tercemar polusi.
Pemerintah setempat sebenarnya tidak tinggal diam melihat kondisi sungai Gangga yang menjadi pusat kehidupan banyak orang ini tercemar. Usaha membersihkan sungai Gangga pertama kali dilakukan pada tahun 1986 oleh Perdana Menteri Rajeev Gandhi. Program ini dinamakan Gangga Action Plan. Namun usaha ini gagal meski telah mengeluarkan uang hingga 9.017 juta Rupee sehingga pada tahun 2000, rencana ini ditarik kembali.
Kegagalan ini terjadi karena usaha ini banyak digunakan untuk agenda politis, bukan benar-benar untuk membersihkan sungai. Masyarakat yang tidak dilibatkan, kurangnya kontrol limbah manusia dan limbah industri juga menjadi salah satu penyebab gagalnya usaha ini.
Meski begitu, pemerintah dan beberapa aktivis India tidak menyerah, mereka terus berusaha untuk membuat sungai ini menjadi lebih bersih. Bahkan ada yang sampai melakukan protes mogok makan agar penambangan liar yang berkontribusi terhadap tercemarnya sungai Gangga ditutup. Nigamanand, nama pria yang melakukan mogok makan tersebut akhirnya meninggal, namun usahanya berhasil karena penambangan ilegal tersebut akhirnya ditutup dan dilarang dibuka.
Baca Juga : 7 Bukti Bahwa Indonesia Adalah Negara Paling Kaya di Zaman Dahulu
Kita tinggal di bumi ini bersama berbagai makhluk hidup lainnya. Melindungi alam dari kerusakan adalah tugas kita. Jadi jangan sampai keberadaan kita malah merusak lingkungan. Karena jika lingkungan mulai tercemar dan rusak, maka kehidupan manusia di bumi juga bisa terancam.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…